JATIMTIMES - Peran pers mahasiswa (persma) kerap dipandang sebagai anak tiri, meski sejatinya terus memantik diskusi kritis di antara dinamika dunia kampus. Pesan itu yang ingin disampaikan dalam pameran karya bertajuk 'Merdeka dari Bayang Represi' Jumat-Sabtu (13-14/12/2024).
Bertempat di Malang Creative Center (MCC) pameran itu diselenggarakan Persma Malang untuk merayakan kebebasan berekspresi.
Baca Juga : Pria Kaus Merah Pemukul Dokter Koas Unsri Ditetapkan Tersangka
Ketua pelaksana pameran Naufal Hafizh Numuda menjelaskan bahwa pameran Merdeka dari Bayang Represi menjadi sebuah ruang untuk menampilkan dan merayakan semangat kebebasan berekspresi yang terus menyala di tengah gelombang represi yang menekan.
Melalui karya-karya jurnalistik yang disuguhkan, pengunjung diajak untuk menyelami lebih dalam peran pers mahasiswa dalam mengungkap berbagai dinamika kampus yang sering terpinggirkan.
"Tidak sekadar menjadi penyedia informasi. Mereka adalah aktor perubahan yang kerap memantik diskusi dan menghadirkan refleksi kritis terhadap situasi sosial, budaya, hingga politik kampus," ujar Naufal, Sabtu (14/12/2024).
Dikatakan, pameran ini menjadi semacam refleksi kritis untuk memahami bahwa kebebasan berekspresi bukanlah sebuah pemberian, melainkan hasil perjuangan yang terus-menerus diperjuangkan.
"Dalam perjalanan panjang pers mahasiswa, kebebasan ini tidak hadir begitu saja. Ini juga menjadi pengingat bahwa represi dalam berbagai bentuknya, baik melalui tekanan struktural maupun ketidakpedulian yang masih menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi bersama," ungkap dia.
Sekjen Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Malang Delta Nishfu menambahkan, pameran ini menampilkan 11 majalah LPM (lembaga pers mahasiswa) edisi terbaru berupa karya digital, 10 karya fotografi dan ilustrasi dari submisi. Selain itu, ada puluhan arsip-arsip majalah cetak LPM dari tahun ke tahun.
Baca Juga : Berjaya di Cabang Gina Arabi, Mahasiswa Humaniora UIN Malang Sabet Emas di Ajang Mathla' IV
"Ada kliping berita indepth-feature terpilih rentang dua tahun belakangan. Lalu ada majalah cetak dan digital. untuk cetak kebanyakan ambil dari arsip-arsip LPM. Ada ilustrasi dan fotograsi, dan terakhir ada juga film dokumenter karya LPM dua tahun terakhir," ungkap Delta.
Pameran ini melibatkan LPM dan unit kegiatan pers mahasiswa dengan total ada 14 lembaga. Tak hanya pameran. Kegiatan ini juga dirangkai dengan banyak agenda. Di antaranya diskusi publik dengan tema 'Matinya Jurnalisme', pengenalan produk dan karya LPM, sharing session proses kreatif LPM, lalu ditutup dengan panggung bebas.
"Yang datang cukup antusias, kalau mayoritas mahasiswa. Meskipun ada beberapa pengunjung umum bahkan siswa sekolah menengah," imbuh Delta.