JATIMTIMES - Guru dan konten kreator Guru Gembul menjelaskan bahwa memang ada hubungan antara Bung Karno dan Nyi Roro Kidul. Namun, jika Nyi Roro Kidul dilihat sebagai perwujudan dari kekuatan alam.
“Jadi maksud Bung Karno (berhubungan dengan Nyi Roro Kidul) adalah menikahi laut. Bung Karno berpandangan bahwa wilayah Nusantara itu secara geografis adalah daratan dan lautan. Lautan menghubungkan antar satu pulau dengan pulau yang lainnya, sehingga sangat penting jika pemimpin juga menguasai perairan,” jelas Guru Gembul, melansir YouTube RJL 5-Fajar Aditya, Jumat (21/6).
Baca Juga : Arboretum Titik Nol Sungai Brantas: Penyangga Kehidupan Sepertiga Masyarakat Jatim
Menikahi lautan, menurutnya, berarti menjadikan lautan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari diri sang pemimpin. “Pidato Bung Karno harus dipahami dalam konteks ini. Bung Karno mengatakan maksudnya demikian,” tambahnya.
Namun, ada desas-desus yang lebih dramatis. Beberapa cerita mengatakan bahwa Bung Karno memang menikahi Nyi Roro Kidul untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dan legitimasi spiritual. Menurut Guru Gembul, ini bukanlah hal baru. Sejak zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia yang formalnya menganut agama Islam, mereka mengalami masalah legitimasi spiritual yang sebelumnya berdasarkan dewa-dewi.
“Raja-raja sebelum era Islam mendapatkan legitimasi spiritual sebagai perwujudan dewa-dewi. Misalnya, Purnawarman dinobatkan sebagai raja sambil menyandang status sebagai perwujudan Wisnu,” ujar Guru Gembul.
"Setelah masuk ke ajaran Islam, raja-raja tidak lagi bisa memiliki legitimasi itu karena dalam Islam tidak ada konsep dewa-dewi," tambahnya.
Untuk mengatasi hal ini, mereka mencari sosok yang tetap dihormati secara spiritual namun tidak berbentuk dewa. Nyi Roro Kidul, penguasa Pantai Selatan, menjadi salah satu simbol yang dihormati. Panembahan Senopati, misalnya, diklaim membuat perjanjian dengan Nyi Roro Kidul dan Eyang Sapu Jagad dari Merapi untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan.
Ketika berbicara tentang Bung Karno, Guru Gembul menyebut bahwa hubungannya dengan Nyi Roro Kidul berawal dari sebuah ramalan Jayabaya. Ramalan ini menyebutkan bahwa setelah kebo bule (penjajah Belanda) ditaklukkan oleh monyet kuning (penjajah Jepang), Nusantara akan dibebaskan oleh Satrio Piningit bernama Eru Cokro.
Rupanya Soekarno sendiri adalah murid dari H.O.S Cokroaminoto, sehingga ia diklaim hampir memenuhi kriteria Satrio Piningit ini.
“Soekarno dinilai sebagai Satrio Piningit karena dia adalah murid H.O.S Cokroaminoto, yang dipanggil Eru saat kecil. Jadi secara harfiah, Eru benar dia, Cokroaminoto juga benar dia,” terang Guru Gembul.
Baca Juga : 2 Pekan Polisi Amankan 99 Sepeda Motor, Hasil Balap Liar dan Knalpot Brong di Kota Malang
"Namun, setelah membebaskan Nusantara, banyak spiritualis yang percaya bahwa Soekarno tidak mungkin berkuasa lama tanpa dukungan kekuatan gaib seperti Nyi Roro Kidul," tambahnya.
Rumor juga menyebut bahwa Bung Karno membangun sebuah hotel di Sukabumi dekat pantai sebagai tempat hubungannya dengan Nyi Roro Kidul. “Itu bisa jadi. Mungkin pengelola hotel sengaja menciptakan cerita itu untuk menarik wisatawan,” kata Guru Gembul.
“Tapi faktanya, Bung Karno pernah menginap di sana dan mengatakan bahwa dirinya menikahi lautan, yang diinterpretasikan sebagai menikahi Nyi Roro Kidul," tambahnya.
Namun, apakah Bung Karno benar-benar menikahi Nyi Roro Kidul atau tidak, hanya Bung Karno yang tahu. “Bung Karno pernah ditanya tentang hubungannya dengan makhluk gaib, termasuk soal tongkat, keris, dan peci. Bung Karno mengatakan bahwa itu hanya simbol-simbol saja, dan dia seorang rasionalis,” ujar Guru Gembul.
Menurut Guru Gembul, manusia tidak memiliki metodologi untuk mengetahui apakah Bung Karno benar-benar percaya bahwa dirinya memiliki hubungan batin dengan Nyi Roro Kidul atau apakah itu hanya simbolis. “Apakah yang dimaksud Bung Karno itu simbolis atau asli memiliki hubungan dengan Nyi Roro Kidul, kita nggak tahu,” pungkas Guru Gembul.