JATIMTIMES - Felicia Putri Tjiasaka, seorang investment storyteller, content creator, dan pengusaha di industri keuangan dan investasi, baru-baru ini berbicara tentang perbedaan mencolok antara sistem pendidikan di Indonesia dan Singapura.
Ia mengungkapkan pandangannya dalam konteks kesenangannya melihat acara Clash of Champions (COC), yang menurutnya menjadi salah satu game show adu otak pertama di Indonesia yang dibikin seru dan dinikmati banyak orang.
Baca Juga : Kembangkan Bakat Anak, Siswi dari Ciamis Minat Ikut Turnamen Renang Antar Sekolah Piala Bupati Malang
"Jujur happy banget melihat COC. Mungkin ini pertama kalinya di Indonesia game show adu otak dibikin seru dan dinikmati banyak orang. Hats off buat tim Ruangguru," ujarnya.
Felicia berharap acara seperti COC bisa menjadi awal bagi orang Indonesia untuk mulai menyukai belajar dan perlahan-lahan meningkatkan skor pendidikan Indonesia yang saat ini sedang menurun.
Untuk memahami perbedaan pendidikan antara Indonesia dan Singapura, Felicia mengacu pada tes PISA (Programme for International Student Assessment) yang mengukur kemampuan siswa untuk bersaing di luar sekolah.
Dalam tes ini, Indonesia berada di peringkat 70-an dari 78 negara, sementara Singapura berada di peringkat pertama. Mengapa Singapura bisa mencapai peringkat tertinggi? Berikut ini faktor utama Singapura mendapatkan ranking pertama tes PISA, dilansir Instagram pribadi Felicia @feliciaputritjisaka:
1. Investasi Pendidikan
Singapura menyadari bahwa mereka tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga mereka berfokus pada pengembangan sumber daya manusia. Pemerintah Singapura menginvestasikan hingga 30,8 juta rupiah per anak per tahun, dibandingkan dengan 7,5 juta rupiah per anak per tahun di Indonesia.
2. Budaya Belajar yang Kuat
Di Singapura, anak-anak belajar dalam tiga sesi sehari, yakni sekolah, les, dan belajar mandiri. Orangtua sangat mendukung pendidikan anak-anak mereka.
3. Guru Bergaji Tinggi
Selain semua guru di Singapura wajib memiliki gelar sarjana, profesi ini juga menjadi profesi dengan gaji tertinggi di Singapura. Yakni dengan rata-rata penghasilan mencapai 60 juta rupiah per bulan.
Perlu dicatat, menurut Felicia, bahwa tidak ada program makan siang gratis di Singapura, menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi sejak dini.
Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia?
Baca Juga : Kurang Sepekan Pendaftaran Ditutup, Puluhan Kader Terbaik TP PKK Sudah Daftaran PKK Awards Kabupaten Malang
Meningkatkan budaya belajar di Indonesia bisa dimulai dengan beberapa langkah:
- Investasi Lebih Besar dalam Pendidikan
Pemerintah perlu meningkatkan anggaran pendidikan per anak untuk memastikan kualitas pendidikan yang lebih baik.
- Pengembangan Guru
Meningkatkan kualifikasi dan kesejahteraan guru bisa menjadi langkah penting untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
- Budaya Belajar
Membangun budaya belajar yang kuat melalui dukungan dari orangtua dan masyarakat, serta menyediakan lebih banyak sumber daya dan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar jam sekolah.
Felicia juga mengajak masyarakat untuk memikirkan cara-cara kreatif untuk membuat orang Indonesia lebih suka belajar. Ia menyarankan agar program-program edukatif yang menyenangkan dan menantang seperti COC bisa lebih banyak diadakan dan didukung.