JATIMTIMES - Grade sepak bola Indonesia mulai meningkat dengan banyaknya pemain keturunan yang membela tim Merah Putih. Oleh karena itu, saat ini pegiat sepak bola grassroot mulai berfikir keras untuk mencapai titik tersebut.
Salah satu tokoh sepak bola Malang, Joko 'Gethuk' Susilo mengatakan bahwa saat ini baik kelompok umur hingga senior tidak ada pemain asli Malang. Hal itu berbanding terbalik dengan 10 hingga 15 tahun lalu dimana banyak pemain asli Malang yang dibutuhkan tim nasional.
Baca Juga : Malang Junior League, Wadah Pesepakbola Muda Kembangkan Asa
“Selama ini kan kita masih minim untuk menyumbang di kelompok usia di 17. Karena grade kita sekarang sudah berbeda. Grade di PSSI seniornya sudah berbeda. Kemudian di usia 23, 20, 17 sudah berbeda semuanya. Nah ini yang harus kita siapkan dan pelatih-pelatih di sini harus mengerti itu, harus berubah,” ungkap Gethuk, Minggu (2/2/2025) ditemui awak media.
Gethuk pun mengaku tidak bisa menyalahkan pemain keturunan yang ingin membela Indonesia. Namun ia meminta kepada pelatih pembinaan pemain sepak bola saat ini agar memiliki pemikiran terbuka.
“Grade di fundamental itu apa saja, itu berbeda sekarang, jauh kalau sekarang. Kan dilihat banyak diaspora, banyak naturalisasi, itu kan kita harus siapkan sekarang,” kata Gethuk.
Oleh karena itu, Gethuk berharap kerjasama semua pihak agar pemain asli Malang kembali bisa menunjukkan tajinya. “Mungkin gak bisa setahun ini, yang KU-17 langsung kita siapkan,” tegas Gethuk.
Menurut Gethuk, sepak bola era saat ini bukan hanya dibutuhkan soal skill dan fisik. Kemampuan berfikir di atas lapangan juga menjadi penilaian tersendiri.
Baca Juga : Pink Spiders Kembali Berjaya: Kalahkan Red Spark dan Raih Lima Kemenangan Beruntun
Dia mengibaratkan pesepakbola adalah murid sekolah. Mulai usia dini harus diberi kurikulum bagaimana cara bermain sepak bola yang benar. Kemudian pola makan, asupan nutrisi dan sebagainya.
Begitu juga dengan pelatih yang memberikan kurikulum juga harus mendapatkan materi. Sehingga, kesinambungan dari grassroot ini akan membawa dampak kebiasaan baik kedepannya.
“Sepak bola Indonesia kan sudah berubah. Kita harus respect masa lalu, hadapi dan pelajari saat ini dan antisipasi masa depan. Itu yang harus dan segera dilakukan,” tukas Gethuk.