JATIMTIMES - Bulan Syaban merupakan waktu yang penuh makna bagi umat Muslim. Banyak ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan selama bulan ini. Namun, apa yang membuat Syaban memiliki kedudukan penting dalam Islam?
Secara bahasa, Syaban berasal dari kata Arab "syi'ab" yang berarti jalan atau celah di pegunungan. Dalam konteks Islam sebagaimana dilansir dari NU Online, Syaban menjadi bulan yang memberikan banyak kesempatan bagi umat untuk menemukan jalan menuju berbagai kebaikan. Syaban berada di antara dua bulan mulia, yakni Rajab dan Ramadhan, sehingga sering kali kurang mendapat perhatian.
Padahal, bulan ini menyimpan keutamaan yang besar dalam meningkatkan kualitas kehidupan umat Islam, baik secara pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Syaban juga menjadi waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh harapan akan rahmat Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم
Artinya: Syaban adalah bulan yang dilupakan oleh banyak orang karena berada di antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini adalah waktu diangkatnya amal-amal kepada Tuhan semesta alam. Aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa. (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Aisyah RA juga pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa sunah sebanyak di bulan Syaban dibandingkan bulan lainnya, selain Ramadhan. Hal ini semakin menegaskan betapa pentingnya bulan ini dalam perjalanan spiritual umat Islam.
Sementara itu, Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Miftahul Huda, menjelaskan bahwa kata "Syaban" juga berasal dari "Syakbun" yang bermakna akar, yang melambangkan sesuatu yang bercabang dan menyebar. Ada beberapa alasan bulan ini dinamakan Syaban:
• Orang Arab pada zaman dahulu biasa menyebar untuk mencari air di bulan ini.
• Setelah bulan Rajab yang dianggap suci, mereka kembali melakukan aktivitas seperti peperangan dan penggerebekan.
• Tanaman mulai tumbuh dengan cabang-cabang yang berkembang.
• Syaban menjadi bulan yang menghubungkan antara Rajab dan Ramadhan.
• Syaban menjadi waktu berkumpulnya berbagai kebaikan, baik yang bersifat ritual keagamaan maupun sosial.
Baca Juga : Mengapa Februari Menjadi Bulan Terpendek Dibandingkan Lainnya? Ternyata Ini Alasannya
Dalam sejarah Islam, bulan Syaban juga mencatat peristiwa penting, yaitu perintah perubahan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsha ke Ka'bah di Makkah. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Syaban dan menjadi ujian keimanan bagi para pengikut Rasulullah SAW.
KH Miftahul Huda menjelaskan bahwa bulan Syaban memiliki keutamaan besar, salah satunya adalah waktu ketika amal perbuatan manusia diangkat dan dilaporkan kepada Allah SWT.
Dalam hadis riwayat An-Nasa'i, Rasulullah SAW bersabda:
"Ini adalah bulan yang dilupakan banyak orang, berada antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan ini amal-amal diangkat kepada Tuhan semesta alam. Aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa." (HR An-Nasa'i dan Abu Dawud)
Hadis ini mengisyaratkan agar umat Islam memperbanyak amal saleh, seperti puasa sunah, salat sunnah, zikir, membaca shalawat, serta meningkatkan kegiatan sosial seperti sedekah dan infak.
Bahkan jika tidak mampu melakukan banyak amal, minimal seorang Muslim dianjurkan untuk tidak melakukan dosa, menjaga ucapan, dan menghindari tindakan yang menyakiti orang lain baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Baca Juga : Thariq bin Ziyad: Panglima Perang Islam yang Namanya Diabadikan Menjadi Selat Gibraltar
Syaban juga menjadi bulan yang penuh dengan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari siksa neraka. Oleh karena itu, umat Muslim di berbagai daerah memuliakan bulan ini dengan berbagi sedekah dan mempererat silaturahim.
Di Indonesia, bulan Syaban sering disebut sebagai bulan "Ruwah." Tradisi yang berkembang adalah saling mengirim parcel makanan kepada keluarga dan kerabat, yang dikenal dengan istilah "Ruwahan." Tradisi ini melambangkan persaudaraan dan memperkuat hubungan silaturahim antar sesama Muslim.