JATIMTIMES - Debat calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada Kabupaten Blitar baru-baru ini berlangsung dengan suasana yang tidak terduga. Momen lucu muncul saat pasangan nomor urut 01 yang diusung PDIP bersama partai koalisi, Rijanto-Beky Herdiansyah, yang seharusnya memaparkan visi dan misi, malah lebih banyak menceritakan aksi sosial mereka.
Ketegangan memuncak saat Rijanto-Beky melakukan walk out setelah menuduh pasangan nomor urut 02 mencontek, meskipun visi misi yang disampaikan Rini Syarifah-Abdul Ghoni justru penuh dengan data konkret.
Baca Juga : DPP PDIP: Bu Mega Tak Pernah Tanya Bu Risma Duitmu Piro
Debat kedua ini menjadi sorotan karena suasana yang ricuh dan penuh emosi. Di segmen awal, ketika Rijanto-Beky mengawali pemaparan visi misi, banyak pihak yang mencatat bagaimana mereka lebih memilih untuk berbagi cerita tentang kegiatan sosial selama masa kampanye daripada menyampaikan program-program konkret. Salah satu pernyataan dari pengamat politik Novi Catur Muspita menyoroti bahwa pasangan ini "kurang fokus" dalam menyampaikan visi misi, malah lebih mendeskripsikan aktivitas sosial yang mereka lakukan.
“Fokuslah menyampaikan visi misi yang menjadi peta kerja,” ungkap Novi. Dia menambahkan bahwa visi dan misi adalah bagian penting dari program kerja, yang seharusnya menjadi perhatian utama dalam debat ini.
Sebelum walk out, Rijanto-Beky sempat memaparkan beberapa kegiatan sosial mereka. Misalnya, saat Rijanto menjelaskan tentang bencana alam yang melanda Kabupaten Blitar dan bagaimana mereka berencana untuk membantu korban. "Kita doakan khusnul khotimah untuk yang meninggal dan berharap kehidupan segera normal kembali," katanya.
Namun, banyak yang berpendapat bahwa hal itu tidak relevan dengan program kerja yang seharusnya mereka prioritaskan dalam debat tersebut.
Rijanto mengaku berencana untuk melakukan gotong royong memperbaiki rumah yang rusak akibat bencana. "Kami akan gotong royong membenahi rumah yang rusak berat," tambahnya, disertai penekanan pada dukungan terhadap produk UMKM lokal. Namun, aksi ini tampak lebih sebagai pencitraan daripada substansi.
Di sisi lain, Rini-Ghoni yang diusung PKB bersama partai koalisi, tampil dengan lebih terstruktur. Mereka menjelaskan visi dan misi mereka dengan lengkap, didukung oleh data pencapaian dari program sebelumnya. “Kami menginginkan pelayanan publik yang lebih baik,” kata Rini, menekankan pentingnya penerapan good governance dalam setiap program. “Kami berterima kasih kepada seluruh elemen yang telah berpartisipasi aktif dan berkolaborasi,” lanjutnya.
Mas Ghoni, dalam sambutannya, juga menegaskan bahwa semangat mereka adalah semangat masyarakat Blitar. Meskipun perdebatan terhenti akibat ketegangan, penampilan Rini-Ghoni tetap konsisten dengan tujuan mereka untuk menjelaskan visi dan misi secara efektif kepada publik.
Tuduhan mencontek yang dilontarkan Rijanto-Beky tampaknya menciptakan suasana tegang yang tidak perlu. “Pernyataan tersebut hanya menunjukkan ketidakpahaman mereka terhadap visi dan misi yang sebenarnya,” imbuh Novi.
Menurut Novi Catur Muspita, meskipun debat dihentikan, pasangan Rini-Ghoni tetap layak disebut sebagai man of the match dalam acara tersebut. Ia menilai keberanian pasangan ini dalam menyampaikan visi-misi lengkap dengan data pendukung menunjukkan kesiapan dan komitmen yang tinggi. “Mereka berani tampil dengan kelengkapan data, tetap berdiri di panggung, dan tidak gentar dengan tantangan yang muncul. Hal ini menunjukkan kualitas kepemimpinan mereka,” ungkap Novi.
Baca Juga : Bertemu Warga Kebomas Gresik, Yani-Alif Diminta Prioritaskan Pemberdayaan Pelaku UMKM
Muhammad Rifai, ketua Tim Pemenangan RINDU, menggarisbawahi pentingnya menjaga integritas debat. “Kami berharap debat selanjutnya akan dilaksanakan oleh KPU tanpa aturan yang membingungkan,” katanya. Rifai mendesak KPU untuk kembali kepada aturan dasar yang jelas agar setiap pasangan calon bisa menyampaikan visi dan misi dengan bebas.
Nur Muchlisin, liaison officer (LO) paslon Rini-Ghoni, menambahkan bahwa tim mereka telah mematuhi semua regulasi yang ditetapkan oleh KPU. “Kami telah berada di jalur yang sesuai aturan, dan sangat aneh jika tiba-tiba debat dihentikan saat kami menyampaikan program kami,” tegasnya.
Muchlisin juga menyoroti kurangnya dukungan dari KPU dalam hal penyediaan teks visi misi. “KPU sebelumnya berjanji akan menyediakan teks visi misi, namun tidak ada yang diterima oleh tim kami saat debat berlangsung,” jelasnya. Ini menunjukkan bahwa persiapan yang matang sangat penting dalam menghadapi debat.
Debat ini bukan hanya sekadar ajang untuk memaparkan visi misi, tetapi juga menjadi refleksi dari cara pasangan calon dalam berkomunikasi dengan publik. Momen lucu dan ketegangan yang terjadi mencerminkan bagaimana dinamika politik di Kabupaten Blitar, di mana publik mengharapkan lebih dari sekadar pamer aksi sosial, tetapi juga solusi nyata untuk permasalahan yang ada.
Masyarakat Kabupaten Blitar tentu berharap agar di debat selanjutnya, setiap pasangan calon dapat memberikan penjelasan yang lebih fokus dan substansial mengenai program-program yang akan mereka jalankan jika terpilih. Pengamat dan tim pemenangan berharap KPU dapat menegakkan aturan dengan jelas agar debat bisa berjalan lebih lancar dan produktif.
Dengan pemilihan umum yang semakin dekat, setiap calon perlu menyadari bahwa bagaimana mereka menyampaikan visi dan misi kepada publik dapat menentukan masa depan Kabupaten Blitar. Keputusan rakyat tidak hanya didasarkan pada visi yang indah, tetapi juga pada kejelasan dan konsistensi dalam menyampaikan rencana kerja yang nyata.