JATIMTIMES - Di tengah semaraknya Kelurahan Blitar sebagai "kampung budaya" yang kerap memukau masyarakat dengan pentas seni dan tradisional, kini muncul ancaman serius terhadap salah satu situs bersejarahnya yang paling sakral.
Makam Tiga Putri Mataram, yang menjadi pepunden bagi masyarakat setempat, dikabarkan terancam diklaim sebagai makam habib keturunan Yaman oleh sekelompok oknum.
Baca Juga : Ratusan Karya Desainer Muda hingga Profesional Bakal Ramaikan VOI 2024
Kelurahan Blitar selama ini dikenal luas sebagai sentra budaya dan sejarah. Tempat ini tidak hanya menjadi rumah bagi makam Adipati Aryo Blitar, cikal bakal kota Blitar, tetapi juga sejumlah situs bersejarah lainnya. Salah satunya adalah Makam Tiga Putri Mataram, yaitu makam kuno yang dihormati oleh tiga desa: Kelurahan Blitar, Kelurahan Tlumpu, dan Desa Purworejo.
Makam ini dihuni oleh tiga putri dari Kerajaan Mataram pada abad ke-17: Roro Rayung, Roro Wandansari, dan Roro Bondan Palupi. Nama-nama mereka bahkan diabadikan sebagai nama jalan di Kelurahan Blitar, menunjukkan betapa besar penghormatan masyarakat terhadap mereka. Namun, akhir-akhir ini, makam ini menjadi titik sengketa setelah kabar bahwa sekelompok oknum mencoba menjadikannya sebagai makam habib.
Menurut Abah Joko, seorang pegiat sejarah dan budaya Blitar, klaim ini sangat meresahkan dan tidak berdasar. "Saya baru saja berkunjung ke sana (Makam Tiga Putri Mataram). Ada sekelompok orang yang berusaha meyakinkan bahwa itu adalah makam habib, yang mereka katakan masih terkait dengan Habib Assegaf yang dimakamkan di Desa Tuliskriyo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar. Saat saya tanya sumber literasi mereka, mereka tidak bisa memberikan penjelasan yang meyakinkan. Ini jelas gerakan yang tidak jelas dan mungkin ada kepentingan terselubung di baliknya," ungkap Abah Joko, Minggu (23/6/2024).
Ancaman Makam Palsu
Kasus ini mengingatkan kita pada fenomena yang lebih luas tentang pembuatan makam palsu di Indonesia. Setelah tesis Kyai Imadudin mengguncang perhabiban Indonesia, semakin terungkap praktik-praktik pembuatan makam palsu atas nama habaib.
Fenomena ini bukanlah kebetulan semata. Banyak makam dibuat dengan tujuan mendapatkan infaq dari para peziarah yang percaya pada kekuatan spiritual makam tersebut.
Kasus serupa terjadi di berbagai daerah, di mana tokoh-tokoh lokal diklaim sebagai keturunan habib untuk menambah legitimasi dan daya tarik makam mereka. Misalnya, klaim bahwa keturunan Pangeran Diponegoro di Banyumas atau tokoh Madura terkenal Sakera adalah habib dari Yaman. Meskipun pengakuan ini bisa mendatangkan penghormatan, kebenarannya sering kali dipertanyakan.
Praktik ini mengundang banyak pertanyaan. Apakah para pengklaim ini benar-benar keturunan Nabi? Dan apakah klaim mereka didasarkan pada bukti yang sahih? Tindakan mereka tidak hanya merusak kepercayaan masyarakat tetapi juga mengancam warisan sejarah dan budaya lokal. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dan kritis terhadap klaim-klaim semacam ini.
Pentingnya Perlindungan Situs Sejarah
Baca Juga : Wali Kota Blitar Kaji Ulang Penggunaan Stadion Soeprijadi sebagai Homebase Arema FC
Menurut Anwar Hakim Darajad, seorang akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, perlindungan terhadap situs-situs bersejarah seperti Makam Tiga Putri Mataram sangatlah penting.
"Pemerintah harus cepat turun menangani persoalan ini. Kelurahan Blitar merupakan pusat sejarah Kota dan Kabupaten Blitar. Dulu, pusat pemerintahan Kabupaten Blitar pertama kali berdiri di sini pada 31 Desember 1830, sebelum dipindah ke tempat yang sekarang," ujarnya, Minggu (23/6/2024).
Lebih lanjut, Anwar menambahkan bahwa keberadaan Makam Tiga Putri Mataram adalah bukti bahwa sejak masa kerajaan, Blitar sudah menjadi rumah bagi para pembesar dan bangsawan. "Makam ini merupakan jejak sejarah yang harus dilindungi karena itu merupakan bagian dari identitas masa lalu kita," tambahnya.
Meningkatnya Kekhawatiran Masyarakat
Belakangan ini, semakin banyak laporan tentang peningkatan jumlah peziarah di Makam Tiga Putri Mataram dari kelompok yang mendukung klaim makam habib. Peziarah-peziarah ini, sering kali datang dengan mobil-mobil mewah, tampaknya berusaha meramaikan makam tersebut sebagai bagian dari upaya pentasbihan makam itu sebagai makam habib keturunan Yaman.
Abah Joko mengungkapkan kekhawatirannya. "Saya sering mendapat laporan dari warga bahwa tempat ini ramai oleh peziarah dari kelompok tersebut. Saya berharap pemerintah kelurahan, pemerintah kota melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), bersama masyarakat adat, segera bertindak. Makam Tiga Putri Mataram ini harus dilindungi sebagai bagian dari upaya nguri-uri sejarah lokal Blitar," tegasnya.
Masyarakat Blitar kini berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk melindungi warisan sejarah dan budaya mereka dari klaim-klaim yang tidak berdasar. Situs-situs bersejarah seperti Makam Tiga Putri Mataram bukan hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, tetapi juga bagian penting dari identitas dan kebanggaan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan.