JATIMTIMES - Memasuki tahun ajaran baru 2024/2025, Komisi E DPRD Jawa Timur terus mendorong agar materi pembelajaran akhlak atau budi pekerti masuk ke dalam kurikulum di sekolah. Hal ini diungkapkan Ketua Komisi E DPRD Jatim Wara Sundari Renny Pramana.
Ia menegaskan, pihaknya akan berusaha keras memperjuangkan mata pelajaran budi pekerti turut diajarkan di sekolah-sekolah di Jatim. Pasalnya, dia menilai saat ini aspek budi pekerti hampir tidak dimiliki oleh siswa.
Baca Juga : PDIP, PKB dan NasDem Intens Komunikasi Bahas Penantang Khofifah-Emil di Pilgub Jatim
Menurut Wara, banyak siswa yang cenderung tidak santun dalam bersikap sehingga perlu adanya pendidikan budi pekerti di sekolah. “Anak-anak ini sekarang lebih mengutamakan gadget dibandingkan itu (budi pekerti)," ungkap dia, Rabu (17/7/2024).
"Saya sedang memperjuangkan agar pelajaran budi pekerti bisa diberikan di SD, SMP, dan SMA dalam kurikulum sekolah,” sambung politikus asal Kediri itu.
Terkait hal ini, Wara sudah menjalin komunikasi dengan dinas terkait, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Tujuannya tak lain agar kurikulum tahun ajaran baru nantinya dapat memasukkan pelajaran budi pekerti.
"Kami juga dorong budi pekerti ada di kurikulum melalui pembuatan perda. Komisi E juga sudah roadshow ke dinas bersamaan sosialiasasi PPDB dari Ngawi sampai Probolinggo untuk mengomunikasikan hal tersebut. Mereka merespons dengan baik dan siap membersamai,” jelas bendahara DPD PDIP Jatim ini.
Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang telah dimulai, Wara berpesan agar MPLS dilangsungkan dengan kegiatan yang positif dan mengedepankan anti-bullying di sekolah.
Baca Juga : DPRD Kota Malang Mulai Siapkan Tiga Nama untuk Pengganti Pj Wali Kota
"Guru harus lebih aktif mengawasi kegiatan siswanya. Orang tua juga tidak boleh melepaskan anaknya begitu saja. Siswa harus dibekali kalau ada sesuatu sekecil apa pun bisa melapor, termasuk bullying,” tegas kakak kandung Mensetneg Pramono Anung ini.
Lebih lanjut, dia meminta agar pihak sekolah dan orang tua dapat lebih aktif berkomunikasi dan bekerja sama agar persoalan bullying tidak terjadi secara terus-menerus.
“Siswa menghabiskan waktu di sekolah beberapa jam, guru dan orang tua perlu saling berkomunikasi untuk mengawasi siswa dan anak di sekolah sehingga persoalan bullying tidak akan terjadi jika komunikasi terus berjalan dengan baik,” pungkas Wara.