JATIMTIMES - Menjadi petani di era modern dewasa ini bukan profesi yang banyak menjadi pilihan, apalagi oleh kaum muda. Febriko Ivan Kusumayani, pengusaha asal Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu membuktikan pilihannya tak salah. Ia membudidayakan tanaman hias merawat dan mampu mendulang rupiah dengan memasarkan hingga ke luar negeri.
Sore itu, jari-jemari Febriko telaten memisahkan tanaman hias Song of India yang sudah lama ia budidayakan di kebun dan rumahnya. Begitulah pemuda yang akrab disapa Riko itu saat ditemui di kediamannya, Jumat (7/6/2024). Masih mengenakan topi dan sarung tangan, ia memastikan tanaman-tanaman hias miliknya terawat, diberi pupuk dan perangsang akar untuk bibitnya. Tanaman-tanaman yang dibudidayakan itulah telah mengantarkan rezeki untuknya.
Baca Juga : Kader PKK Tunjungtirto Kecamatan Singosari Jadi yang Terbaik di PKK Awards Kabupaten Malang 2024
Riko tahu betul bagaimana memperlakukan tanaman hias tipe bunga potong itu dengan baik agar bisa ditanam dan tumbuh subur menjadi pohon baru. Meski bertani tanaman hias juga merupakan usaha turun-temurun keluarganya, ia tak berhenti belajar.
Riko bukan sarjana pertanian atau sejenisnya, ia adalah lulusan Teknik Mesin di Universitas Islam Malang. Perjalananannya belajar otodidak untuk membudidayakannya tanaman yang membawa ia bisa sukses seperti sekarang.
Perjalanan Riko meniti profesi sebagai petani tanaman hias tidak bisa dibilang mudah. Riko mulanya hanya menanam beberapa tanaman hias lokal yang diminati pasar. Kebetulan, kediamannya dekat dengan Jalan Bukit Berbunga Kota Batu yang merupakan lokasi pemasaran tanaman-tanaman hias dari warga setempat.
"Awalnya turun-temurun, dari kakek juga bertani, lalu orang tua, lalu saya. Dulunya hanya domestik kirim beberapa daerah di Indonesia," cerita Riko.
Beberapa jenis tanaman yang sering dipasarkan adalah jenis cemara, dan tanaman buah dalam pot. Selain itu juga beberapa tanaman hias yang biasa untuk halaman rumah hingga hiasan dekorasi. Ia mulai sejak masih SMA, atau sekitar tahun 2010.
Jasa Ekspedisi seperti JNE kerap digunakan Riko untuk pengiriman luar kota dalam negeri. Jasa ekspedisi yang saat ini sudah 33 tahun itu memang kerap digunakan untuk mengirimkan paket tanaman hias ke berbagai tempat. Riko cukup berhati-hati dan menjaga agar tanaman hias tetap dalam kondisi baik hingga ke tangan pembeli.
Meski masih sekolah, ia cukup rajin menjalankan usaha dengan orang tuanya itu. Riko yang saat ini masih berusia belasan tahun terus belajar tentang berbagai jenis tanaman hias.
"Mulai tahu tanaman hias seperti bunga mawar atau jeruk di pot, lalu ke bunga potong. Pernah juga dikirim ke Sukabumi Jawa Barat," katanya.
Semakin dewasa dan memasuki usia 20-an, Riko banyak belajar hal lain. Salah satunya tentang pasar ekspor yang membuatnya penasaran. Meski ia berkuliah di Jurusan Teknik Mesin, Riko tetap menjalankan usahanya sehari-hari juga untuk membantu biaya kuliah.
"Ternyata di Sukabumi itu tanaman seperti Song of India bisa ekspor," ungkapnya.
Ia mulai penasaran dan memutuskan untuk memperbanyak merawat dan membudidayakan beberapa jenis bunga potong layaknya Song of India. Ia yakin tanaman bernama latin Dracaena reflexa itu bisa mendapatkan tempat lebih baik di pasaran.
Usahanya itu tak bisa dibilang gampang. Ia sempat melewati masa sulit diterpa pandemi dan tak ada penjualan bunga hias. Rumah produksi dan kebunnya yang sebelumnya memiliki 10 karyawan menyisakan dua orang saja. Hingga akhirnya ia mampu bangkit dan memfokuskan budidaya ke beberapa tanaman hias dengan pasar yang dirasa lebih luas.
Riko membudidayakan tanaman di kebun berukuran 800 meter persegi. Di sanalah ia menghasilkan produk terbaiknya saat ini dalam bentuk tanaman hias Song of India yang memiliki kualitas layak ekspor.
"Nah, waktu itu saya sudah proses memasarkan lagi tanaman jenis ini, di kebun sama di kios di jalan raya. Ternyata ada asal Cina mau beli menanyakan kebuh saya untuk tanaman ini (Song of India, red) ternyata dia tertarik dan langsung ingin beli banyak," terang Riko.
