JATIMTIMES - Banjir bandang telah menerjang Desa Kendit dan Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Banjir itu mengakibatkan 265 kepala keluarga (KK) atau sekitar 500 warga di Dusun Tambak Ukir terisolasi karena jembatan sepanjang 14 meter penghubung antar-RT terputus.
Jembatan yang dibangun menggunakan dana desa (DD) itu merupakan akses warga untuk menyingkat waktu dan mempermudah warga dalam beraktivitas. Akibat jembatan terputus, warga Dusun Tambak Ukir harus memutar sejauh 3 kilometer.
Baca Juga : Cegah Peredaran Narkoba di Jalan Kunti, Polisi dan Pemkot Surabaya Pasang CCTV
Kepala Dusun (Kadus) Tambak Ukir Barat Alfin mengatakan, akibat jembatan 14 meter hanyut diterjang banjir bandang, ratusan warganya terisolasi. Pihaknya berharap dinas terkait di Pemkab Situbondo untuk segera membangun kembali jembatan tersebut.
"Karena jembatan yang hanyut diterjang banjir bandang merupakan akses utama warga untuk beraktivitas. Oleh karena itu, saya mewakili warga meminta dinas terkait di Pemkab Situbondo untuk segera membangun kembali jembatan yang hanyut tersebut,"ujar Alfin, Senin (30/12/2024).
Kepala BPBD Kabupaten Situbondo Sruwi Hartanto mengatakan, pembangunan kembali infrastruktur rusak akibat diterjang banjir bandang itu, sudah dibahas oleh tim tanggap darurat Pemkab Situbondo bersama BNPB.
"Bahkan, tadi malam (Minggu malam red-) Raditya Jati, deputi sistem dan strategi BNPB, berkunjung dan meninjau lokasi banjir bandang di dua desa di Kecamatan Kendit,"kata Sruwi Hartanto.
Sementara itu, Raditya Jati l mengungkapkan, untuk melakukan perbaikan fasilitas umum yang rusak karena dampak banjir tersebut, BPBD Situbondo bisa memakai anggaran belanja tidak terduga (BTT) maupun dana siap pakai (DSP). "Kami dari pusat siap membantu jika daerah tidak memiliki anggaran," ungkap Raditya.
Baca Juga : Bemsi dan Bemnus Jawa Timur Bersatu, Gelar Aksi Aksi Penolakan PPN 12% di Surabaya
Selain itu, Raditya menjelaskan bahwa yang harus dipikirkan daerah adalah terkait peringatan dini bencana kepada masyarakat sehingga dapat mengurangi risiko bencana.
"Yang harus dievaluasi terkait mitigasi bencana. Daerah harus bekerja sama dengan komunitas sosial dan organisasi masyarakat dalam menyosialisasikan tanggap bencana kepada masyarakat. Selain itu, peringatan dini harus ada, bagaimana cara daerah memberikan informasi terkini kepada masyarakat terkait potensi bencana yang akan terjadi, baik melalui radio dari hulu ke hilir maupun melalui WhatsApp," pungkasnya.