JATIMTIMES - Sektor peternakan di Jawa Timur, tak terkecuali Kota Batu didorong untuk mendukung perwujudan program kemandirian pangan nasional. Untuk itu Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kota Batu melakukan berbagai pelatihan terfokus dan penelitian. Potensi sektor peternakan Jawa Timur dan Kota Batu dinilai sangat tinggi untuk mendukung program pangan.
Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan, Sam Herodian, mengatakan bahwa dengan program terbaru dari presiden terpilih, khususnya dalam hal penyediaan pangan, peranan BBPP Batu ini akan semakin besar.
Baca Juga : Dihujat Karena Tidak Ikut Mengawal Keputusan MK, Raffi Ahmad Buka Suara
"BBPP sebagai salah satu UPT Kementerian Pertanian (Kementan) yang berada di bawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian memiliki peran untuk mendukung terwujudnya kesuksesan pembangunan pertanian melalui kegiatan pelatihan," ujar Sam saat Public Hearing di Brizantha Convention Hall BBPP Batu, pelaksanaan public hearing BBPP Batu, Jumat (23/8/2024).
Melalui public hearing, masyarakat diharapkan mengetahui layanan apa saja yang ada di BBPP Batu. Segala hal yang terkait dengan peternakan bisa dilaksanakan disini dengan skala nasional.
"Dalam hal ini lingkupnya nasional sehingga penerima layanan bukan hanya dari jawa timur saja tetapi seluruh Indonsia," katanya.
Sektor peternakan diharapkan menunjang sumber protein bagi masyarakat nantinya. Baik daging, susu, dan telur. Sedangkan untuk pengembangan lain, BBPP bekerja sama dan berkoordinasi dengan balai besar lain yang juga menjadi UPT Kementan. Di antaranya seperti Balai Inseminasi Singosari.
"Kota Batu beruntung ada BBPP yang skupnya besar diplomasinya bisa apa saja tentang peternakan. Perlu kita syukuri bersama presiden terpilih memprogramkan makan siang bergizi, salah satunya protein bisa diurus oleh balai besar, dan secara umum oleh Kementrian Pertanian," tambahnya.
Baca Juga : Aksi Tolak RUU Pilkada di Kota Malang, Massa Aksi: Targetnya Kami Menang!
Jatim yang dinilai bisa swasembada dari peternakan diharapkan tak lagi mengonsumsi dari daerah dan impor. Sehingga serapan produk-produk dapat dilakukan maksimal.
"Mestinya di Jatim yang sudah swasembada susu tidak menggunakan susu bubuk dan produksi pabrik diluar lagi, karena berbeda susu yang sudah diolah. Sesuai standar terus melakukan improvement pelayanan," imbuhnya.
Ia menuturkan bahwa Indonesia akan impor sekitar 1,3 juta ekor sapi perah untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia. Ia mengatakan program peningkatan produksi pangan di Indonesia diperlukan dengan cara memperkuat kolaborasi lintas sektoral.