Sempat bingung, ia mulai banyak belajar ke berbagai teman dan menanyakan ke pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu. Urusan ekspor, saat itu ia baru pertama kali dan harus mengurus banyak dokumen dan persyaratan. Beruntung, ia dibimbing dengan baik hingga memastikan ekspor bisa dilakukan. Satu kontainer tamaman hias Song Of India akhirnya diberangkatkan.
"Tahun ini baru mulai ekspor itu. Sebelumnya tidak pernah sama sekali. Buyer-nya sama. Lalu dia juga minta dikirim lagi beberapa minggu ini," ucapnya.
Riko belajar pemasaran ekspor secara otodidak. Ia berhasil menjual tanaman hias dengan harga lebih mahal dari pasar lokal.
Baca Juga : Enam Pendaki Asal Gresik dan Surabaya Dilaporkan Tersesat di Gunung Buthak, BPBD Lakukan Evakuasi
"Dulu kalau dijual lokal malah tidak terlalu laku. Mungkin panjang sekitar 40 sentimeter hanya lima ribu atau sepuluh ribu. Kalau ekspor bisa per bunga Rp30 ribu," ungkap dia.
Riko menceritakan pengalamannya ekspor terbaru ke negeri Cina hingga harga jual mencapai 12.700 dolar, atau omsetnya sekitar Rp150 juta sekali kirim. Jumlahnya mencapai 3.500 batang.
Tanaman hias jenis Song of India memiliki empat jenis. Namun yang dibudidayakan Riko hanya satu jenis yang paling mudah dirawat. Tanaman tersebut ditanam di poly bag agar bisa dimobilisasi dengan mudah ketika jelang dipasarkan.
"Tidak terlalu banyak air. Kalau panas bagus tapi kalau terlalu lama batangnya bisa keropos," urainya saat menjelaskan tanaman yang berkarakter batang memanjang itu.
Ia menjual dari ukuran 20 sentimeter hingga 1,5 meter. Jika waktu panen, dalam satu bulan ia bisa memproduksi 5 ribu batang. Riko sejatinya tak tahu pasti untuk apa tanaman tersebut dibeli cukup banyak di negeri Cina. Ia hanya melayani permintaan konsumen setianya untuk bisa terus mengembangkan pasar ekspornya.
Terus berinovasi, kini ia juga mengupayakan agar tanaman jenis lain bisa juga diekspor. Sebagai warga Kota Batu, ia sangat senang bisa hidup dan mengangkat ekonomi melalui tanaman hias. Riko saat ini tengah meneliti jenis apa lagi yang akan diekspor dan memiliki potensi lebih baik. Tak hanya itu, dia juga berharap agar pemasarannya meluas tak hanya di Cina, namun juga Jepang hingga Eropa.
"Sudah ada pembahasan dengan teman-teman harus uji coba di media ini, tanaman bisa hidup apa nggak. Yang dikembangkan Eforbia sama Pakis," rincinya.
Ia terus bersemangat dan memacu kreativitasnya. Dibantu dengan beberapa pohak seperti jasa pengiriman JNE, hingga pemerintah terkait untuk mengantarkan ke pasar lebih luas di kalangan lokal hingga mancanegara.
"Mulai membuat CV ke notaris, habis itu ke Beacukai, proses karantina, ada SOP-nya apa yang dilarang apa yang harus dipenuhi untuk syarat ekspor," urai Riko.
"Harapannya bisa ekspor lagi mengembangkan lagi, dan juga bisa nggak ke Cina saja. Mungkin ke Jepang, Korea atau peluang lainnya yang menyerap lebih banyak," imbuhnya.
Secara terpisah, Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai mengatakan, dengan adanya ekspor bunga itu diharapkan budidaya tanaman di Jawa Timur khususnya Kota Batu tersosialisasi dan terpromosikan dengan baik. Sehingga, bisa menangkap peluang ekspor di berbagai negara. Hal ini untuk mendukung kreativitas dan semangat petani di Kota Batu.
"Bahwa ekspor yang dilakukan ini adalah potensi yang kita miliki yaitu UMKM atau produk hortikultura Kota Batu. Maka, menjadi harapan kita bersama dengan adanya ekspor ini semakin berkembang ekonomi dan potensi yang dimiliki," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim itu juga menekankan, diharapkan usaha ini hingga ekspor terus dikembangkan bersama seluruh jaringan. Yang tidak kalah pentingnya bagaimana berkolaborasi dengan pihak Bea Cukai.
"Bea cukai punya klinik ekspor, tentunya kalau ada permasalahan dengan administrasi, perizinan maupun syarat-syarat yang harus dilengkapi tentunya sangat mendukung. Tanpa itu, kita akan bisa menggiring para eksportir di tingkat nasional maupun Asia dan Eropa," tuturnya.
#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya