JATIMTIMES - Seputih Hati Imani menyumbang medali emas perdana bagi kontingen Kabupaten Malang pada gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur (Jatim) 2025. Sebelum menyabet medali emas pada Cabang Olahraga (Cabor) Hapkido pada ajang Porprov, dara kelahiran tahun 2006 tersebut juga langganan juara bela diri Taekwondo.
Saat ditemui usai menumbangkan lawannya di laga final daeryun atau fight (tanding) kelas under 63 putri, sosok yang karib disapa Imani ini mengaku tak menyangka bisa mendulang medali emas. Baginya, pertandingan melawan atlet asal Madiun tersebut merupakan laga sengit jual beli serangan demi mengumpulkan poin.
Baca Juga : Sidak Pasar di Surabaya, Mentan Pastikan Harga dan Pasokan Beras Terkendali
"Alhamdulillah, sebenarnya tidak menyangka, soalnya di detik-detik akhir itu sepertinya sudah tidak mungkin, (poinnya) beda tipis," ujarnya saat ditemui JatimTIMES usai menang tanding di final yang diselenggarakan di GOR Kanjuruhan, Selasa (10/6/2025) malam.
Pada laga final tersebut, Imani menghadapi Shafa Bari atlet dari Madiun. Dari pantauan JatimTIMES, sejak ronde pertama di mulai, kedua atlet saling jual beli serangan. Keduanya sempat saling memimpin poin hingga akhirnya berujung dengan skor sama yakni 6-6.
Pada ronde 2, Imani mulai mendapatkan perlawanan sengit dari atlet Madiun. Bahkan, lawan sempat menendang bagian kepala Imani hingga wasit memberikan waktu baginya untuk recovery. Ronde 2 berakhir kekalahan bagi Imani dengan skor tipis 11-10.
Pada ronde 2 tersebut seolah menjadi awal mula momen kehabisan stamina bagi kedua atlet. Namun, Imani lebih lihai dalam pemulihan stamina.
Terbukti, memasuki ronde 3, sejak awal ronde Imani mulai menghujani lawannya dengan tendangan ke badan. Meski terlihat sangat kecapekan, namun Imani tetap mencoba konsisten untuk menyerang.
Sesekali, Imani terlihat berjuang tetap berdiri meski tangannya bertumpu pada kedua lututnya. Sedangkan lawannya yang juga terlihat kelelahan, justru sempat terjatuh meski hanya mendapatkan serangan yang tidak terlalu ber-damage lantaran Imani sendiri juga kelelahan.
Pertengahan ronde 3, skor sama kuat 13-13. Imani terus berjuang memberikan serangan. Pundi-pundi poin terus ia kumpulkan. Hingga akhirnya Imani sempat memimpin 3 poin.
Merasa tertinggal, lawan mencoba memberikan serangan. Namun serangnnya tak berarti. Poin lawan tak bertambah, dan justru Imani mampu menambah satu poin dan menutup ronde pamungkas dengan poin 13-17. Kemenangan bagi sudut biru, yakni Imani.
"Lawan final dengan atlet Madiun. Dia kan tinggi, terus suka tendangan checking. Tendangan itu seperti mendorong dengan kaki, itu jadi lebih susah karena aku kalah berat badan juga," ujar dara berusia 19 tahun ini.
Mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM) ini merasa bersyukur bisa mendulang medali emas perdana bagi kontingen Kabupaten Malang di Porprov IX Jatim 2025. "Alhamdulillah, latihan setiap hari yang selama ini begitu keras akhirnya ada impact-nya. Kalau kita sudah latihan setiap hari tapi enggak ada hasilnya, kan capek juga," ujarnya.
Atlet asal Kecamatan Kepanjen ini mengaku, setidaknya sejak lima bulan jelang Porprov IX Jatim 2025, ia telah rutin latihan keras di bawah asuhan coach Moch Uji Reksana. "Latihannya setiap hari, setiap malam. Mulai basic, lalu tanding sparing," ujarnya.
Selain materi dan mensimulasikan dalam pertandingan sparing, fisik Imani juga terus diterpa. Setiap hari, ia wajib setoran latihan fisik berupa lari kurang lebih sejauh 5 kilometer. "Dan itu waktunya (untuk berlari) tidak boleh lebih dari 30 menit," ujarnya.
Selain rutin menjaga kebugaran dengan lari mandiri, Imani mengaku juga pernah diterpa dengan latihan fisik di kawasan pantai. Tentunnya dengan di bawah terik matahari dan medan pasir yang menyulitkan untuk berlari.
