free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Thariq bin Ziyad: Panglima Perang Islam yang Namanya Diabadikan Menjadi Selat Gibraltar

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

02 - Feb - 2025, 10:56

Placeholder
Ilustrasi (Wikipedia)

JATIMTIMES - Sejarah mencatat banyak sosok panglima perang yang mengukir namanya melalui kemenangan besar. Namun, hanya sedikit yang namanya diabadikan dalam peta dunia. 

Salah satunya adalah Thariq bin Ziyad, seorang panglima perang Islam yang memimpin ekspedisi penaklukan Andalusia. Diolah dari beberapa sumber, seperti Wikipedia dan beberapa sumber lain, namanya kini terpatri dalam Selat Gibraltar, yang berasal dari bahasa Spanyol Jabal Thariq, berarti "Bukit Thariq". 

Baca Juga : Tidak Punya Wudhu Tapi Ingin Baca Al-Qur'an, Boleh? Ini Kata UAH

Perjalanan hidup dan strategi militernya menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah peradaban Islam.

Asal usul Thariq bin Ziyad masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia berasal dari Bani Hamdan di Persia, sementara yang lain meyakini bahwa ia berasal dari bangsa Berber di Afrika Utara. Terlepas dari latar belakangnya, Thariq bin Ziyad dikenal sebagai seorang pemimpin militer yang memiliki kecerdasan taktik dan keberanian luar biasa.

Nama Thariq mulai mencuat ketika ia dipercaya oleh Musa bin Nushair, gubernur Qairawan, untuk memimpin pasukan dalam ekspedisi ke Andalusia. Sebelum misi besar itu, Thariq sudah menunjukkan kepemimpinannya dalam penaklukan Tangier, yang kini merupakan bagian dari Maroko. Keberhasilannya mengamankan wilayah tersebut membuatnya diangkat sebagai wali kota dan pemimpin pasukan utama di daerah tersebut.

Pada tahun 89 H/708 M, Musa bin Nushair mulai merancang strategi untuk memperluas wilayah Islam ke Andalusia, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Visigoth. Ia melihat bahwa wilayah tersebut rentan akibat konflik internal dan lemahnya pemerintahan Raja Roderic. Dengan perencanaan matang, Musa mengutus Thariq bin Ziyad untuk memimpin ekspedisi militer ke tanah Spanyol.

Dengan pasukan awal sebanyak 7.000 prajurit, mayoritas dari suku Berber, Thariq menyeberangi Selat Gibraltar dan mendarat di pesisir selatan Spanyol. Menyadari besarnya tantangan di hadapan mereka, Thariq meminta tambahan pasukan, yang kemudian dikirimkan oleh Musa bin Nushair sebanyak 5.000 orang, sehingga total pasukannya menjadi 12.000 prajurit. Angka ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan lebih dari 100.000 pasukan yang dipimpin oleh Raja Roderic.

Dalam situasi genting, Thariq bin Ziyad membuat keputusan yang kelak menjadi legenda. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar semua kapal yang mereka gunakan untuk menyeberang, seraya berkata, "Laut ada di belakang kalian, dan musuh ada di depan kalian. Tidak ada jalan kembali kecuali kemenangan atau syahid." Langkah ini menutup kemungkinan mundur dan menanamkan tekad baja dalam hati para prajuritnya.

Pertempuran besar terjadi di dekat Guadalete, di mana pasukan Thariq bin Ziyad bertempur dengan gagah berani melawan pasukan Raja Roderic yang jauh lebih besar. Dengan strategi cerdik dan serangan mendadak yang tak terduga, pasukan Islam berhasil menghancurkan kekuatan Visigoth, dan Roderic sendiri tewas dalam pertempuran tersebut.

Kemenangan ini menjadi awal dari rangkaian penaklukan wilayah Andalusia. Kota-kota besar seperti Toledo, Seville, Sidonia, Karmona, dan Merida jatuh ke tangan pasukan Islam. Keberhasilan ini kemudian menarik perhatian Musa bin Nushair, yang memutuskan untuk turun tangan secara langsung dengan membawa pasukan tambahan. Setelah melalui berbagai pertempuran, kedua panglima besar ini berhasil menguasai hampir seluruh Spanyol bagian selatan.

Baca Juga : Apa yang Terjadi jika Benar Dolar Anjlok Hingga Rp 8 Ribu Rupiah? 

Dengan jatuhnya kota-kota penting di Andalusia, Islam mulai berakar di wilayah tersebut dan berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan kemajuan yang luar biasa dalam peradaban dunia. Keberhasilan ini juga membuka jalan bagi hubungan dagang dan diplomasi antara dunia Islam dan Eropa.

Sebagai penghormatan atas jasanya, nama Thariq bin Ziyad diabadikan dalam sejarah melalui penamaan Jabal Thariq, yang secara harfiah berarti "Bukit Thariq". Dalam perkembangannya, seiring dengan perubahan linguistik di Spanyol dan Eropa, nama tersebut kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar, jalur strategis yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Laut Mediterania.

Hingga kini, Selat Gibraltar tetap menjadi salah satu jalur perairan paling penting di dunia, tidak hanya secara geografis tetapi juga dalam sejarah peradaban. Keberanian dan strategi militer Thariq bin Ziyad masih menjadi inspirasi bagi banyak pemimpin dan sejarawan yang mengkaji strategi perang dan kepemimpinan.

Thariq bin Ziyad bukan hanya seorang panglima perang biasa, tetapi juga seorang pemimpin visioner yang mampu membawa perubahan besar dalam sejarah Islam dan dunia. Dengan keberaniannya, Andalusia menjadi bagian dari peradaban Islam yang berkembang pesat dan berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya di Eropa.

Warisan Thariq bin Ziyad tetap hidup, tidak hanya dalam catatan sejarah, tetapi juga dalam nama Selat Gibraltar, yang terus mengingatkan dunia akan keberanian dan strategi luar biasa seorang panglima perang Muslim yang mengubah jalannya sejarah.

 


Topik

Agama Thariq bin Ziyad



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri