JATIMTIMES - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya menyelenggarakan acara Gema Dialektika Vol. 2, Jumat 4 Oktober 2024. Sebuah diskusi publik yang digelar oleh Pemberdayaan Perempuan Progresif (P3) di bawah Kementerian P3 Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai isu-isu kesetaraan gender dan pentingnya peran perempuan dalam berbagai bidang.
Ridha Nur Sabila, Menteri P3 menjelaskan bahwa acara ini merupakan salah satu program kerja Kedirjenan Pengarusutamaan Gender di P3. “Gema Dialektika ini fokus pada diskusi publik dua arah, di mana pemateri dan audiens berdiskusi mengenai tantangan dan solusi kesetaraan gender di era sekarang,” ujar Ridha.
Baca Juga : BI Pastikan Uang Pecahan Rp10 Ribu Emisi 2005 Masih Berlaku, Ini Waktu Expirednya
Acara kali ini mengangkat tema “Apakah Perempuan dan Laki-laki Harus Setara?” dengan tujuan mencari titik tengah dalam isu kesetaraan gender.
Ridha menekankan pentingnya acara ini dalam meningkatkan kesadaran akan isu kesetaraan gender. "Tujuan utama kami adalah pencerdasan dan advokasi terkait kesetaraan gender. Kami berharap audiens bisa memahami bagaimana kesetaraan gender mempengaruhi berbagai bidang, seperti pendidikan dan pekerjaan, serta isu kekerasan seksual yang masih marak," ungkapnya.
Kesetaraan gender juga memiliki implikasi langsung terhadap angka kekerasan seksual di kampus, baik secara fisik maupun verbal. Melalui diskusi ini, Ridha berharap peserta dapat memahami pentingnya mencapai kesetaraan gender untuk mengurangi ketimpangan dan kekerasan yang terjadi di lingkungan kampus.
Dalam acara ini, dua pemantik dihadirkan, yakni Marchya Karima Cerdasta dan Lintang Gurat Jingga. Marchya, Menteri P3EM Universitas Brawijaya, membahas kesetaraan gender dari perspektif perempuan, terutama terkait peran perempuan dalam berbagai bidang seperti politik, pendidikan, dan ekonomi.
Sementara itu, Lintang Gurat Jingga, seorang penulis dan ahli kesetaraan gender, menyajikan pandangannya dari sudut pandang laki-laki. Ridha menyebutkan bahwa pandangan dari kedua sisi ini sangat penting untuk mencapai pemahaman yang lebih seimbang mengenai kesetaraan gender.
Ridha juga mengakui bahwa salah satu tantangan terbesar dalam mencapai kesetaraan gender di lingkungan kampus adalah stigma yang sudah tertanam di masyarakat. “Masih banyak orang yang menganggap laki-laki lebih kuat atau lebih cocok menjadi pemimpin, padahal banyak perempuan yang juga memiliki potensi besar. Tantangan lainnya adalah bagaimana kita bisa mengubah pandangan ini di lingkungan kampus,” jelasnya.
Ia berharap diskusi seperti Gema Dialektika dapat membuka pikiran para mahasiswa untuk lebih terbuka terhadap isu-isu kesetaraan gender. Ridha menambahkan bahwa budaya yang menganggap peran laki-laki lebih superior daripada perempuan harus diubah agar tercipta kesetaraan yang adil.
Baca Juga : Ini Arti COD dan Cara Kerjanya, Wajib Diketahui Pembeli Agar Kurir Tak Alami Kekerasan Seperti di Malang ini
Sebagai tindak lanjut dari diskusi ini, P3 akan secara rutin mengunggah konten edukatif di media sosial mereka terkait isu-isu kesetaraan gender, kekerasan seksual, dan kesehatan mental. Ridha juga menyebutkan bahwa program kerja P3 berikutnya akan fokus pada isu kekerasan seksual dan perundungan.
Di akhir wawancara, Ridha menyampaikan pesan untuk seluruh mahasiswa, khususnya perempuan, untuk berani bersuara. “Perempuan harus berani bicara jika ada ketidakadilan di sekitar mereka. Namun, kita juga harus saling mendukung, baik laki-laki maupun perempuan, tidak memandang rendah salah satu pihak,” tutupnya.
Acara Gema Dialektika Vol. 2 ini menjadi langkah awal bagi Universitas Brawijaya dalam meningkatkan kesadaran akan kesetaraan gender dan memperjuangkan hak-hak yang sama bagi setiap individu di kampus.