"Juga ada metode latihan fisik di pantai, di antaranya bleep test," imbuh mahasiswi Progam Studi (Prodi) Sastra Bahasa Jerman ini.
Selain menjaga kebugaran fisik, Imani juga rutin menjaga pola makan. Yakni mulai dari tak mengkonsumsi makanan pedas hingga minum es.
"Kemudian setiap dua kali dalam seminggu itu minum kuning telur ayam kampung mentah dicampur sama madu," imbuhnya.
Lantaran menjalani metode latihan dan pola makan yang tergolong ekstrem, membuat Imani dituntut untuk pandai memanajemen waktu. Yakni antara kewajibannya sebagai mahasiswa dengan atlet olahraga bela diri Hapkido.
Baca Juga : Konsep Pembelajaran Sepanjang Hayat Mengemuka di Unisma
"Paginya saya kuliah yang itu tidak sampai sore. Sedangkan malamnya latihan, jadi masih punya waktu luang," tutur mahasiswi semester II ini.
Imani mengaku, Hapkido sejatinya baru ia geluti sekitar satu tahun. Meski demikian, ia telah berhasil unjuk gigi pada gelaran Porprov IX Jatim 2025. "Tertarik dengan Hapkido karena ada bantingannya," ujarnya.
Sebelum berlatih Hapkido, Imani ialah atlet Taekwondo. Basic bela diri yang sama-sama berasal dari Korea itulah, yang menjadikan Imani mudah beradaptasi saat belajar Hapkido.
"Di bela diri Taekwondo itu enggak ada bantingannya, jadi kurang seru aja. Tapi meski begitu, realitanya yang dipakai saat bertanding Hapkido juga tetap tendangan seperti Taekwondo. Kebetulan karena baru berlatih Hapkido, jadi kurang bisa bantingan," bebernya.
Tidak hanya di Hapkido, saat menekuni Taekwondo, Imani juga telah mendulang beragam prestasi. Yakni mulai tingkat kampus hingga Jatim.
"Sebelumnya pernah dua kali (berprestasi) di kejuaraan festival Taekwondo tingkat Provinsi Jatim. Kemudian prestasi kedua antar (mahasiswa) di dalam kampus," imbuhnya.
Prestasi yang diraih Imani pada seni bela diri Taekwondo juga tergolong membanggakan. Yakni dengan pernah menyabet juara 1. "Pada kejuaraan tingkat provinsi itu juara 2, sedangkan yang kejuaraan di dalam kampus itu juara 1. Semuanya pada kategori fight," imbuhnya.
Imani menyebut, baik Hapkido maupun Taekwondo sama-sama menantang baginya. Hanya saja yang membedakan, jika Hapkido tidak hanya tendangan namun juga bantingan.
"Tapi poinnya lebih susah yang Hapkido. Kalo Taekwondo cepat dapat banyak poin. Poinnya bisa sampe puluhan. Sedangkan kalau Hapkido biasanya hanya belasan," tuturnya.
Meski sering mendapatkan prestasi, namun Imani tetap rendah hati. Bahkan, dalam pertandingan final Cabor Hapkido pada Porprov IX Jatim 2025 yang berlangsung di Gor Kanjuruhan Selasa (10/6/2025) tersebut, Imani tak turut serta mengajak orang tuanya untuk menyaksikan ia berjuang membawa nama baik Kabupaten Malang.
"Keluarga tidak nonton langsung, saya larang, karena saya takut enggak sesuai ekspektasi. Tapi Alhamdulillah bisa dapat medali emas, ini biar jadi surprise bagi keluarga dan orang tua," ujar atlet dengan tiga bersaudara ini.
Atas prestasinya di Porprov IX Jatim 2025, Imani punya dua harapan besar. Pertama, harapan untuk dirinya pribadi dan untuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.
"Semoga Porprov ini bisa menjadi batu loncatan saya untuk ke PON (Pekan Olahraga Nasional), Amin," imbuhnya.
Sementara harapan untuk Pemkab Malang, disampaikan Imani, semoga bela diri Hapkido di Kabupaten Malang lebih diperhatikan. "Harapannya fasilitasnya lebih ditingkatkan lagi, karena tempat latihan kami saja sampai saat ini masih mengusahakan sendiri. Selama ini latihannya masih jadi satu sama dojang (tempat latihan) Taekwondo. Jadi terkadang terpaksa yang melatih itu juga masih pelatih asli Taekwondo," pungkasnya.