JATIMTIMES - Baru-baru ini khalayak ramai sedang gencar membicarakan tentang gangguan Narsistic Personality Disorder (NPD). Narsis mungkin adalah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Umumnya, narsis merujuk pada orang yang suka mengambil foto dirinya sendiri.
Narsis adalah hal yang wajar terjadi pada semua orang. Tetapi, jika sifat narsis yang dialami telah melebihi batas dan terlalu berlebihan, mungkin ini tanda gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian yang berkaitan dengan sifat narsis ini disebut narcissistic personality disorder (NPD). Hah apa itu?
Baca Juga : Lansia Nyaris Digebukin Warga di Pasar Lawang Usai Copet Dompet
Pengertian NPD
Melansir laman Halodoc, orang yang menderita NPD memiliki perasaan yang hanya berpusat pada dirinya sendiri. Mereka juga selalu ingin diperhatikan dan dikagumi orang lain. Bahkan, tak jarang orang yang menderita NPD kurang berempati terhadap orang lain. Penderita NPD juga sering memiliki perasaan yang cenderung rapuh dan rentan terhadap berbagai kritik.
Gangguan kepribadian satu ini termasuk yang jarang diketahui, bahkan oleh pengidapnya sekalipun. Mereka akan cenderung merasa seperti baik-baik saja, namun orang lain yang akan merasakan dampaknya.
Penyebab NPD
Faktor pemicu NPD sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya NPD. Berikut faktor yang bisa mendorong seseorang terkena NPD, dilansir dari laman Siloam Hospitals.
- Faktor neurobiologi, yaitu keterkaitan antara otak, perilaku, dan pola pikir.
- Menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit pujian saat masa kecil.
- Pengalaman traumatis yang berkaitan dengan penelantaran dan kekerasan di masa lalu.
- Keturunan keluarga yang memiliki riwayat NPD.
- Pola asuh yang kurang tepat oleh orang tua, seperti terlalu banyak tuntutan atau terlalu memanjakan.
- Mempunyai sifat yang mudah emosi atau temperamen.
Gejala NPD
Melansir dari sumber yang sama, gejala NPD bisa berbeda-beda pada setiap penderitanya. Meskipun begitu, terdapat beberapa gejala umum yang sering ditemukan pada pengidap NPD sebagai berikut.
• Merasa harus dikagumi oleh orang lain secara berlebihan.
• Selalu merasa lebih unggul dari orang lain.
• Memiliki keinginan untuk menjadi sempurna di segala hal.
• Tidak mengerti perasaan orang lain.
• Menginginkan perlakuan khusus dari orang lain.
• Melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian orang lain, seperti berpura-pura sakit.
• Mendahulukan kepentingan sendiri.
• Memiliki sifat yang arogan dan angkuh.
• Menganggap lebih rendah orang lain.
• Mudah merasa iri dengan pencapaian atau kesuksesan orang lain.
• Memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri sendiri.
Baca Juga : Sebut Akun Kaskus Fufufafa 99 Persen Gibran, Tagar #TangkapRoySuryo Bergema di X
• Sering berimajinasi mengenai kesuksesan, penampilan yang menawan, kekuasaan, hingga memiliki pasangan yang sempurna.
Cara Hadapi Orang Pengidap NPD
Menurut Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, terdapat beberapa cara untuk menghadapi orang yang mengidap NPD. Cara tersebut diantaranya:
1. Jangan 'Baper'
Menurut Nina, pengidap NPD bisa ditegur apabila perilakunya sudah dirasa mengganggu. Namun, Nina menyarankan agar tidak mudah sensitif atau baper jika mereka tidak memberikan respons yang diinginkan. Hal ini dikarenakan pengidap NPD tidak peka meskipun sudah diberi peringatan berkali-kali.
"Tetapi saya mau ngingetin, jangan sampai baper karena omongan kita hanya dianggap angin lalu. Karena pada dasarnya, orang yang mengalami NPD itu memang kesulitan memahami sudut pandang orang lain," kata Nina.
2. Buat Batasan
Nina menyebut membuat batasan dengan pengidap NPD diperlukan demi kesehatan mental diri sendiri. Misalnya, hanya ingin membicarakan topik-topik tertentu seperti film atau musik favorit ketika berinteraksi dengan teman yang mengidap NPD.
"Kemudian kalau dia sudah ngomongin itu (kesombongannya), 'aku nggak mau dengerin ah'," ungkap Nina.
3. Perluas Pergaulan
Dituturkan Nina, hubungan yang sehat yaitu hubungan yang setara. Sementara, hubungan dengan pengidap NPD dinilai toxic atau tidak sehat karena mereka selalu merasa lebih 'tinggi' dibandingkan orang lain.
"Temenan sama dia nggak apa-apa. Tetapi, jangan sampai tuh teman kita hanya dia doang," kata Nina.
"Karena itu akan menjadi toxic relationship. Jadi kita memang perlu untuk memperluas pergaulan dan perlu banyak teman lain, perlu banyak komunitas lain, supaya tidak terjebak sama dia-dia doang," sambungnya.
Menurut Nina, teman itu diibaratkan sebagai pilar. Jika hanya bertumpu dengan teman tersebut, maka pilar itu akan hancur dan merugikan diri sendiri. Terlebih, orang dengan NPD bukanlah pilar yang 'kuat'.
"Kita tuh nggak akan gampang sakit hati kalau kita punya banyak pilar lain untuk menopang kita, kalau misalnya kita mulai rapuh," pungkasnya.