JATIMTIMES - Mencari peluang kerja di luar negeri sering kali dianggap sebagai jalan pintas menuju kehidupan yang lebih baik. Namun, di balik impian tersebut, terdapat berbagai modus penipuan oleh agen penyalur kerja yang tidak bertanggung jawab. Para pekerja migran sering kali terjebak dalam praktik eksploitasi, mulai dari biaya rekrutmen yang tidak masuk akal hingga kondisi kerja yang tidak manusiawi.
Kabar terbaru mengungkapkan bahwa banyak pekerja Indonesia rela mengeluarkan ribuan poundsterling demi kesempatan bekerja di pertanian Inggris. Mereka diharapkan memetik buah di pertanian yang memasok supermarket besar. Namun, kenyataannya, mereka dipulangkan dalam beberapa minggu karena tidak memenuhi target pemetikan buah.
Baca Juga : Pelaku Curanmor di Kafe Kota Malang Terekam Jelas CCTV
Menurut laporan The Guardian pada Selasa (23/7), seorang pekerja Indonesia mengungkapkan bahwa ia harus menjual tanah keluarganya serta sepeda motor miliknya dan orang tuanya untuk menutupi biaya lebih dari £2.000 (Rp 41 juta) agar bisa bekerja di Inggris pada bulan Mei. Namun, pada Juni ia dipecat dan merasa sangat tertekan karena sekarang menganggur, dengan hanya memiliki sedikit harta benda.
Pengawas eksploitasi tenaga kerja sedang menyelidiki tuduhan bahwa beberapa pekerja dikenakan biaya ilegal hingga £1.100 (Rp23 juta) oleh organisasi di Indonesia. Di mana organisasi tersebut menjanjikan akan mempercepat proses mereka ke Inggris.
Sebelumnya, pekerja Indonesia hanya menghasilkan sekitar £100 (Rp2 juta) sebulan dengan menjual makanan. Ia merasa sangat kecewa karena telah menjual segalanya untuk membantu keberangkatan ke Inggris.
"Saya merasa bingung dan marah dengan situasi ini. Saya tidak punya pekerjaan di Indonesia dan sudah menghabiskan seluruh uang saya untuk datang ke Inggris," ungkap salah satu pekerja.
Dalam laporan The Guardian, saat berbicara dengan empat pekerja yang dipecat, tiga di antaranya menunjukkan bukti pembayaran biaya kepada pihak ketiga. Pembayaran tersebut diberikan selain lebih dari £1.000 yang ditransfer untuk penerbangan dan visa kepada perekrut berlisensi.
Klaim pembayaran pungutan liar di Indonesia menunjukkan risiko eksploitasi dalam skema pekerja musiman. Skema ini memungkinkan pekerja dari luar negeri mendapatkan visa enam bulan untuk bekerja di pertanian, namun mereka harus menanggung semua risiko finansial.
Menteri Imigrasi Inggris, Seema Malhotra, mempertimbangkan eksploitasi dalam sistem visa kerja untuk menekan praktik eksploitatif. Komite Penasihat Migrasi merekomendasikan bahwa visa musiman harus mencakup lebih banyak perlindungan, seperti jaminan kerja setidaknya dua bulan.
Para pekerja Indonesia direkrut untuk memetik buah di Haygrove, perkebunan di Hereford yang memasok buah-buahan lunak ke supermarket Inggris. Pihak Haygrove telah memberikan surat peringatan kepada lima pekerja Indonesia soal kecepatan pemetikan.
Bahkan surat peringatan, diberikan sebelum memecat mereka, yakni antara lima dan enam minggu setelah mereka mulai bekerja. Para pekerja Indonesia ini bahkan sudah dipesankan penerbangan pulang oleh perekrut mereka keesokan harinya.
Para pekerja mengklaim bahwa target di perkebunan tersebut adalah memetik 20 kg ceri dalam satu jam. Target itu semakin sulit dicapai karena semakin sedikit buah yang tersedia.
