JATIMTIMES - Penanganan sampah di Kota Wisata Batu telah diserahkan ke masing-masing desa dan kelurahan melalui Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R). Masing-masing pemerintah desa kini berupaya untuk mewujudkan penanganan sampah yang baik. Salah satunya di Desa Sidomulyo, Kecamatan/Kota Batu, yang tengah membangun incinerator untuk memaksimalkan penanganan sampah padat.
Proses pembuatan incinerator Desa Sidomulyo itu berbarengan dengan penuntasan pembangunan TPS3R Sidomulyo yang belum rampung. Belum lama ini, pembuatan incinerator itu ditinjau oleh Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai. Yakni sebagai salah satu contoh untuk diterapkan di desa lain dalam hal pengolahan sampah.
Baca Juga : Tak Pernah Bareng, Andre Taulany Ternyata Sudah Gugat Cerai Istri Sejak April
Kepala Desa Sidomulyo, Suharto menjelaskan, selain untuk mengurangi sampah padat residu juga sebagai upaya melakukan penyaringan udara agar tidak menghasilkan asap hitam yang kotor.
"Di Batu sendiri sampah diatasi oleh desa di TPS3R. Yang sebelumnya hanya ditampung di tempat khusus. Nantinya incinerator di TPS3R ini membakar sampah yang tidak mengeluarkan asap hitam," jelas Suharto kepada JatimTIMES, Rabu (7/8/2024).
Sekadar informasi, incinerator adalah alat yang digunakan untuk membakar limbah dalam bentuk padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu. Dalam perhitungannya, incinerator mampu untuk mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah.
Incinerator sendiri banyak digunakan dalam bidang kesehatan dan pabrik produk padat dalam skala besar. Pada saat pengoperasian incinerator, sebaiknya temperature first chamber dipertahankan antara 600°C – 950°C (temperature pirolisa).
Suharto menjelaskan, pembuatan incinerator di TPS3R Sidomulyo dilakukan sejak sekitar dua pekan lalu. Ditargetkan, pembuatannya rampung bersama dengan pembangunan hanggar TPS3R Sidomulyo sekitar satu bulan lagi.
Menurut penjelasannya, incinerator sampah itu bakal mampu menampung sampah padat hingga sekitar 4 ton per hari. Sampah itu dihasilkan dari pemungutan di pemukiman warga dan dilakukan pemilahan terlebih dahulu untuk disisakan residu yang tidak dapat diproses.
"Kapasitasnya nanti sekitar 4 ton untuk mengolah sampah padat, Kalau dibandingkan produksi sampah di desa sudah masih cukup. Pembuatan kita ambil 2 persen dari ADD (Alokasi Dana Desa)," tambahnya.
Baca Juga : 2 Buah yang Ada di Al-Quran Ini Ampuh Menghilangkan Kolesterol
Sementara untuk pembangunan TPS3R menggunakan dana desa atau DD. Suharto menyebut, belum dapat diketahui pasti total biaya yang harus dihabiskan untuk pembuatan Incinerator. Sebab, pembuatan kali ini bersifat uji coba, setelah melihat di beberapa tempat di desa lain incinerator belum berfungsi maksimal hingga ada yang rusak.
"Ini kita pakai bata merah dan konstruksinya juga berbeda dengan yang kita tahu sudah ada di tempat lain. Ada yang pecah atau rusak. Kita uji coba lebih baik," harapnya.
Dia juga berharap, dengan Incinerator, permasalahan sampah di Desa Sidomulyo bisa teratasi. Selain itu masyarakat juga meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan utama teredukasi masalah pentingnya pemilahan sampah. Dikatakan, saat ini pembangunan incinerator dan TPS3R secara umum baru sekitar 30 persen. Suharto berkeinginan pula agar TPS3R dapat menjadi tempat edukasi sampah bagi masyarakat.
"Kalau TPS3R nanti diharapkan juga jadi tempat edukasi. Selain ada pengolahan sampah, ada kandang ternak sapi dan kambing, juga ada kolam ikan. Nanti sampah kita kelola dari yang bisa dimanfaatkan pakan ternak dan pakan ikan, hasil pilah sampah plastik dan sampah yang bisa dijual jadikan pendapatan pekerja," imbuhnya.