JATIMTIMES - Setelah merayakan Idulfitri, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah Syawal selama enam hari. Puasa ini memiliki banyak keutamaan, salah satunya mendapat pahala seperti berpuasa selama satu tahun penuh. Lalu, kapan puasa Syawal 2025 bisa dimulai? Bagaimana tata cara dan hukumnya? Berikut penjelasannya.
Jadwal Puasa Syawal 2025
Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Syawal 1446 H atau Hari Raya Idulfitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, berdasarkan metode hisab wujudul hilal. Dengan demikian, puasa Syawal bisa dimulai pada Selasa, 1 April 2025.
Puasa ini dapat dilakukan enam hari berturut-turut setelah Idulfitri atau boleh dilakukan secara terpisah selama masih dalam bulan Syawal.
Keutamaan dan Hukum Puasa Syawal
Puasa Syawal merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun penuh." (HR. Muslim)
Namun, ada beberapa ketentuan terkait hukum puasa ini:
• Sunnah, bagi mereka yang sudah menyelesaikan puasa wajib, seperti qadha Ramadan atau puasa nazar.
• Makruh, jika dilakukan sebelum menyelesaikan utang puasa Ramadan yang ditinggalkan karena uzur, seperti sakit atau perjalanan jauh.
• Haram, bagi mereka yang sengaja meninggalkan puasa Ramadan tanpa uzur dan langsung berpuasa Syawal.
Dianjurkan untuk mendahulukan qadha puasa Ramadan sebelum berpuasa Syawal, tetapi sebagian ulama membolehkan puasa Syawal terlebih dahulu, terutama bagi yang memiliki utang puasa cukup banyak.
Waktu dan Cara Melaksanakan Puasa Syawal
Puasa Syawal bisa dilakukan mulai 2 Syawal hingga akhir bulan Syawal, baik secara berturut-turut maupun terpisah.
Misalnya, seseorang bisa berpuasa enam hari langsung pada 2-7 Syawal, atau memilih hari-hari tertentu seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 Syawal).
Jika seseorang berhalangan dan tidak bisa melaksanakan puasa Syawal di bulan Syawal, beberapa ulama seperti Imam Al-Khatib as-Syarbini dalam Mughnil Muhtaj (I: 654) menyebutkan bahwa puasa ini boleh diqadha di bulan lain.
Niat Puasa Syawal
Berbeda dengan puasa wajib, niat puasa Syawal tidak harus dilakukan pada malam hari sebelum fajar. Jika seseorang belum berniat sejak malam, tetapi di pagi atau siang hari memutuskan untuk berpuasa (selama belum makan dan minum), puasanya tetap sah.
Berikut adalah lafaz niat puasa Syawal:
• Niat di malam hari:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah Ta’ala.
• Niat di pagi atau siang hari:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah Ta’ala.
Bolehkah Membatalkan Puasa Syawal?
Puasa Syawal boleh dibatalkan jika ada alasan tertentu, seperti menghormati tamu atau tuan rumah yang merasa keberatan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi, Rasulullah SAW pernah menegur sahabatnya yang menolak makanan saat bertamu karena sedang berpuasa sunnah.
Para ulama menyimpulkan bahwa dalam kondisi seperti ini, membatalkan puasa sunnah lebih utama jika bisa menyenangkan hati tuan rumah. Hal ini dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin karya Abu Bakar bin Syatha Ad-Dimyathi (III: 36). Namun, jika tidak ada alasan mendesak, sebaiknya puasa tetap disempurnakan hingga maghrib.
Demikian tata cara dan keutamaan puasa Syawal, dimana puasa selama enam hari ini adalah amalan sunnah yang memiliki pahala seperti berpuasa setahun penuh. Semoga informasi ini bermanfaat ya.