JATIMTIMES - BAW (24) seorang anggota perguruan silat dari Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar harus menghadapi jerat hukum setelah diduga melakukan penganiayaan terhadap NDP (24), warga Kecamatan Sananwetan. Kasus ini bermula dari ketidaksengajaan yang berujung pada konflik, di mana BAW merasa tersinggung ketika berpapasan dengan korban di jalan.
Menurut keterangan Waka Polres Blitar Kota Kompol I Gede Suartika, kasus penganiayaan ini terjadi pada 17 September 2024 di Jalan Asahan. Gede mengungkapkan bahwa laporan awal kasus ini masuk sebagai dugaan pengeroyokan, namun setelah penyelidikan lebih lanjut, pihak kepolisian menyimpulkan bahwa yang terjadi adalah penganiayaan tunggal.
Baca Juga : Pria Mabuk Penganiaya Relawan Penyeberang Jalan Ditetapkan Tersangka, Korban Penyandang Disabilitas
"Awalnya laporan masuk pada 19 September 2024 sebagai dugaan pengeroyokan. Namun setelah olah TKP dan pemeriksaan saksi, kami menyimpulkan kasus ini sebagai penganiayaan," ujarnya, Senin (28/10/2024).
Peristiwa ini bermula ketika korban, yang saat itu tengah berboncengan sepeda motor, berpapasan dengan BAW dan rombongan di Jalan Asahan. Menurut pengakuan BAW, ia merasa tersinggung karena korban menatapnya, yang ia anggap sebagai sikap menantang.
"Saya tersinggung saat berpapasan, korban menatap saya seperti menantang," katanya saat diperiksa polisi.
BAW yang saat itu terpengaruh minuman keras, tidak mampu mengendalikan emosinya. Ia langsung mengejar korban, menghentikan motor mereka, dan memukul korban berulang kali di bagian wajah. Akibat serangan tersebut, gigi korban mengalami kerusakan parah.
"Gigi korban sampai copot satu akibat pukulan pelaku," tambah Gede.
Polisi menangkap BAW pada 24 September 2024, beberapa hari setelah laporan masuk. Penangkapan ini dilakukan setelah bukti-bukti di lapangan dan keterangan saksi mendukung dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh BAW.
"Kami mengamankan pelaku beserta beberapa barang bukti yang terkait dengan kasus ini," ungkap Gede.
Kasus penganiayaan yang melibatkan anggota perguruan silat di Blitar ini menambah daftar panjang tindak kekerasan yang terjadi karena tersinggung sepele. BAW mengakui bahwa selain pengaruh emosi, minuman keras juga menjadi faktor yang memperkeruh situasi.
Baca Juga : Curat Kempes Ban dan Pecah Kaca Mobil di Tulungagung Ditangkap Polisi
"Pengakuan pelaku menunjukkan bahwa pengaruh minuman keras memperburuk kondisinya, sehingga tak mampu menahan emosi," jelas Gede.
Pihak kepolisian berupaya mengusut tuntas kasus ini dan memastikan bahwa setiap tindakan kekerasan akan mendapat ganjaran hukum. Kompol I Gede Suartika menegaskan pentingnya pengendalian diri, terutama bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan bela diri.
“Kita mendorong para pendekar untuk bisa menjadi contoh baik di tengah masyarakat dan tidak menggunakan kemampuan bela diri untuk hal-hal yang merugikan,” kata Gede menambahkan.
Sementara itu, kasus ini telah menarik perhatian masyarakat, terutama terkait peran perguruan silat dalam menjaga kedamaian. Gede menegaskan bahwa institusinya tidak akan mentolerir aksi kekerasan yang melibatkan kelompok apa pun di Blitar.
"Siapa pun yang melakukan tindakan melanggar hukum akan kami tindak, baik dari kalangan umum maupun yang memiliki kemampuan bela diri khusus,” tegasnya.
