JATIMTIMES - Di tengah gempuran arus modernisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, serta arus globalisasi generasi Alpha seringkali dianggap lebih tertarik pada dunia digital dibandingkan dengan budaya tradisional. Namun, fenomena yang menarik terjadi di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia, seperti di SMKN 01 Poncol Magetan.
Banyak siswa yang masih memiliki minat dan dedikasi tinggi untuk menekuni tarian tradisional, sebuah seni yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Ketertarikan mereka pada dunia digital tidak menghalangi mereka untuk mencintai dan melestarikan seni tradisional. Mereka mempelajari dan menampilkan berbagai tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga : Peserta Turnamen Renang Antar Sekolah Piala Bupati Malang Membludak, Ada dari Jabar
Contohnya adalah Reva, Dina, Winda Yuliani dan Irana, mereka adalah siswi kelas 11 dari SMKN 01 Poncol Kabupaten Magetan. Siswa-siswi di sekolah ini dengan antusias mempelajari berbagai tarian tradisional, mulai dari tari Jawa seperti Tari Gambyong, Tari Srimpi, hingga tari daerah yang sering mereka tampilkan yaitu Tari Senterewe. Salah satu tarian yang memiliki durasi lebih kurang 1 jam dalam sekali performnya.
“Menari adalah salah satu cara kami untuk menjaga budaya dan identitas bangsa. Selain itu, menari juga memberikan banyak manfaat, seperti melatih disiplin, kekompakan, dan keterampilan motorik,” ujar Winda, salah satu anggota ekstrakurikuler tari di SMK 01 Poncol ini.
Setiap bulan, para siswa berlatih 2-3 kali , dan akan lebih sering lagi kalau akan menghadapi event atau pentas di beberapa instansi atau acara resmi kabupaten. Motivasi utama para siswa ini sering kali berasal dari kecintaan mereka terhadap budaya dan sejarah Indonesia.
Mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa. Selain itu, dukungan dari sekolah, guru, dan orang tua juga memainkan peran penting dalam mendorong minat siswa terhadap tarian tradisional.
Menurut mereka, menekuni tarian tradisional tidak hanya memberikan kepuasan secara budaya, tetapi juga membawa berbagai manfaat lainnya bagi para siswa. Mereka belajar disiplin, kerja sama tim, dan mendapatkan kebugaran fisik melalui latihan tari yang intens.
Selain itu, keterampilan menari juga membuka peluang bagi siswa untuk berpartisipasi dalam berbagai kompetisi dan acara budaya, baik di tingkat lokal maupun nasional. Salah satu pengalaman paling berkesan yang pernah mereka rasakan adalah saat diberi kesempatan untuk perform di acara Surya Senja di Gedung Grahadi Surabaya.
Baca Juga : Angkut 691.702 Penumpang, KA Airlangga Jakarta-Surabaya PP Jadi Kereta Paling Laris
"Saat itu kami berkolaborasi dengan SMK Yosonegoro, selain bisa tampil di depan banyak penonton di Surabaya, acara itu juga bisa membuat kami menambah teman," ujar Dina.
Kisah Reva, Dina, Winda , Yuliani dan Irana ini adalah bukti bahwa kemajuan teknologi tidak selalu berarti meninggalkan budaya. Sebaliknya, generasi muda ini menunjukkan bahwa mereka bisa menggabungkan keduanya, menjaga warisan budaya sambil tetap berkembang dalam era digital.
"Saya ingin nanti ketika saya sudah lulus sekolah saya akan terus mendalami seni ini dan ingin mendirikan sanggar tari ," ungkap Reva.