JATIMTIMES - Wacana Eksplorasi Geothermal Arjuno-Welirang tengah disosialisasikan Badan Geologi Kementerian ESDM. Pengaruhnya terhadap kestabilan lingkungan dan sumber daya alam lain pun dipertanyakan.
Aktivis lingkungan menyoroti rencana pengeboran tersebut dan meminta pemerintah tidak menutup informasi, serta tidak memaksakan kehendak tersebut apabila berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.
Baca Juga : Siapa Rara? Anak Cak Imin yang Ikut Demo dan Tuai Pujian Warganet
Koordinator Kelompok Nawakalam Gemulo Aris Faudin menaruh perhatian. Baginya, wacana eksplorasi Geothermal tersebut dikhawatirkan menyebabkan kerusakan dan mengganggu kelestarian alam. Utamanya sumber air tanah yang dimanfaatkan warga selama ini.
Meski tak menutup mata bahwa rencana tersebut untuk kepentingan pembangkit listrik, Aris menyebut perlu dibuka sosialisasi secara maksimal. Utamanya bagi masyarakat di sekitar lokasi.
"Terkait pengembangan Geothermal itu sebisa mungkin masyarakat mengetahui. Pemerintah tidak boleh menutup informasi, baik manfaat maupun dampak. Kalau manfaat apa manfaatnya, kalau dampak apa dampaknya," ujar Aris saat ditemui JatimTIMES, belum lama ini.
Menurut dia pemerintah haruslah memberikan edukasi ke masyarakat sebenar benarnya. Sebab, kelestarian lingkungan bagi masyarakat setempat termasuk wilayah Kota Batu sangat dibutuhkan. Di antaranya ketersediaan air tanah. Dimana Manifestasi Geothermal di Arjuno-Welirang mengambil sumber air panas.
"Ancaman yang dikhawatirkan secara yang jelas sumber daya air di sekitar itu. Kondisi pertanian di wilayahnya. Bagaimanapun mereka akan terdampak lebih dahulu. Terkait juga kelangsungan air tanah di bawahnya, banyak kasus ketika dibangun Geothermal ada ancaman terkait penggunaan air bawah tanah," tambahnya.
Ia menerangkan, bukan tidak mungkin ketika menyentuh pengambilan sumber daya air di tanah, akan ada penurunan debit air tanah yang bisa dinikmati masyarakat. Atau lebih buruk, air tanah akan mengering lantaran dilakukan eksploitasi berlebihan untuk kebutuhan Geothermal.
Belum lagi, lanjut Aris, terkait dengan kasus-kasus gas beracun yang pernah terjadi. Seperti di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Gas tersebut membahayakan kesehatan masyarakat di sekitarnya hingga menimbulkan ketidakpercayaan.
Maka dari itu, ia menuntut agar pemerintah tidak gegabah dan memaksakan mengeksplorasi Geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Arjuno-Welirang.
Baca Juga : 5 Cara Merawat Gantungan Baju Biar Tidak Cepat Rusak
"Harusnya disampaikan baik buruknya. Kalau dampak buruknya besar, ya, jangan dilakukan," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Wilayah Pegunungan Arjuno-Welirang tengah dikaji untuk eksplorasi sumber daya panas bumi atau Geothermal yang digunakan sebagai pembangkit listrik. Sekitar empat lokasi dengan sumber air panas menjadi manifestasi panas bumi yang diteliti.
Pemerintah memberi penugasan PT.Geo Dipa Energi untuk melakukan penelitian dan nantinya melakukan pemboran di lokasi-lokasi yang sesuai dengan potensi yang dimanfaatkan. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengevaluasi dan mengintensifkan sosialisasi.
Empat lokasi di antara gunung api itu manifestasinya adalah mata air panas, dan emisi gas di sekitar puncak. Dalam rencana Manifestasi Permukaan di Gunung Arjuno Welirang Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Pusat Sumber Daya Mineral 2017, 4 manifestasi air panas terletak di Padusan 1 dan Padusan 2 Pacet Mojokerto, Coban dan Air Panas Cangar Kota Batu. Potensi panas bumi WKP Arjuno-Welirang di Kota Batu tercatat 26 persen.
Perkiraan WKP Arjuno-Welirang potensi 180 Mega Watt. Badan Geologi menunggu dari PT Geo Dipa Energi untuk melakukan penyiapan dan mempertimbangkan faktor sosial. Dimana selama ini proses eksplorasi Geothermal masih menimbulkan masalah sosial seperti penolakan dari masyarakat.