JATIMTIMES - Pelaku usaha di Kabupaten Malang menjerit. Bagaimana tidak, omzet mereka mengalami penurunan bahkan mencapai lebih dari 60 persen. Kondisi memprihatinkan tersebut juga dialami oleh Suriati, Pemilik Usaha Dagang (UD) Gajah Bangkit yang berlokasi di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
Suriati menyebut, penurunan omzet tersebut terjadi sejak kisaran bulan Juni 2024 lalu.
Baca Juga : Prabowo Mania All In Dukung Paslon WALI Pimpin Kota Malang
"(Pendapatan turun) banyak sekali, lebih dari 50 persen, bahkan sampai 60 persen. Sepertinya kondisi perekonomian sekarang sama waktu ada (pandemi) Covid-19 itu, lebih mendingan waktu ada Covid-19," keluh Suriati kepada JatimTIMES, saat ditemui Senin (4/11/2024).
Diakui Suriati, turunnya geliat perekonomian tersebut juga dirasakan oleh sejumlah pelaku usaha lainnya. Hingga akhirnya, kondisi tersebut juga turut disampaikan Suriati saat dikunjungi oleh Calon Wakil Bupati (Cawabup) Malang Lathifah Shohib, Senin (4/11/2024).
"Sepertinya semua (pelaku usaha) juga merasakan, banyak relasi saya yang mengeluh seperti itu. (Mengeluh) kalau sekarang perekonomian untuk semua UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), usaha-usaha lainnya sepertinya juga turun semua," keluhnya.
Disampaikan Suriati, UD Gajah Bangkit yang bergerak di sektor makanan ringan dan camilan miliknya mulai berdiri sejak tahun 1994. Hingga kini, usaha yang ia kelola memproduksi camilan kuping gajah, plintiran, dan emping jagung.
"Kalau pemasarannya, biasanya untuk produk kuping gajah, plintiran hanya seputaran wilayah sini, lokalan (Kabupaten Malang). Sedangkan kalau emping jagung sampai wilayah timur, luar Jawa. Seperti Atambua, Kupang, hingga Maumere," beber Suriati.
Dalam usaha yang telah berlangsung selama 30 tahun, Suriati mengaku telah melewati beragam tantangan. Namun, yang paling parah baru terjadi di 2024. Di mana, omzet usahanya anjlok hingga 60 persen.
"Kalau dulu berani stok, tapi kalau sekarang untuk produksi hanya sesuai orderan saja, sekedar bisa bertahan saja. Kalau sekarang produksinya tidak menentu, itupun orderannya cuma beberapa karton saja," ujarnya.
Lesunya perekonomian yang mendera pelaku usaha tersebut, diakui Suriati, membuatnya terpaksa merumahkan 50 persen pekerjanya. Yakni, dari 80 orang pekerja kini hanya tersisa 40 orang.
Baca Juga : Pengusaha Sampaikan PR Soal Pengembangan Komoditas Apel Kota Batu, Begini Kata Firhando Gumelar
"Kalau dulu, satu bulan itu kadang-kadang sampai full (80 pekerja). Tapi Kalau sekarang, satu bulan itu kerja 10 hari saja sudah bagus. Tidak tahu bagaimana ke depannya, karena perekonomian seperti ini," timpalnya.
Diakui Suriati, dari tiga produk camilan, semua orderannya mengalami penurunan. Alhasil, Suriati hanya bisa berharap perekonomian akan stabil saat menjelang lebaran Idul Fitri di tahun 2025 mendatang.
"Omzet pemasaran mulai turun itu sejak bulan 6 (Juni 2024). Tapi kalau produk plintiran dan kuping gajah inikan biasanya mendekati lebaran itu banyak orang yang membutuhkan," ujarnya.
Suriati mengaku, semenjak minat pasar turun, dirinya sering memfollow up customer-nya. Namun hasilnya tidak berdampak signifikan, para pelanggannya juga mengeluh penjualan sepi sehingga produk yang dipasok Suriati sebelumnya masih belum laku.
"Pelanggan sudah di telepon, kata mereka barangnya masih ada. Sepertinya semua seperti itu, merasakan perekonomian lesu," pungkas Suratin.
Pengakuan dari Suriati tersebut juga terkonfirmasi kepada beberapa pelaku usaha di Kabupaten Malang. Dari yang ditemui JatimTIMES, mulai dari pelaku usaha kuliner hingga onderdil kendaraan sepeda motor juga mengeluhkan hal yang sama. Yakni perekonomian sedang sulit, sepi pembeli.