JATIMTIMES – Pemerintah Kabupaten Blitar terus berupaya memperkuat sektor pertanian lokal melalui inovasi dan dukungan penuh kepada para petani. Tahun ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispertapa) Kabupaten Blitar telah meluncurkan program demplot pertanian tembakau Selopuro yang didanai oleh dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT).
Program ini difokuskan pada lima lokasi utama, yaitu Kecamatan Nglegok, Desa Tambakrejo di Kecamatan Wonotirto, Kecamatan Gandusari, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Selopuro.
Baca Juga : Dua Jamaah Haji Kota Blitar Masih Tertinggal di Arab Saudi, Akan Pulang 20 Juli Mendatang
Lukas Supriyatno, kepala Bidang Budidaya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan petani dalam penyemaian tembakau. "Tahun ini kami fokus pada pelatihan penyemaian di lima demplot utama. Banyak petani yang belum menguasai standard operational procedure (SOP) yang baik untuk penyemaian. Jadi, kami memberikan pelatihan yang intensif. Demplot ini nantinya akan dilanjutkan dengan tahap budidaya dan pasca-panen," ujar Lukas, Senin (8/7/20240.
Penyediaan benih yang siap tanam menjadi salah satu kendala utama yang dihadapi petani tembakau Selopuro. "Banyak petani kesulitan mendapatkan benih siap tanam hingga harus mencari ke luar kota, seperti ke Tulungagung. Dengan demplot di lima lokasi ini, kami berupaya mendekatkan benih yang berkualitas kepada petani. Misalnya, untuk Blitar timur, kami fokuskan di Selopuro. Wilayah barat di Nglegok dan wilayah selatan di Tambakrejo," tambahnya.
Demplot pertanian ini tidak hanya memfasilitasi penyemaian tetapi juga memberikan pengetahuan mendalam tentang budidaya hingga pasca-panen tembakau Selopuro. Tembakau ini terkenal dengan cita rasa unik dan kualitas tinggi yang disebabkan oleh iklim dan teknik budidaya yang tepat di wilayah tersebut.
Pada masa kejayaannya, tembakau Selopuro adalah salah satu yang terbaik di Indonesia dan digunakan dalam pembuatan rokok kretek yang bercampur dengan rempah-rempah seperti cengkeh.
Namun, beberapa tahun lalu, kualitas dan produksi tembakau Selopuro mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal ini, Dispertapa Kabupaten Blitar bekerja sama dengan peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittras) memurnikan kembali tembakau Selopuro yang sudah tercampur dengan varietas lain.
Proyek ini menghasilkan lima jenis tembakau Selopuro yang telah dimurnikan, yaitu Kalituri, Mancung, Kenongo, Sedep, dan Lulang. Varietas ini baru dilepas dua tahun lalu dan kini menjadi fokus utama dalam program pengembangan tembakau lokal.
"Kami berkomitmen untuk mendukung pengembangan tembakau Selopuro, yang merupakan warisan lokal Blitar. Benih yang kami kembangkan saat ini adalah benih dasar yang nantinya akan menjadi benih sebar, yang siap dibagikan kepada petani tahun depan," jelasnya.
Baca Juga : Pria dengan Gangguan Pendengaran Tewas Tertabrak Kereta Api di Sukorejo Kota Blitar
Upaya Dispertapa Kabupaten Blitar tidak sia-sia. Belakangan permintaan akan tembakau Selopuro semakin meningkat, baik dari pasar lokal maupun luar kota. Namun, stok benih yang ada saat ini masih belum mencukupi. "Permintaan pasar sangat tinggi, bahkan di luar kota. Tapi, di pasar lokal saja stok kami masih kurang. Misalnya, satu gudang membutuhkan target 1.500 ton per tahun. Tetapi tembakau lokal hanya bisa memenuhi sekitar 600 ton. Kami berupaya keras untuk meningkatkan produksi agar bisa memenuhi permintaan pasar," tambah Lukas.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Dispertapa Kabupaten Blitar berharap tembakau Selopuro dapat kembali menjadi kebanggaan lokal dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi petani di wilayah tersebut. Masa depan tembakau Selopuro tampak cerah dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah dan antusiasme petani lokal.
"Kami akan terus mendukung pengembangan tembakau Selopuro melalui program-program inovatif dan berkelanjutan. Harapannya, tembakau Selopuro tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan dikenal di pasar nasional,” pungkas Lukas.