JATIMTIMES– Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) Unisba Blitar dari angkatan 2021 dan 2023 dengan bangga menyelenggarakan First International Webinar bertajuk “Strengthening Law Obedience Through Civic Education in The 5.0 Era Society”.
Acara yang berlangsung pada hari Kamis, 27 Juni 2024 ini, dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom. Webinar ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk kepatuhan hukum di era digital yang semakin maju.
Baca Juga : Launching FamilyMart, Pj Wali Kota Malang Komitmen Tumbuhkan Investasi
Dalam sambutan pembukaan, Dr. Supriyono, M.Ed, Wakil Rektor III Unisba Blitar, menyampaikan pentingnya acara ini sebagai upaya membekali generasi muda dengan pemahaman yang kuat tentang hukum dan etika digital.
“Di era 5.0 ini, di mana teknologi merambah semua aspek kehidupan, pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membentuk warga negara yang taat hukum dan adaptif terhadap perubahan,” ujarnya.
Pendidikan Kewarganegaraan di Era 5.0
Arik Cahyani, S.Pd, M.Pd, seorang pakar pendidikan, memaparkan materi dengan judul “Pendidikan Kewarganegaraan di Era 5.0”. Menurutnya, era 5.0 adalah masa transformasi digital yang cepat dan mendalam, di mana teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
“Pendidikan kewarganegaraan di era ini tidak hanya tentang memahami nilai-nilai Pancasila dan hak serta kewajiban warga negara, tetapi juga tentang bagaimana individu dapat menjadi warga negara yang adaptif, inovatif, dan bertanggung jawab,” jelas Arik.
Ia menekankan bahwa pendidikan kewarganegaraan harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Ini termasuk mengintegrasikan teknologi dan isu-isu kontemporer ke dalam kurikulum, serta menggunakan metode pembelajaran berbasis teknologi untuk menarik minat siswa.
Tantangan dan Peluang dalam Era Transformasi Digital
Era 5.0 membawa berbagai tantangan dan peluang bagi pendidikan kewarganegaraan. Salah satu aspek paling mencolok adalah munculnya teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT).
Teknologi-teknologi ini tidak hanya menciptakan peluang besar untuk inovasi dalam metode pembelajaran, tetapi juga menuntut adanya penyesuaian dalam pengajaran tentang etika dan tanggung jawab digital.
Arik Cahyani, S.Pd, M.Pd, seorang narasumber dalam webinar ini, menjelaskan bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan personal, tetapi juga harus diimbangi dengan pendidikan tentang bagaimana menggunakan teknologi secara etis.
"Kita harus mengajarkan siswa untuk tidak hanya memanfaatkan teknologi, tetapi juga memahami konsekuensi etis dari penggunaannya," kata Arik.
Akses yang cepat dan mudah ke informasi di internet menimbulkan tantangan tersendiri. Meskipun ini membuka kesempatan luas untuk memperluas pengetahuan, ini juga menuntut kemampuan berpikir kritis yang lebih tajam dari para siswa untuk menyaring informasi yang valid dari banyaknya hoaks yang beredar. Dalam konteks ini, Arik menekankan bahwa pendidikan kewarganegaraan harus fokus pada pengembangan literasi digital agar siswa mampu menilai dan menggunakan informasi secara bijak.
"Di era informasi yang begitu melimpah ini, kemampuan untuk membedakan antara fakta dan hoaks adalah keterampilan yang sangat penting," tambahnya.
Transformasi digital juga telah mengubah cara kita berinteraksi dan bekerja, yang berarti bahwa materi pembelajaran harus disesuaikan dengan realitas sosial yang terus berkembang. Menurut Arik, teknologi mengubah dinamika sosial dan ekonomi, dan pendidikan kewarganegaraan harus mencerminkan perubahan ini dengan memperbarui kontennya agar tetap relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
"Kita harus terus memperbarui materi pendidikan kita agar sesuai dengan cara dunia bekerja hari ini," jelasnya.
Selain itu, persaingan global yang semakin ketat di era 5.0 menuntut warga negara yang kompetitif dan mampu beradaptasi dengan cepat. Arik menyoroti bahwa pendidikan kewarganegaraan harus membekali siswa dengan keterampilan yang relevan, termasuk keterampilan digital dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.
"Untuk dapat bersaing secara efektif di pasar global, siswa harus siap dengan keterampilan yang diperlukan di era digital," ungkapnya.
Peran Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh era 5.0, Arik menjelaskan pentingnya peran pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk warga negara yang adaptif dan responsif. Salah satu cara utama adalah melalui pengembangan keterampilan digital.
Siswa perlu dibekali dengan keterampilan seperti coding, pemrograman, dan penggunaan berbagai aplikasi teknologi. "Keterampilan digital ini tidak hanya penting untuk karir masa depan mereka, tetapi juga untuk partisipasi aktif mereka dalam masyarakat digital," jelas Arik.
Selanjutnya, mendorong inovasi dan kreativitas adalah elemen kunci dalam pendidikan kewarganegaraan. Siswa harus didorong untuk mengembangkan sikap kritis dan inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul di era digital.
