JATIMTIMES - Kurang percaya diri, takut, merasa tak aman atau dalam bahasa saat ini disebut insecure, tentunya pernah dialami oleh seseorang. Perasaan ini membuat seseorang merasa ciut, resah, minder atau bahkan merasa tak mampu melakukan atau menunjukkan sesuatu hal kepada orang lain. Namun taukah kamu, bahwa rasa ini juga pernah di alami seorang nabi?
Ya, ungkapan "Tak ada manusia yang sempurna" memang benar. Bahkan, seorang nabi pun memiliki sifaf yang tak jauh berbeda dengan manusia lainnya. Ternyata ada juga nabi yang memiliki rasa insecure, salah satunya Nabi Musa.
Baca Juga : Jamasan Wayang Kiai Bonto, Tradisi Bersejarah Penuh Makna di Blitar
Saat itu, beberapa peristiwa yang dialami Nabi Musa, seperti masuk persidangan Fir'aun, dikejar Fir'aun dan para pengikutnya, sempat membuat Musa takut, khawatir saat berdakwah menghadapi Fir'aun dan pengikutnya. Rasa tersebut dapat dikatakan sebagai rasa insecure ketika berdakwah.
Al-Qur'an Surat Thaha ayat 67, As-Syu’ara ayat 12, dan Al-Qasas ayat 33 mengabadikan gambaran perasaan yang dialami Nabi Musa saat itu.
"Maka, terlintaslah dalam hati Musa (perasaan) takut" (QS Thaha 67).
"Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku" (QS Qasas 33).
Lebih lanjut, bahwa Nabi Musa menyadari memiliki keterbatasan dalam berbicara, yang kemudian membuatnya merasa insecure. Namun, agar rasa itu tidak berlarut-larut, Nabi Musa berupaya untuk mengatasinya. Meski takut melandanya, ia tetap menggunakan rasionalitas serta rasa tunduk dengan cara menjalankan perintah-perintah Allah SWT.
Ia bahkan sempat meminta bantuan dari saudaranya, yakni Nabi Harun untuk menemaninya saat menghadapi Fir'aun serta para pengikutnya yang pernah sempat mengerjarnya.
Baca Juga : Disterilkan dari PKL, Pedestrian Sisi Utara Jalan Sultan Agung Kota Batu Masuk Rencana Revitalisasi 2025
Dalam Alqur’an surah As-Syu’ara ayat 12-14, dijelaskan, ketika Nabi Musa berkata “Ya Tuhanku, sungguh aku takut mereka akan mendustakan aku, sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun (bersamaku). Sebab aku berdosa terhadap mereka maka aku takut mereka akan membunuhku”.
Gambaran perasaan yang dijelaskan dalam surah tersebut, seperti halnya dirangkum dari Islami yang ditulis Ariena S, seorang Alumus UII. Dijelaskannya, bahwa ini menunjukkan masih adanya rasa insecure di hati Nabi Musa. Meskipun begitu, Nabi Musa mencoba untuk melawan rasa insecure tersebut.
Rasa tersebut merupakan rasa yang lumrah dimiliki oleh seorang manusia. Namun, apa yang dilakukan Nabi Musa kiranya menjadi sebuah pembelajaran berharga bagi manusia. Nabi Musa senantiasa memohon pertolongan Allah SWT atas berbagai hal yang dia alami, termasuk melawan rasa insecure dalam dirinya. Hal inipun juga semakin mendekatkan dengan Allah SWT.