JATIMTIMES - Isra Mikraj adalah peristiwa kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang mengacu pada perjalanan malam dan kenaikannya dari Makkah menuju Sidratul Muntaha.
Mengacu pada Saudi Moments, Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari Makkah ke Masjidil Aqsa pada malam hari. Sedangkan Mikraj mengacu pada kenaikan Nabi dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.
Baca Juga : Jelang Long Weekend di Akhir Bulan, Komoditas Pangan di Kota Kediri Terpantau Turun Harga
Isra Mikraj menjadi bukti kekuatan dan keimanan Nabi Muhammad, yang menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk tabah, beriman, dan memiliki tekad yang kuat.
Nabi Muhammad menaiki Burak, makhluk dari surga yang disebut menyerupai kuda bersayap. Nabi Muhammad menembus tujuh lapis langit untuk bertemu dengan Allah SWT.
Di sana, Allah menginstruksikan Nabi Muhammad untuk menyampaikan kepada Muslim bahwa mereka harus salat 50 kali sehari. Terjadi negosiasi antara Allah SWT dan Nabi Muhammad sehingga waktu salat pun ditetapkan menjadi hanya lima waktu sehari.
Karena peristiwa ini, Isra Mikraj kerap diperingati Muslim sebagai peristiwa yang bersejarah. Namun, tahukah sobat JatimTimes jika Arab Saudi tidak memperingati Isra Mikraj? Jika belum tahu, yuk simak penjelasan dibawah ini mengenai alasan Arab Saudi tidak merayakan Isra Mikraj.
Alasan Arab Saudi Tidak Merayakan Isra Mikraj
Dilansir dari The National News, berikut sejumlah alasan Arab Saudi tidak merayakan Isra Mikraj:
1. Pengaruh Mayoritas
Wahhabisme adalah gerakan reformasi Islam yang muncul pada abad ke-18 melalui Muhammad bin Abdul Wahhab. Gerakan ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dengan menghapus praktik-praktik yang dianggap sebagai bid'ah (inovasi dalam agama) atau syirik (menyekutukan Allah).
Karena ajaran Wahhabisme menekankan pentingnya hanya menjalankan praktik ibadah yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, perayaan Isra Mikraj dianggap tidak memiliki dasar yang kuat dalam sumber-sumber ini.
Menurut ulama-ulama Wahhabi, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tidak pernah merayakan peristiwa Isra Mikraj, sehingga mengadakan peringatan khusus dianggap menyalahi prinsip tauhid dan sunnah.
2. Pandangan Tentang Bid'ah
Baca Juga : Mengapa Nama Nabi Ibrahim AS Disebut dalam Tahiyat Akhir Salat?
Wahhabisme memiliki pandangan yang sangat ketat terhadap bid'ah. Perayaan Isra Mikraj, yang tidak memiliki preseden dalam tradisi Islam awal, dianggap sebagai inovasi yang tidak diperbolehkan dalam agama.
Ulama Wahhabi sering mengingatkan bahwa menambah atau menciptakan ritual baru dalam Islam dapat berpotensi menyimpang dari ajaran asli.
3. Budaya Keagamaan
Arab Saudi lebih menekankan pada ibadah yang memiliki landasan kuat dalam Al-Qur'an dan Sunnah, seperti shalat lima waktu, puasa, haji, dan zakat.
Peristiwa Isra Mikraj sendiri diakui sebagai salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW, tetapi penghormatan terhadapnya dilakukan dalam bentuk membaca dan memahami kisahnya, bukan dengan merayakan secara khusus.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan jika Arab Saudi tidak merayakan Isra Mikraj karena alasan ideologi Wahabisme yang mendominasi kebijakan dan praktik keagamaan di negara tersebut.
Pandangan ini berakar pada prinsip tauhid, sunnah Nabi, dan penolakan terhadap bid'ah. Meskipun tidak ada perayaan resmi, individu di Arab Saudi tetap dapat memahami peristiwa Isra Mikraj sebagai bagian dari sejarah Islam yang penting, namun tanpa ritual atau acara khusus.