Arik menegaskan bahwa sikap ini akan membantu siswa menemukan solusi kreatif dan efektif untuk masalah-masalah kompleks yang dihadapi masyarakat modern. "Kreativitas dan kemampuan berpikir kritis adalah kunci untuk menavigasi dunia yang terus berubah," tambahnya.
Yang tidak kalah penting adalah membangun karakter yang berintegritas. Dalam dunia yang semakin didominasi oleh teknologi digital, nilai-nilai moral dan etika digital harus ditanamkan dengan kuat. Siswa perlu memahami pentingnya bertanggung jawab atas tindakan mereka di dunia maya, termasuk bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana mereka menggunakan teknologi.
"Membangun karakter yang berintegritas adalah fondasi untuk penggunaan teknologi yang etis dan bertanggung jawab," kata Arik.
Pengembangan Kurikulum yang Relevan
Baca Juga : Dampak Peretasan PDNS: Ribuan Paspor Belum Tercetak hingga PPDB Terganggu
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, Arik menekankan pentingnya pengembangan kurikulum yang relevan dengan era 5.0. Kurikulum harus terus berkembang dan menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan perubahan global.
Salah satu aspek yang penting adalah pengembangan materi pembelajaran yang mencakup isu-isu kontemporer terkait teknologi dan globalisasi. "Materi pembelajaran harus mencerminkan isu-isu dunia nyata yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari," jelas Arik.
Selain itu, metode pembelajaran harus mengadopsi pendekatan berbasis teknologi. Pembelajaran daring, simulasi, dan game edukatif adalah beberapa contoh metode yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan bagi siswa.
"Mengadopsi metode pembelajaran berbasis teknologi membantu siswa lebih memahami materi dan mempersiapkan mereka untuk masa depan," kata Arik.
Evaluasi dalam pendidikan kewarganegaraan juga perlu diadaptasi untuk memenuhi tuntutan era 5.0. Metode evaluasi inovatif seperti portofolio, proyek berbasis teknologi, dan penilaian berbasis kompetensi harus diintegrasikan ke dalam sistem penilaian.
"Evaluasi yang relevan dengan era digital tidak hanya memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kemampuan siswa, tetapi juga mendorong mereka untuk mengembangkan keterampilan praktis," jelas Arik.
Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan dapat memainkan peran kunci dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di era 5.0, sambil memastikan bahwa mereka tetap menjadi warga negara yang beretika dan bertanggung jawab.
Meneguhkan Kesadaran Konstitusi di Sabah Malaysia
Narasumber kedua, Al’fi Nasikin, S.Pd. Gr, seorang guru di Community Learning Center (CLC) di Sabah, Malaysia, menyampaikan tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri.
“Banyak anak-anak TKI di Sabah yang tidak memiliki akses pendidikan yang layak. Melalui CLC dan sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri, kami berusaha memastikan mereka mendapatkan hak pendidikan dan memahami identitas mereka sebagai warga negara Indonesia,” kata Al’fi.
Ia menekankan pentingnya mengenalkan Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan kepada anak-anak TKI agar mereka tidak kehilangan identitas keindonesiaan mereka. Selain itu, Al’fi juga memaparkan berbagai proyek yang dilakukan untuk memperkuat karakter siswa, seperti proyek pembuatan sapu lidi dari daun kelapa sawit dan pembuatan pupuk kompos dari pohon pisang.
Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Pemahaman Hukum
Pendidikan kewarganegaraan juga memiliki peran krusial dalam membangun pemahaman hukum di kalangan warga negara.
“Di era teknologi maju ini, pemahaman hukum yang baik sangat penting untuk melindungi diri dari tindakan melanggar hukum dan berpartisipasi aktif dalam proses hukum,” tambah Arik.
Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan di Era 5.0
Era 5.0 menghadirkan tantangan baru bagi pendidikan kewarganegaraan, seperti kesenjangan digital dan kurangnya literasi digital. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi dalam kurikulum dan metode pembelajaran untuk menghadapi disrupsi teknologi dan dinamika sosial yang cepat berubah.
Pembentukan karakter warga negara yang kuat membutuhkan sinergi dari berbagai pihak. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan harus bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan kewarganegaraan yang efektif dan relevan dengan era 5.0.
Pada penutupan webinar, moderator M. Trinurrizal menekankan pentingnya pendidikan kewarganegaraan di era 5.0 dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif. Ia menyatakan bahwa peningkatan literasi digital, pengembangan kurikulum yang relevan, serta sinergi antar pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk membekali generasi muda dalam menghadapi dan memimpin di dunia yang terus berubah.
Webinar ini diharapkan menjadi titik awal dari diskusi yang lebih luas mengenai urgensi pendidikan kewarganegaraan dan pemahaman hukum dalam mengatasi tantangan di era digital.
Berikut ini adalah pernyataan penutup dari M. Trinurrizal dalam webinar tersebut:
"Dalam era 5.0, pendidikan kewarganegaraan menjadi semakin penting dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif. Meningkatkan literasi digital, mengembangkan kurikulum yang relevan, dan membangun sinergi antar pemangku kepentingan adalah langkah krusial untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi dinamika dunia yang terus berkembang," pungkasnya.
Webinar ini diharapkan dapat menjadi awal dari diskusi yang lebih luas tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan dan pemahaman hukum dalam menghadapi tantangan era digital.