JATIMTIMES - Memasuki akhir semester pertama 2024, kasus kekerasan perempuan dan anak di Kabupaten Situbondo masih cukup tinggi. Namun demikian dibandingkan semester pertama 2023 jumlah kasus terbilang turun.
Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Situbondo pada semester pertama tahun 2023 atau data bulan Juni 2023 jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak sebanyak 38 kasus.
Baca Juga : Arif Kurniawan Berangkat ke Jakarta, Siap Ikut Ujian UKK di DPP PKB untuk Maju Pilkada Blitar
Kepala DP3A2KB Situbondo, Muhammad Imam Darmaji atau akrab disapa Imam mengatakan, memasuki akhir semester pertama tahun 2024 atau hingga Senin, 10 Juni 2024 sebanyak sebanyak 28 kasus.
"Ini berarti dengan perbandingan semester pertama tahun 2023 lalu, pada tahun 2024 jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak menurun sebanyak 10 kasus," ungkap Imam, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (11/6/2024).
Selain itu, Imam menjelaskan pada 28 kasus tersebut, jumlah korban anak laki-laki sebanyak 6 kasus, korban anak perempuan 7 kasus serta korban dewasa atau perempuan sebanyak 15 kasus.
Meski angkanya turun, persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak masih harus terus ditekan dan menjadi atensi bersama. Sebagai upaya terus menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, DP3A2KB terus melakukan sosialisasi ke Sekolah-sekolah dan Masyarakat terkait persoalan tersebut.
"Kita terus bekerjasama dengan beberapa instansi dan Organisasi Masyarakat (Ormas), salah satu program DP3A2KB yaitu Generasi Muda Berencana (GENRE) kami mengundang semua guru Bimbingan konseling (BK) untuk menyampaikan ke anak didiknya terkait bahaya dan larangan bullying," ungkap Kepala DP3A2KB Situbondo itu.
Baca Juga : Pagu Belum Terpenuhi, Pendaftaran PPDB SMP di Kabupaten Blitar Diperpanjang
Selain program GENRE, kata Imam DP3A2KB Situbondo juga memiliki forum anak yang terdiri dari pelajar-pelajar terpilih untuk menyuarakan isu bahaya dan larangan bullying kepada teman seumuran utamanya terhadap anak dilingkungan sekolah.
"Kedepannya kami akan berkerjasama dengan ormas di kabupaten Situbondo untuk ikut serta dalam mensosialisasikan permasalahannya kekerasan terhadap perempuan dan anak ini, terutama untuk Ormas sosial dan keagamaan," imbuhnya.
Imam melanjutkan, sebab jika harus ditangani sendiri adalah hal yang tidak mungkin oleh karena itu butuh kerjasama semua pihak, OPD, APH dan Ormas untuk bersama-sama memerangi kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Situbondo.