JATIMTIMES - Sejumlah sopir angkutan umum kota (angkot) mengaku senang dengan adanya program Buy The Service (BTS) yang direncanakan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Hal itu karena adanya sistem gaji yang membuat para sopir bahagia.
Angkot dalam beberapa tahun terakhir memang jarang ditemui penuh oleh penumpang. Hal itu seiring persaingan dengan ojek online (ojol). Namun di bawah kepemimpinan Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, angkot pada era mendatang direncanakan akan dirubah pengelolaannya. Termasuk perangkat di dalam angkot yang diperbarui.
Baca Juga : Bahas Pencegahan dan Penanganan Stunting DPP LDII Silaturahim ke Kantor BKKBN
Salah satu sopir angkot, Sugiyono mengaku senang jika program tersebut benar-benar dijalankan oleh Pemkot Malang. Karena pihaknya saat ini sangat merana, lantaran masyarakat sudah jarang naik angkot.
“Saya sangat setuju kalau memang ada program seperti itu. Karena kondisi angkot sekarang juga sepi,” kata Sugiyono, Sabtu (13/7/2024).
Sugiyono menjelaskan kondisi angkot saat ini dengan empat atau lima tahun lalu sangatlah berbeda. Karena sebelum adanya ojol dan covid-19, menjadi sopir angkot bisa sampai menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi.
“Setiap hari sekarang sepi, apalagi sekolah libur. Karena kan ada ojek online itu juga. Kalau dulu jaya, bisa buat sekolahkan anak sampai kuliah,” beber Sugiyono.
Saat ini, Sugiyono membeberkan bahwa untuk setoran kepada pemilik angkot sebesar Rp 30 ribu. Angka tersebut belum untuk membeli bahan bakar dan makan ketika bekerja.
Berbeda dengan beberapa tahun lalu, ia bisa setor Rp 75-80 ribu per hari. Dengan asumsi pendapatan yang dibawa pulang Rp 100 ribu. Sehingga bisa dikatakan penurunan jumlah penumpang sangat tinggi.
“Sekarang untuk setoran saja sudah sulit. Tidak ada penumpang sama sekali. Kalah sama ojol. Tapi bagaimana juga harus sabar,” kata Sugiyono.
“Tapi jika ada program pemerintah seperti itu, saya sangat mendukung. Setidaknya membantu perekonomian keluarga,” imbuhnya.