JATIMTIMES - Rumah tangga pasangan selebriti Sherina Munaf dan Baskara Mahendra baru-baru ini menjadi sorotan publik. Setelah menikah pada tahun 2020, kini pasangan ini dikabarkan mengalami keretakan. Dugaan tersebut muncul karena hilangnya foto-foto Baskara dari media sosial Sherina.
Isu keretakan ini semakin memanas setelah muncul tuduhan bahwa mereka menjalani lavender marriage. Tuduhan ini pertama mencuat melalui unggahan akun TikTok @mamahnyakale yang menyebutkan, "Lavender Marriage? Hard Gumay: Ada yang janggal dengan pernikahan Sherina-Baskara," dalam sebuah video.
Baca Juga : Pemerintah Kota Malang Ajak Generasi Muda Hidupkan Pasar Rakyat
Unggahan tersebut semakin ramai diperbincangkan ketika pemilik akun menambahkan, "Mamak udah curiga dari lihat Sherina nikah pakai jas? padahal mereka berdua mamak lihat masih mesra. Enggak kayak pasangan artis satunya yang lebih mencurigakan buat lavender marriage,".
Karena tudingan ini, banyak yang bertanya-tanya, sebenarnya apa itu lavender marriage?
Apa Itu Lavender Marriage?
Mengutip India Today, Selasa (17/9), lavender marriage adalah sebuah konsep yang menggambarkan pernikahan antara seorang heteroseksual dengan homoseksual, di mana orientasi seksual salah satu atau keduanya sering disembunyikan. Istilah ini biasanya merujuk pada pernikahan yang dilakukan untuk menyembunyikan identitas seksual seseorang agar terhindar dari stigma atau pandangan negatif masyarakat.
Lavender marriage muncul sebagai bentuk perlindungan dari tekanan sosial, terutama bagi mereka yang hidup di lingkungan di mana orientasi seksual tertentu dianggap tabu atau tidak dapat diterima. Dalam masyarakat yang masih konservatif, individu dengan orientasi seksual minoritas sering menghadapi kesulitan dalam bersosialisasi, bahkan bisa mengalami diskriminasi hukum jika mereka terbuka tentang siapa mereka sebenarnya.
Di Indonesia, pernikahan berdasarkan orientasi seksual non-heteroseksual belum diakui secara hukum. Sehingga praktik lavender marriage menjadi salah satu cara untuk menghindari sanksi sosial dan hukum.
Apakah Lavender Marriage Masih Relevan?
Baca Juga : Lagi Viral di Tiktok, Apa itu ‘Silent Walking’ yang Diklaim Bisa Hilangkan Stress
Walaupun lavender marriage pernah menjadi fenomena umum, jumlah kasusnya cenderung menurun seiring dengan meningkatnya visibilitas dan penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+. Banyak individu yang sekarang merasa lebih nyaman untuk hidup secara terbuka dan jujur tanpa harus menyembunyikan orientasi seksual mereka melalui pernikahan heteroseksual.
Namun, beberapa ahli menyoroti bahwa orang yang menjalani lavender marriage cenderung mengalami konflik internal yang lebih besar. Seperti yang dijelaskan oleh Yu Huang, seorang pakar dalam hubungan interpersonal, "Individu dalam pernikahan lavender mungkin mengalami konflik internal, penekanan identitas, dan hubungan interpersonal yang tegang." Hal ini karena tekanan untuk menutupi identitas seksual sejati bisa menyebabkan ketegangan emosional dan psikologis.
Dengan demikian, lavender marriage adalah fenomena yang lahir dari tekanan sosial untuk memenuhi norma heteroseksual. Meskipun fenomena ini menurun seiring perubahan budaya, di beberapa lingkungan yang masih konservatif, lavender marriage mungkin masih menjadi pilihan bagi mereka yang merasa perlu menyembunyikan identitas seksualnya. Meski begitu, para ahli setuju bahwa kehidupan yang autentik dan jujur adalah cara terbaik untuk menghindari dampak negatif yang bisa muncul dari penekanan identitas seksual dalam hubungan pernikahan.