free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Tiang Abu Lubabah: Saksi Diam Penyesalan dan Ampunan di Masjid Nabawi

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

23 - Jun - 2025, 09:33

Placeholder
Ilustrasi sahabat nabi yang mengikat dirinya sendiri (ist)

JATIMTIMES – Di tengah keagungan Masjid Nabawi, berdiri tiang-tiang megah yang bukan sekadar penyangga bangunan, tetapi juga saksi bisu sejarah perjuangan, cinta, dan air mata para sahabat Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Tiang Abu Lubabah, sebuah tiang yang menyimpan kisah mendalam tentang pengkhianatan, taubat, dan ampunan dari langit.

Tiang itu, yang kini dikenal sebagai Ustuwanah Abu Lubabah, terletak di salah satu sudut masjid dan hingga hari ini masih bisa disaksikan oleh jutaan peziarah. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik keheningannya, tersimpan kisah getir seorang sahabat Nabi yang pernah tergelincir, lalu memilih untuk menghukum dirinya sendiri demi menebus kesalahan.

Baca Juga : Kalender Jawa Weton Senin Legi 23 Juni 2025: Sifat, Rezeki, dan Kecocokan Jodoh

Abu Lubabah bin Abdul Mundzir adalah salah satu sahabat Anshar yang berasal dari Madinah. Dalam literatur Tokoh-Tokoh yang Diabadikan Al-Qur’an karya ‘Abd al-Rahman Umairah, diceritakan bahwa ia masuk Islam berkat dakwah Mush’ab bin Umair dan langsung menunjukkan kesetiaan luar biasa kepada Rasulullah SAW. 

Ia termasuk golongan pertama yang memeluk Islam dan dikenal sebagai pribadi yang setia serta penuh pengabdian. Saat Perang Badar berlangsung, Rasulullah SAW bahkan memercayainya untuk memimpin Madinah dan menjaga keamanan kota selama beliau memimpin pasukan.

Namun, sejarah mencatat satu peristiwa besar yang mengubah hidupnya dan menjadikan namanya abadi bersama salah satu tiang Masjid Nabawi.

Peristiwa itu terjadi saat pengepungan benteng Bani Quraizhah, kaum Yahudi yang mengkhianati perjanjian damai dengan umat Islam. Dalam situasi tegang tersebut, Bani Quraizhah meminta agar Abu Lubabah dikirimkan untuk berdialog, sebab ia dianggap memiliki kedekatan emosional. Selain itu, hal ini juga karena keluarganya berasal dari suku yang sama.

Ketika Abu Lubabah datang, ia mendapati perempuan dan anak-anak Bani Quraizhah menangis dan meratap. Tersentuh oleh pemandangan itu, Abu Lubabah goyah. Saat mereka bertanya apakah harus tunduk kepada keputusan Nabi Muhammad SAW, ia tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya memberi isyarat tangan ke lehernya, sebagi tanda bahwa mereka akan dihukum mati.

Isyarat itu, walau tanpa sepatah kata pun, adalah pelanggaran terhadap amanah Rasulullah. Abu Lubabah menyadari seketika bahwa ia telah melakukan kesalahan fatal, dimana ia membocorkan strategi Rasulullah dan melemahkan misi umat Islam.

Tak menunggu teguran, Abu Lubabah segera berlari ke Masjid Nabawi, lalu mengikat dirinya sendiri di salah satu tiang masjid. Ia menolak makan, minum, atau berteduh. Dengan penuh penyesalan ia berseru, "Demi Allah, aku tidak akan melepaskan diri hingga Allah mengampuniku atau aku mati di tempat ini."

Hari demi hari berlalu. Enam hari lamanya ia bertahan, tak bergeming, menunggu pengampunan dari langit. Rasulullah SAW, yang menyaksikan dari kejauhan, tidak memerintahkannya untuk melepas ikatan, tetapi menantikan wahyu dari Allah SWT.

Baca Juga : Dokter AY Tak Hadir di Panggilan Pertama Pemeriksaan Berstatus Tersangka, Dijadwalkan Lagi Pekan Depan

Akhirnya, wahyu pun turun. Allah menegur perbuatan Abu Lubabah dalam QS Al-Anfal ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (janganlah) kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal: 27).

Tak lama kemudian, datang pula kabar gembira: taubat Abu Lubabah diterima. Allah SWT berfirman dalam QS At-Taubah ayat 102: “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Rasulullah SAW segera datang dan melepaskan ikatan tali yang membelenggu tubuh sahabatnya itu. Ini menjadi sebuah momen haru yang membekas di hati umat Islam hingga kini.

Sejak saat itu, tiang tempat Abu Lubabah mengikat dirinya tak lagi dipandang sebagai tiang biasa. Ia menjadi simbol taubat sejati dan pengingat bahwa bahkan para sahabat Nabi pun bisa tergelincir, namun tetap kembali dengan hati yang tulus.

Tiang Abu Lubabah hingga kini masih berdiri dalam Masjid Nabawi. Di antara keramaian jamaah, ia tetap sunyi, namun berbicara banyak bagi siapa pun yang mau merenung. Bukan tentang kesalahan, tapi tentang keberanian mengaku salah, dan keyakinan bahwa pintu ampunan Allah selalu terbuka bagi yang bersungguh-sungguh mengetuknya.

Perolehan Medali Porprov Jatim IX 2025

Update: -

No Kota / Kabupaten Emas Perak Perunggu Poin
Total - - - -

Topik

Agama Tiang Abu Lubabah masjid nabawi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri