JATIMTIMES - Februari adalah bulan yang unik dalam kalender Masehi karena menjadi satu-satunya bulan yang memiliki jumlah hari yang lebih sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Dalam kalender modern, Februari biasanya hanya memiliki 28 hari, dan setiap empat tahun sekali, pada tahun kabisat, ditambahkan satu hari ekstra menjadi 29 hari.
Baca Juga : Viral karena Karyawannya Hina Honorer Pakai BPJS, ini Sejarah PT Timah
Fenomena ini pun seringkali menjadi hal yang membingungkan dan beberapa orang butuh penjelasan mengenai hal ini. Lantas apa alasan Februari menjadi bulan terpendek dalam kalender Masehi?
Alasan Februari Lebih Singkat Dibandingkan Bulan Lainnya
Meski menduduki posisi sebagai bulan kedua, sebenarnya Februari adalah bulan terakhir yang diciptakan pada tahun 700-an SM. Penciptaan Februari berhubungan dengan keputusan raja kedua Roma yakni Numa Pompilius.
Pada awalnya, penentuan kalender dilakukan oleh Romulus yang merupakan raja pertama sekaligus pendiri Roma. Kalender tersebut dikenal bernama kalender Romawi.
Namun ketika dihitung melalui revolusi bulan dan revolusi matahari ada sisa jumlah hari yang akhirnya diteliti. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Numa Pompilius dengan berbagai perhitunganya. Penasaran? Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Sejarah Bulan Februari
Melansir laman Harian Almanac, Februari berasal dari kata Latin "Februa" yang berarti "Membersihkan". Bulan itu diberi judul berdasarkan Februalia Romawi yang merupakan festival pemurnian dan penebusan dosa selama sebulan yang berlangsung sepanjang tahun.
Sedangkan dilansir melalui Dictionary.com, sebelum diadopsi dengan nama Latin, Februari menggunakan bahasa Inggris Kuno yang menggambarkan bulan. Nama tersebut adalah Solmonath yang secara harfiah berarti "bulan lumpur".
Pada awalnya bulan Februari memang tak termasuk dalam susunan kalender Romawi yang hanya memiliki 10 bulan. Karena orang Romawi saat itu tidak membatasi musim dingin.
Hingga akhirnya pada tahun 700-an SM, raja kedua Roma, Numa Pompilius memodifikasi dengan menambahkan Januari dan Februari ke akhir kalender. Hal tersebut dilakukannya menyesuaikan dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari.
Awalnya memang 1 Maret menjadi Hari Tahun Baru. Usai penghitungan dan keputusan Numa Pompilius, Tahun Baru 153 SM jatuh ke tanggal 1 Januari dan Februari menempati posisi ke 2 dalam 12 bulan.
Alasan Februari Lebih Tinggi Dibandingkan Bulan Lain
Seperti yang disebutkan sebelumnya alasan mengapa Februari lebih singkat dibandingkan bulan lain yang berhubungan dengan kalender Romawi. Laman The Conversation menjelaskan bila kalender Romawi Kuno pada awalnya hanya memiliki 10 bulan.
Kalender dibentuk berdasarkan waktu pertanian yang dimulai pada musim semi di bulan Maret hingga berakhir 340 hari kemudian di bulan Desember. Karena tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan di ladang selama musim dingin, sisa hari dalam setahun tidak dihitung dalam kalender.
Hingga akhirnya pada tahun 731 SM, Numa Pompilius memutuskan menyejajarkan kalender dengan fase bulan. Ia menemukan ada 12 siklus bulan setiap tahunnya, sehingga kalender menjadi bagian 12 bulan.
Januari dan Februari ditambahkan dan tahun kalender baru berlangsung selama 355 hari. Satu fakta menarik yang ditemukan adalah orang Romawi percaya bahwa angka genap berarti sial.
Hingga akhirnya ketika menyusun ia mengurangi satu hari dari masing-masing bulan yang terdiri dari 30 hari agar menjadi 29 hari. Karena mengamati bulan, Pompilius menemukan jumlah hari dalam satu tahun berjumlah 355 hari.
Baca Juga : Margaretha Cornelia, HRD yang Geluti Kuliner Tahu Gejrot
Dengan demikian ia memiliki 56 hari tersisa setelah mengurangi satu hari setiap bulannya. Pada akhirnya, ia memutuskan setidaknya ada 1 bulan yang memiliki jumlah hari yang genap.
Hingga akhirnya Pompilius memilih Februari, bulan yang akan menjadi tuan rumah ritual Romawi untuk menghormati orang mati, sebagai bulan sial yang terdiri dari 28 hari. Karena itu pada bulan Februari di Roma adanya festival ritual penyucian dosa.
Pada hari itu, kerabat yang masih hidup akan membawa makanan dan hadiah ke kuburan untuk menghormati orang mati. Dengan hal itu mereka berharap agar yang sudah meninggal hidup bahagia sehingga tidak bangkit dan menghantui yang masih hidup.
Alasan Februari Hanya Sampai Tanggal 28 ataupun 29
1. Mercedonius
Meski sudah ditetapkan selama 12 bulan ternyata permasalahan lain muncul. Pada masa itu diketahui bila Bumi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengelilingi Matahari. Akhirnya tahun demi tahun berlalu dan musim mulai tidak selaras.
Jadi ada satu hari ekstra yang disebut dengan Mercedonius yang ditambahkan ke kalender sebelum awal Maret. Mercedonius tidak terjadi setiap tahun.
Namun ditambahkan kapanpun diperlukan untuk menyelaraskan kembali bulan dan musim. Sehingga terkadang bulan itu memiliki 27 atau 28 hari, sehingga satu tahun berlangsung selama 377-378 hari.
Tetapi sayangnya Mercedonius tidak menguntungkan untuk bulan Februari karena biasanya memotong empat hari dari bulan yang sudah pendek. Meskipun demikian, bila diperlukan Mercedonius membantu menyelaraskan musim dan penggunaannya tidak dapat diprediksi.
2. Tahun Kabisat
Tahun Kabisat adalah tahun dengan satu hari ekstra yakni 29 Februari yang ditambahkan hampir setiap 4 tahun sekali ke kalender. Hal ini berkaitan dengan ilmu astronomi menurut Harian Almanac.
Dijelaskan bila satu tahun orbit Bumi mengelilingi Matahari ternyata tidak sama sepanjang waktu. Tanpa hari ekstra ini, kalender dan musim secara bertahap tidak akan tenggelam.
Suatu tahun yang bisa disebut tahun kabisat bila jumlah habis dibagian 4. Namun tahun-tahun yang habis di bagian 100 tidak dapat disebut tahun kabisat kecuali tahun tersebut juga habis di bagian 400.
Tanpa hari kabisat, kalender akan mati setidaknya 5 jam, 48 menit, dan 45 detik lebih setiap tahun. Untuk itu hari kabisat harus terjadi dan sudah terjadi pada tahun 2024 kemarin.