JATIMTIMES - Minimnya aktivitas di sejumlah pasar tradisional menjadi sorotan utama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Blitar. Hingga Desember 2024, capaian retribusi masih jauh dari target yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Blitar, per 12 Desember 2024, pendapatan retribusi pasar tradisional hanya menyentuh angka Rp2,8 miliar. Angka itu setara dengan 63 persen dari target tahunan sebesar Rp4,7 miliar. Kondisi ini memunculkan keprihatinan terkait rendahnya aktivitas ekonomi di sejumlah pasar tradisional.
Baca Juga : Pelaku Tabrak Lari di Kota Blitar Ditangkap, Polisi Ungkap Kronologi Kejadian
Kepala Disperindag Kabupaten Blitar, Darmadi, mengungkapkan bahwa salah satu penyebab minimnya capaian retribusi adalah kondisi pasar yang semakin sepi. Menurutnya, banyak pedagang yang berjualan secara tidak konsisten, sehingga berdampak langsung pada penerimaan retribusi. “Sejumlah pedagang kadang buka, kadang tutup. Ini membuat retribusi tidak bisa maksimal,” kata Darmadi, Senin (16/12/2024).
Ia kemudian menyoroti Pasar Kesamben, yang dulunya menjadi penyumbang retribusi terbesar kedua di Kabupaten Blitar. Namun, pasca kebakaran yang melanda pasar tersebut, aktivitas perdagangan di sana menurun drastis. Relokasi pedagang ke lapak sementara dinilai kurang menarik minat pembeli. “Kondisi ini membuat pedagang kesulitan mendapatkan pelanggan, sehingga aktivitas pasar pun meredup,” tambah Darmadi.
Dari 13 pasar tradisional besar yang tersebar di Kabupaten Blitar, Pasar Wlingi saat ini menjadi penyumbang retribusi terbesar. Pasar tersebut dinilai memiliki tingkat keramaian yang stabil dibandingkan pasar-pasar lainnya. Darmadi menyebut bahwa Pasar Wlingi berhasil menjaga loyalitas pembeli dan menjadi pusat aktivitas ekonomi yang masih bergeliat.
Untuk mengatasi persoalan sepinya pasar tradisional, Disperindag Kabupaten Blitar menggulirkan beberapa program, salah satunya adalah Program ASN Belanja ke Pasar. Program ini bertujuan mendorong para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Kabupaten Blitar agar berbelanja di pasar tradisional. Darmadi optimistis program ini dapat memicu perputaran ekonomi di pasar sekaligus meningkatkan pendapatan retribusi. “Harapannya, program ini bisa membawa perubahan dan membangkitkan kembali minat masyarakat untuk belanja di pasar tradisional,” ujar Darmadi.
Baca Juga : Pasar Murah DPPTK Ngawi Edisi Nataru 2024, Stabilisasi Harga Sembako dan Pengendalian Inflasi
Meski demikian, tantangan revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Blitar masih cukup besar. Persaingan dengan pusat perbelanjaan modern dan maraknya perdagangan online menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Selain itu, fasilitas pasar tradisional yang belum memadai turut mempengaruhi minat masyarakat.
Tantangan ini tentu bukan perkara mudah, namun upaya Disperindag Kabupaten Blitar menjadi langkah awal penting dalam menghidupkan kembali denyut pasar tradisional. Di tengah gempuran modernisasi, pasar tradisional masih menyimpan potensi besar sebagai pusat ekonomi kerakyatan.