JATIMTIMES - Pakar Politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, menilai Pasangan Calon Nomor Urut 2, Khofifah dan Emil Dardak memiliki visi yang lengkap dan pengalaman yang nyata.
"Dua kali penampilan debat Khofifah-Emil adalah yang paling utuh dengan kelengkapan data, visi, dan pengalaman yang terstruktur baik," ujarnya, Selasa (5/11).
Baca Juga : Tidak Ada Sanksi Berat, Penyelenggara Pemilu di Jember Kembali Berulah Mendukung Calon Bupati
Ia juga menyoroti bahwa pasangan ini memiliki kekuatan data dan fakta yang konkret dibandingkan paslon lainnya, sehingga makin meyakinkan publik.
Menurut Suko, penampilan pasangan lain masih terfokus pada gagasan tanpa didukung data lapangan yang cukup. Sementara Khofifah-Emil memiliki strategi dan informasi yang utuh serta telah terbukti dengan berbagai penghargaan dan capaian nyata.
Ia memperkirakan bahwa elektabilitas pasangan nomor dua akan semakin sulit terkejar oleh pesaing lainnya berkat performa debat yang menonjol ini.
Dengan capaian di berbagai sektor dan komitmen membangun pemerintahan bersih, Khofifah-Emil optimis dapat melanjutkan pembangunan Jatim sebagai “Gerbang Baru Nusantara.”
Dalam sesi debat terahir sebelumnya Khofifah menyampaikan pencapaian selama periode pertamanya. Termasuk raihan 738 penghargaan untuk Provinsi Jawa Timur, dengan menyebut bahwa "kemajuan yang dicapai adalah hasil kerja nyata."
Khofifah juga menyebut ada peningkatan investasi di Jatim yang mencapai Rp 145 triliun pada tahun 2023, tertinggi selama lima tahun terakhir. Serta pertumbuhan ekonomi inklusif yang berdampak pada rendahnya tingkat pengangguran dibandingkan rata-rata nasional.
Baca Juga : Kritik Soal Naturalisasi yang Dilakukan PSSI, Anita Jacob: Kita Tidak Miskin Atlet
Tidak hanya itu, Khofifah juga menegaskan keberhasilan tata kelola pemerintahan Jatim yang bersih dan anti-korupsi, yakni dengan skor 92 di bidang pencegahan korupsi dari KPK, jauh di atas rata-rata nasional.
Sementara dalam bidang penurunan kemiskinan ekstrem, Khofifah menyampaikan bahwa pada tahun 2019 angka kemiskinan ekstrem mencapai 4,4% atau sekitar 1,8 juta jiwa. Angka ini berhasil diturunkan hingga mencapai 0,66% atau setara dengan 263 ribu jiwa pada Maret 2024.