JATIMTIMES - Kinerja neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) mengalami penurunan selama bulan Mei 2024. Tak ayal, defisit neraca dagang Jatim berlanjut, yang membuat angka defisit kumulatif makin membengkak.
Pada periode Mei 2024, neraca dagang Jatim kembali mengalami defisit, yakni sebesar USD 479,2 juta. Capaian tersebut tidak lebih baik jika dibandingkan defisit neraca perdagangan bulan April yang sebesar USD 395,44 juta atau terdapat selisih sekitar USD 80 juta.
Baca Juga : Seribu Buruh Pabrik Rokok Dapat Bantuan DBHCHT dari Pemprov, Bank Jatim Berikan Tabungan Siklus
Pada Mei 2024, total nilai ekspor Jatim mencapai USD 2,12 miliar. Sementara itu, total nilai impor Jatim pada periode yang sama menembus USD 2,6 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menjelaskan, defisit neraca dagang tersebut disebabkan oleh surplus kinerja perdagangan sektor nonmigas yang lebih kecil dibandingkan defisit nilai perdagangan pada sektor migas.
"Adapun defisit perdagangan pada sektor migas mencapai USD 634,89 juta. Sedangkan nominal surplus perdagangan pada sektor nonmigas mencapai USD 155,70 juta," tulis BPS Jatim dalam laporan terbarunya, dikutip Jumat (5/7/2024).
Kondisi ini harus diperbaiki agar neraca perdagangan Jatim kembali pada kondisi surplus. Terlebih, secara kumulatif selama periode Januari - Mei 2024, tercatat defisit neraca perdagangan Jatim sudah menembus angka USD 1,88 miliar.
Data BPS Jatim menyebut, sepanjang tahun ini hingga bulan Mei, defisit neraca perdagangan pada sektor migas sudah mencapai angka USD 2,64 miliar. Sedangkan surplus perdagangan pada sektor nonmigas hanya mencapai USD 755 juta.
Baca Juga : Pemkab Blitar Gandeng NTB untuk Memenuhi Kebutuhan Pakan Ternak Ayam Petelur
Sepanjang tahun ini, secara bulanan neraca perdagangan Jatim sempat mengalami sekali surplus, yakni pada bulan Maret 2024 dengan nominal surplus USD 13,54 juta. Selebihnya, tiap bulan neraca dagang Jatim selalu defisit.
Di awal tahun, defisit neraca perdagangan Jatim periode Januari 2024 mencapai USD 426,72 juta. Bulan berikutnya, defisit neraca perdagangan Jatim semakin bengkak ketika pada Februari 2024 lalu mencapai angka USD 600 juta.