Salah satu pekerja yang dipecat mengatakan dia harus meminjam uang dari bank, teman, dan keluarga, dan masih memiliki utang lebih dari £1.100. "Kenapa aku berakhir seperti ini? Sekarang saya di Indonesia tanpa pekerjaan… Ini tidak adil bagi saya karena saya sudah berkorban begitu banyak," ungkapnya.
Beverly Dixon, direktur pelaksana pertanian di Haygrove, menyatakan bahwa perusahaannya tetap memberikan upah kepada pekerja meski kinerjanya buruk. Pihak Haygrove juga terus mendukung para pekerja untuk meningkatkan kualitas kerja mereka. Sebab menurut Dixon, target yang ditetapkan para pekerja berdasarkan standar yang bisa dicapai oleh mayoritas pemetik. Bahkan terkadang pemetik bisa mendapatkan lebih dari 20 kg buah per jam.
Baca Juga : Sepekan Operasi Patuh Semeru 2024, Tercatat 67.344 Indikasi Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Batu
Lima pekerja Indonesia tiba di Inggris pada pertengahan Mei dan diberhentikan dari Haygrove pada 24 Juni, dengan penghasilan antara £2.555 (Rp53 juta) dan £3.874 (Rp81 juta). Namun, setelah biaya perjalanan ke Inggris dan biaya hidup, beberapa pekerja masih memiliki utang besar.
Dua pekerja Indonesia melarikan diri ke London dan menolak menaiki penerbangan pulang yang dipesan pada 25 Juni. Mereka kini diberi pekerjaan baru di tempat penampungan setelah ada intervensi dari aktivis kesejahteraan migran.
Andy Hall, spesialis hak-hak buruh migran yang melakukan intervensi atas nama pekerja migran, menyatakan bahwa skandal ini menunjukkan beban risiko skema pekerja musiman di Inggris tidak ditanggung oleh supermarket, peternakan, atau operator skema, melainkan oleh pekerja rentan dari luar negeri.
Investigasi Gangmasters dan Otoritas Penyalahgunaan Tenaga Kerja dibuka bulan lalu dan terfokus pada tuduhan pungutan liar di Indonesia. Dixon mengatakan Haygrove "sangat prihatin" mendengar dugaan tantangan keuangan yang dihadapi pekerja Indonesia, terutama jika satu atau lebih membayar perekrut ilegal di Indonesia.
Pada tahun 2022, The Guardian mengungkap bahwa warga Indonesia datang ke Inggris dengan utang hingga £5.000 kepada broker asing tanpa izin. Jalur ini dibuka kembali tahun ini oleh perekrut baru asal Inggris, Agri-HR, bekerja sama dengan agen Indonesia PT Mardel Anugerah, didukung oleh kedutaan Indonesia.
Namun, para pekerja mengklaim pihak ketiga di Indonesia, Forkom, yang merekrut pekerja, mengenakan biaya untuk mempercepat keberangkatan mereka ke Inggris. Padahal merekrut tanpa izin adalah tindakan ilegal menurut hukum Inggris dan Indonesia. Mendengar tuduhan tersebut, Agri-HR segera menghubungi GLAA untuk menyelidiki klaim tersebut.
Forkom diduga mendorong anggotanya untuk memberikan tekanan pada keluarga para pemetik yang melarikan diri, dengan mengunjungi rumah mereka di Indonesia pada pukul 3 pagi. Ketua Forkom, Agus Hariyono, diduga meminta pekerja untuk menghapus catatan uang yang dibayarkan ke Forkom.
Forkom sendiri diklaim sebagai forum sosial yang dibentuk untuk warga Indonesia dengan visa pekerja musiman setelah ada yang tidak kembali dari musim 2022, sehingga jalur visa ditutup. Namun, Forkom diduga memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan finansial dari para pekerja.
PT Mardel Anugerah berkomitmen untuk memberikan prioritas kepada anggota Forkom, namun menegaskan bahwa tidak ada biaya yang harus dibayarkan oleh pelamar. Mereka mengatakan bahwa pihaknya jelas menyampaikan kepada pelamar bahwa mereka tidak menggunakan pihak ketiga dalam perekrutan.