JATIMTIMES - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI mengenalkan program utama Ruang Bersama Merah Putih kepada masyarakat dan anak-anak di Kampung Cempluk, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Menteri PPPA RI Arifatul Choiri Fauzi menjelaskan, awal mula munculnya program Ruang Bersama Merah Putih atau RBMP adalah dari hasil retreat di Akmil Magelang bersama Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka beserta seluruh menteri di Kabinet Merah Putih.
"Ruang Bersama Merah Putih ini spirit dan inspirasinya kami ambil pada saat kami seluruh menteri diajak oleh Bapak Presiden retreat di Akmil Magelang," kata Arifatul, Jumat (6/12/2024).
Pejabat kelahiran Kabupaten Bangkalan, Madura, ini menjelaskan, bahwa dari beberapa pesan penting yang disampaikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto, pihaknya bersama seluruh menteri yang ada diminta untuk membuat program berkelanjutan dari program kerja yang sudah berjalan.
"Setelah kami konsolidasi internal di kementerian, kami melihat bahwa desa atau kelurahan yang ramah anak dan perempuan ini merupakan program yang sangat bagus sehingga kami akan melanjutkan. Maka kami akan melanjutkan dengan nama Ruang Bersama Merah Putih," ujar Arifatul.
Pejabat perempuan dari kalangan Muslimat NU ini menjelaskan, alasan diambilnya nama Ruang Bersama Merah Putih untuk menjadi salah satu program utama dari Kementerian PPPA RI.
"Karena kalau desa atau kelurahan yang ramah perempuan dan anak, selama ini menjadi fokusnya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak, maka Ruang Bersama Merah Putih ini kita perluas bahwa Ruang Bersama ini adalah kolaborasi dari seluruh kementerian dan juga partisipasi masyarakat," jelas Arifatul.
Lalu, penyematan merah putih di dalam nama program kerja Kementerian PPPA RI tersebut dikarenakan kabinet yang ada saat ini merupakan Kabinet Merah Putih.
Lebih lanjut, pihaknya memceritakan lebih dalam lagi terkait alasan terbentuknya program kerja Ruang Bersama Merah Putih. Di mana Ruang Bersama Merah Putih ini berangkat dari keprihatinan jajaran Kementerian PPPA RI melihat kondisi anak-anak di Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja.
"Salah satunya setelah saya turun ke beberapa daerah yang punya kasus-kasus tentang kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak, di situ terlihat penyebabnya salah satunya adalah karena pola asuh dalam keluarga dan yang kedua adalah pengalih gadget," jelas Arifatul.
Beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia menjadi sorotan Kementerian PPPA RI. Yakni di Banyuwangi terdapat anak berusia enam tahun yang meninggal karena mengalami kekerasan seksual.
Kemudian di Kabupaten Purworejo terdapat kakak-beradik berusia 14 sampai 16 tahun yang terpengaruh dengan pergaulan yang salah melalui media sosial akhirnya mengalami kekerasan seksual hingga melahirkan.
Selanjutnya, di Kabupaten Subang terdapat seorang anak kelas 3 SD yang menjadi korban kekerasan oleh kakak kelasnya. Akibat tindakan kekerasan tersebut, korban mengalami luka yang cukup parah hingga batang otaknya bergeser.
"Bayangkan tuh kekerasan seperti apa yang dialami oleh anak-anak ini. Ternyata si kakak kelas ini sering nonton game yang tonjok-tonjokkan itu dan itu dipraktikkan. Ini menjadi forum sebagai instrospeksi dan koreksi kita bersama dalam dunia pendidikan kita," ujar Arifatul.
Menurutnya, penggunaan gadget bagi anak-anak sangat tidak baik. Maka Kementerian PPPA RI menawarkan solusi di Ruang Besar Merah Putih yang efektif dan konkrit.
"Nah, solusi yang kami tawarkan adalah yang pertama, kita bisa bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat. Kita juga akan silaturahmi kementerian KMG investment untuk menyiapkan atau menyediakan permainan tradisional yang berbasis kearifan lokal," beber Arifatul.
Lebih lanjut, pihaknya menyebutkan permainan tradisional memiliki filosofi yang sangat tinggi. Maka dari itu Kementerian PPPA RI memberikan solusi untuk anak-anak agar tersalurkan bakat dan keaktifannya.
"Permainan tradisional itu nggak ada yang main sendiri, pasti ramai-ramai. Yang loncat-loncat, satu, dua, tiga, terus kaki kita begini, depannya lagi begini, terus boling gitu ya. Itu kan gantian. Jadi, permainan tradisional itu menanamkan karakter anak Indonesia dan menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dulu," terang Arifatul.
Menurut Arifatul yang paling penting dalam permainan tradisional yakni tidak membeda-bedakan agama, suku, bahasa maupun status sosial lainnya.
"Dan yang paling penting adalah tidak membedakan antara anak satu dengan yang lainnya. Mau agamanya Islam, Kristen, Buddha, Hindu, mau dia kaya yang miskin, mereka akan tetap bermain bersama," pungkas Arifatul.