JATIMTIMES - Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur (Jatim) pada Agustus 2024 turun 0,40 persen dibandingkan bulan Juli 2024, dari 112,43 menjadi 111,98. Badan Pusat Statistik (BPS Jatim) mencatat, penurunan terdalam terjadi pada subsektor hortikultura, yakni sebesar 4,98 persen.
NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Dengan adanya penurunan NTP, maka bisa dibilang nasib petani Jatim pada Agustus 2024 tidak lebih baik dari bulan sebelumnya.
Baca Juga : Punya Penghasilan Besar Tapi Gak Punya Tabungan dan Susah Kaya? Ini Penyebabnya Menurut Pakar
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Anjloknya NTP Jatim Agustus 2024 disebabkan karena It mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan penurunan Ib. "It turun sebesar 0,43 persen dan Ib turun sebesar 0,03 persen," tulis BPS Jatim dalam laporan terbarunya, dikutip Selasa (3/9/2024).
Jika dilihat perkembangan masing-masing subsektor pada bulan Agustus 2024, dua subsektor pertanian mengalami penurunan NTP. Sedangkan tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan, namun tidak terlalu signifikan.
Subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam yaitu hortikultura sebesar 4,98 persen dari 131,95 menjadi 125,38. Penurunan NTP juga terjadi pada subsektor peternakan, yakni sebesar 1,81 persen dari 106,07 menjadi 104,15.
Sedangkan subsektor yang mengalami kenaikan NTP yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,35 persen dari 111,20 menjadi 112,70, subsektor perikanan sebesar 1,13 persen dari 94,04 menjadi 95,10, dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,93 persen dari 112,21 menjadi 113,25.
BPS Jatim mengungkap, NTP subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 4,98 persen dan menjadi yang terdalam jika dibandingkan subsektor lainnya. "Hal ini terjadi karena It turun sebesar 5,11 persen lebih dalam dibandingkan penurunan Ib sebesar 0,14 persen," sebut BPS Jatim.
Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya harga secara rata-rata dari kelompok sayur-sayuran sebesar 6,10 persen yang disumbang oleh komoditas bawang merah, cabai rawit, dan tomat. Sedangkan kelompok buah-buahan naik sebesar 0,19 persen yang disumbang oleh komoditas mangga, apel, dan semangka. Kelompok tanaman obat-obatan juga naik sebesar 0,39 persen yang disumbang oleh komoditas jahe.
Sedangkan penurunan Ib pada subsektor hortikultura sebesar 0,14 persen, yaitu dari 120,31 menjadi 120,14. Ini disebabkan turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,13 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) turun sebesar 0,16 persen.
Baca Juga : Basket Putri PON XXI 2024, Jatim Menang Telak 73-54 atas DKI Jakarta
Sementara itu, BPS Jatim juga mencatat Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Agustus 2024 turun sebesar 0,64 persen. NTUP merupakan perbandingan antara It dengan Ib dimana komponen Ib hanya meliputi Indeks BPPBM.
Secara konseptual, NTUP mengukur seberapa cepat perubahan harga komoditas yang dihasilkan dan dijual oleh petani dibandingkan dengan perubahan harga komoditas atau barang yang digunakan untuk proses produksi dan penambahan barang modal.
Anjloknya NTUP Jatim Agustus 2024 terjadi karena It turun sebesar 0,43 persen sedangkan Indeks BPPBM naik sebesar 0,21 persen. Terdapat dua subsektor yang mengalami penurunan NTUP dan tiga subsektor mengalami kenaikan NTUP.
"Penurunan NTUP terdalam terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 4,96 persen, diikuti subsektor peternakan sebesar 2,07 persen," papar BPS Jatim.
Sedangkan subsektor yang mengalami kenaikan NTUP tertinggi yaitu subsektor tanaman rerkebunan rakyat sebesar 1,19 persen, diikuti subsektor perikanan sebesar 1,06 persen, dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,63 persen.