JATIMTIMES - Saat ini, produk-produk dengan label lowfat banyak diminati oleh masyarakat yang ingin menjaga berat badan atau menjalani gaya hidup sehat. Banyak orang percaya bahwa mengonsumsi makanan berlabel lowfat lebih baik dan dapat membantu menurunkan berat badan.
Namun, ada fakta mengejutkan yang diungkapkan oleh dr. Prama Aditya, B.Med. Sc., MKes., Aifo, seorang dokter umum dan konsultan gaya hidup sehat terkait produk lowfat. Menurutnya, produk berlabel lowfat justru bisa membuat seseorang mengalami kenaikan berat badan jika tidak cermat dalam memilih.
Baca Juga : Brawijaya dan Unisma Hadiri Internasional Halal Symposium di Universiti Malaysia Sabah
Dokter Prama menjelaskan bahwa salah satu masalah utama dari produk berlabel lowfat adalah kandungan karbohidratnya yang lebih tinggi dibandingkan produk sejenis yang tidak berlabel lowfat. Hal ini terjadi karena, ketika produsen menurunkan kandungan lemak dari suatu produk, mereka seringkali menambah gula atau karbohidrat agar rasa produk tetap lezat dan diminati oleh konsumen.
"Produk lowfat itu rata-rata karbohidratnya malah lebih banyak. Jadi, yang aku diajari oleh mentorku, kalau suatu produk ingin dibuat jadi lowfat agar tetap laku dan tetap enak dimakan atau diminum, biasanya karbon atau gulanya yang dinaikkan," ujar dr. Prama.
Ia memberikan contoh sederhana tentang susu. Misalnya, jika seseorang membandingkan antara susu full cream dan susu lowfat dari merek yang sama, mereka mungkin akan terkejut saat melihat bahwa susu lowfat bisa saja memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi.
"Coba deh kalian bandingkan merek yang sama. Misalkan yang satu full cream dan yang satu lowfat. Coba bandingkan mana yang karbohidratnya paling rendah. Itu yang sebenarnya harus kalian pilih," tambahnya.
Lebih lanjut, dr. Prama menegaskan bahwa dalam banyak kasus, yang menyebabkan seseorang mengalami kenaikan berat badan bukanlah kandungan lemak, melainkan kandungan gula dan karbohidrat yang tinggi.
"Sebetulnya, yang bikin gemuk itu tinggi gula dan karbohidrat, bukan masalah fat-nya," jelasnya.
Ia memberikan contoh sederhana dengan gula pasir atau gula merah. Meskipun kedua jenis gula ini memiliki kandungan lemak nol gram, namun kandungan gulanya sangat tinggi, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kenaikan berat badan.
"Tentu saja, yang bikin gendut itu karena bikin insulin naik dan gula darah naik, meskipun kandungan lemaknya nol. Jadi, kalian harus tetap kritis saat melihat label lowfat," ungkap dr. Prama.
Banyak orang keliru dalam memahami label lowfat. Mereka beranggapan bahwa produk yang rendah lemak otomatis lebih sehat dan lebih aman dikonsumsi dalam jumlah besar. Namun, seperti yang dijelaskan oleh dr. Prama, produk lowfat tidak selalu berarti rendah kalori atau bebas dari gula.
Baca Juga : Geger Motor Parkir di Pinggir Jembatan Tunggulmas Beberapa Hari, Ternyata Pemiliknya Bule
"Nasi putih juga lowfat, mie-mie juga rata-rata lowfat, tapi mereka tinggi karbohidrat, itu tetap bikin gendut kan?" ujarnya.
Artinya, meskipun suatu produk diklaim sebagai rendah lemak, hal tersebut tidak menjamin bahwa produk tersebut rendah kalori atau sehat untuk dikonsumsi secara berlebihan. Kandungan karbohidrat dan gula dalam produk lowfat justru bisa menjadi penyebab utama kenaikan berat badan, terutama jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dan pola makan yang seimbang.
Untuk menghindari kesalahpahaman ini, dr. Prama menyarankan agar konsumen lebih cermat dalam membaca dan memahami label nutrisi pada kemasan produk. Daripada hanya fokus pada label lowfat, konsumen sebaiknya juga memperhatikan kandungan karbohidrat, gula, dan total kalori dari suatu produk.
"Yang seharusnya kita pilih adalah produk dengan karbohidrat yang paling rendah," tegas dr. Prama.
Sebagai contoh, ketika memilih susu, lebih baik memilih produk yang rendah karbohidrat daripada hanya fokus pada kandungan lemak. Dengan cara ini, konsumen bisa mendapatkan produk yang lebih sehat dan lebih mendukung tujuan untuk menjaga berat badan ideal.
Meskipun produk lowfat tampak menarik dan dianggap lebih sehat, ternyata produk-produk ini bisa saja mengandung lebih banyak gula atau karbohidrat yang justru dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Menurut dr. Prama Aditya, yang menyebabkan seseorang mengalami kenaikan berat badan bukanlah lemak, melainkan tingginya gula dan karbohidrat dalam produk tersebut.
"Oleh karena itu, konsumen perlu lebih kritis dan cermat dalam memilih produk, terutama dengan memperhatikan label nutrisi dan membandingkan kandungan karbohidrat, gula, serta total kalori dari produk yang akan dikonsumsi," pungkas dr. Prama.