JATIMTIMES – Kota Blitar kembali menjadi sorotan setelah serangkaian insiden 'pembegalan" di situs bersejarahnya. Makam Tiga Putri Mataram, yang terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, menjadi salah satu target perusakan ini.
Kasus ini mengungkapkan betapa rentannya warisan budaya Blitar terhadap ancaman modern. Gus Dian, seorang antropolog yang fokus pada penulisan dan pelestarian sejarah desa, mengusulkan pembentukan Gerakan "Jogo Punden Blitar Raya" sebagai solusi untuk melindungi situs-situs bersejarah di kawasan ini.
Ancaman Pembegalan terhadap Makam Leluhur
Baca Juga : Bawa Sentuhan Budaya ke Rumah Anda: Graha Bangunan Hadirkan Granit Motif Batik
Makam Tiga Putri Mataram merupakan tempat peristirahatan tokoh-tokoh penting dari sejarah Mataram Islam. Namun, belakangan ini, situs tersebut telah menjadi sasaran para oknum yang tidak bertanggung jawab. Gus Dian menyatakan keprihatinannya atas insiden-insiden ini. "Kita melihat adanya beberapa oknum yang mencoba, katakanlah, membegal atau merampok sejarah leluhur kita," ungkapnya dengan nada serius, Selasa (2/7/2024).
Pembegalan dan perusakan situs-situs bersejarah seperti ini tidak hanya merusak fisik makam tetapi juga mengancam identitas budaya dan sejarah masyarakat Blitar. Gus Dian menekankan bahwa penting bagi kita semua untuk lebih waspada dan bertindak untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. "Kita harus punya kejelian dan waspada. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," tambahnya.
Pentingnya Kesadaran dan Pelestarian
Dalam berbagai diskusi dengan pegiat sejarah dan budaya, Gus Dian menegaskan pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur. "Kami menyarankan kepada para sahabat dan saudara-saudara kita, saatnya kita sadar diri dan bangkit bersama untuk menjaga Blitar Raya dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Gus Dian.
Menurutnya, menjaga makam-makam leluhur dan situs-situs bersejarah lainnya bukan hanya tanggung jawab sejarawan atau pemerintah, tetapi merupakan tugas bersama seluruh masyarakat. "Ayo kita bersama-sama menjaga makam-makam leluhur kita dan tempat-tempat leluhur kita, yang mungkin selama ini belum mendapatkan perhatian yang cukup," ajaknya dengan penuh semangat.
Mengusulkan Gerakan Jogo Punden Blitar Raya
Untuk menghadapi ancaman ini, Gus Dian mengusulkan pembentukan Gerakan "Jogo Punden Blitar Raya". Gerakan ini bertujuan untuk menggalang kesadaran dan tindakan kolektif dari masyarakat Blitar dalam menjaga dan melestarikan situs-situs bersejarah. "Minimal, kita bisa membuat Gerakan Jogo Punden seluruh Blitar Raya," ujarnya.
Gerakan "Jogo Punden Blitar Raya" tidak hanya akan fokus pada perlindungan fisik situs-situs bersejarah, tetapi juga akan memupuk rasa bangga dan tanggung jawab terhadap warisan budaya. "Mari kita diskusikan bersama bagaimana kita bisa menjaga dan melindungi warisan budaya kita dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," tambah Gus Dian.
Pembegalan Situs Bersejarah di Jawa Tengah dan Dampaknya di Blitar
Baca Juga : Bus Harapan Jaya Tabrak Truk di Tol Jombang, Kondektur Tewas dan 2 Penumpang Luka
Gus Dian juga mencatat bahwa tren perusakan situs bersejarah telah menjadi masalah serius di Jawa Tengah, dan tampaknya ancaman ini mulai menyebar ke Blitar. "Ba'alwi sekarang mulai marak di Blitar Raya. Sebelumnya sudah mulai marak di Jawa Tengah. Nah, ini saya melihat berita itu sangat tercengang. Blitar sudah mulai kemasukan sepertinya," jelasnya.
Ancaman ini membutuhkan respons yang cepat dan efektif dari seluruh komunitas Blitar. Gus Dian percaya bahwa melalui gerakan bersama seperti "Jogo Punden Blitar Raya", masyarakat dapat melindungi warisan sejarah mereka dari kerusakan lebih lanjut dan mengembalikan rasa aman di sekitar situs-situs bersejarah mereka.
Menghidupkan Kembali Semangat Gotong Royong
Gus Dian mengingatkan akan pentingnya semangat gotong royong, yang dulu sangat kuat dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan komunitas, untuk sekarang diterapkan dalam konteks pelestarian situs bersejarah. "Dulu kita punya sistem siskamling untuk menjaga keamanan desa. Sekarang kita perlu mengembangkan gerakan serupa untuk menjaga punden dan situs-situs bersejarah kita," katanya.
Menjaga situs-situs bersejarah, menurut Gus Dian, bukan hanya tentang melindungi bangunan atau makam, tetapi juga tentang melestarikan bagian penting dari identitas kita sebagai komunitas. "Makam-makam leluhur kita bukan hanya simbol dari masa lalu kita tetapi juga bagian integral dari identitas kita sebagai komunitas," tegasnya.
Membangun Masa Depan dengan Menghormati Masa Lalu
Gus Dian menekankan bahwa menjaga warisan budaya adalah tugas bersama yang harus dijalankan dengan sepenuh hati. "Mari kita jaga dan lestarikan warisan budaya kita dengan sepenuh hati. Ini bukan hanya tentang melindungi masa lalu kita, tetapi juga tentang membangun masa depan kita," katanya dengan tekad.
Melalui Gerakan "Jogo Punden Blitar Raya", diharapkan masyarakat Blitar dapat bersatu dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka. Gerakan ini tidak hanya akan melindungi situs-situs bersejarah tetapi juga akan memastikan bahwa warisan leluhur tetap hidup dan dihormati untuk generasi mendatang.