free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Kejayaan Wayang Wong di Solo: Dari Tradisi Istana ke Panggung Rakyat

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

07 - Aug - 2024, 12:30

Placeholder
Pertunjukan wayang wong di Surakarta pada tahun 1883. (Sumber: Onbekend/Museum Volkenkunde)

JATIMTIMES - Wayang wong, teater tradisional Jawa yang menampilkan cerita-cerita epik Mahabharata dan Ramayana, memiliki sejarah panjang yang berakar dalam budaya Surakarta.

Sejarah pertunjukan ini dapat dilacak hingga zaman Susuhunan Paku Buwana IX pada tahun 1883. Sebuah foto dari tahun itu menampilkan dua penari dalam sebuah pertunjukan wayang wong, menggambarkan pertarungan antara "Buto Cakil" dan "Arjuna" (Bambang Irawan).

Baca Juga : Proses Jahit Sebulan, Warga Sememek Malang Bentangkan Bendera 308 Meter pada HUT ke-79 Tahun RI

Momen ini menandai cikal bakal panggung wayang wong yang kelak akan menjadi legenda di Solo, khususnya di Kebonrojo Sriwedari dan Taman Bale Kambang.

Wayang wong, atau wayang orang, awalnya diciptakan oleh penguasa Kadipaten Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I (1757-1795). Menurut sejumlah ahli budaya, semua penari pada masa itu adalah pria dan merupakan abdi dalem istana.

Pertunjukan wayang wong awalnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan istana. Namun situasi ini mulai berubah pada masa pemerintahan Mangkunegara V (1881-1896), meskipun aksesnya masih terbatas pada kerabat keraton dan para pegawai istana.

Puncak perkembangan wayang wong terjadi pada masa Mangkunegara VI (1896-1916). Pada masa ini, kesenian wayang wong tidak lagi dimonopoli oleh istana. Para abdi dalem yang dahulu menjadi penari mulai membentuk grup wayang wong di luar istana. 

Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Sunan Pakubuwana X (1893-1939) yang memprakarsai pertunjukan wayang wong bagi masyarakat umum di Bale Kambang, Taman Sriwedari, dan di pasar malam yang diselenggarakan di alun-alun.

Dengan dibukanya akses bagi masyarakat umum, wayang wong tidak hanya menjadi milik keraton, tetapi juga milik rakyat. Kesenian ini mulai mendapat sambutan hangat dari masyarakat, dan berbagai perkumpulan wayang wong bermunculan. Beberapa di antaranya mulai dengan status amatir dan kemudian berkembang menjadi profesional.

Wayang Orang Sriwedari, yang didirikan pada tahun 1911, merupakan salah satu perkumpulan wayang wong tertua dan paling terkenal. Ini adalah kelompok budaya komersial pertama dalam bidang seni wayang wong. 

Penyelenggaraan pertunjukan secara komersial baru dimulai pada tahun 1922, dengan tujuan awal mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan. 

Kesuksesan ini berlanjut pada tahun 1932, ketika pertunjukan wayang wong kali pertama disiarkan di radio melalui Solosche Radio Vereeniging. 

Siaran radio itu mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Wayang wong yang tadinya hanya bisa dinikmati di panggung kini bisa didengarkan oleh semua orang.

Baca Juga : Warga Wonorejo Paksa Hentikan Pemasangan Tiang Wifi Baru, Begini Faktanya

Melihat perkembangan yang semakin baik, gedung wayang wong dibangun secara permanen di Taman Sriwedari atau ”Bon Rojo” (Kebun Raja) pada tahun 1928–1930, dengan kapasitas gedung yang dapat menampung sekitar 500 penonton. Penonton yang tidak dapat masuk gedung juga bisa menikmati pertunjukan dari luar gedung melalui anyaman kawat di atas tembok setinggi satu meter. 

Pada tahun 1951, dibangun gedung baru yang lebih besar dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 1.000 orang, sebagai respons atas meningkatnya minat masyarakat terhadap pertunjukan wayang wong.

Wayang wong terus berkembang dan mengalami berbagai transformasi seiring berjalannya waktu. Selain Wayang Orang Sriwedari di Surakarta, ada juga Wayang Orang Ngesti Pandawa di Semarang yang cukup terkenal. Kehadiran perkumpulan wayang wong di berbagai daerah menunjukkan betapa seni ini telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Jawa. 

Di tengah modernisasi dan globalisasi, wayang wong tetap bertahan sebagai warisan budaya yang sangat berharga. Pertunjukan wayang wong tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan memperkaya wawasan tentang nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cerita-cerita wayang purwa. Wayang wong menjadi salah satu sarana penting untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Jawa kepada generasi muda.

Dalam setiap pementasan, wayang wong tidak hanya mempertontonkan pertarungan antara tokoh-tokoh seperti Arjuna dan Buto Cakil, tetapi juga mendalami filosofi kehidupan yang diajarkan dalam cerita-cerita tersebut. 

Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, wayang wong di Solo dan daerah lainnya di Jawa diharapkan akan terus bertahan dan berkembang. Gedung-gedung pertunjukan seperti di Taman Sriwedari akan terus menjadi saksi bisu kejayaan wayang wong, menyambut generasi penonton baru yang ingin merasakan keajaiban teater tradisional ini.

Wayang wong adalah simbol dari kekayaan budaya Indonesia yang tidak ternilai harganya. Sebagai bagian dari warisan dunia yang diakui oleh UNESCO, wayang wong memiliki peran penting dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Pertunjukan wayang wong tidak hanya milik orang Jawa, tetapi juga milik dunia. 

Dengan demikian, wayang wong tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan modernitas, serta antara budaya lokal dan global. Sebagai warisan budaya yang hidup, wayang wong akan terus memukau dan menginspirasi penonton dari berbagai kalangan dan generasi, menjadikan Surakarta sebagai pusat kebudayaan yang tetap bersinar di tengah dinamika zaman.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Wayang wong Surakarta Solo perkembangan wayang wong



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy