JATIMTIMES - Anggota DPR RI dan mantan Wali Kota Blitar periode 2000-2010, Djarot Saiful Hidayat, memberikan pandangannya mengenai peringatan Hari Lahir Pancasila yang diperingati secara nasional dan acara Grebeg Pancasila di Kota Blitar. Djarot, yang dikenal sebagai tokoh penggagas peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, mengungkapkan sejarah awal dari upacara yang kini menjadi tradisi tahunan di kota tersebut.
Ya, setelah sekian lama berada di Jakarta dan menjabat sebagai Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat kembali ke Kota Blitar untuk mengikuti upacara budaya Grebeg Pancasila di Alun-alun Kota Blitar pada Sabtu (1/6/2024). Momen ini bukan hanya sekadar menghadiri sebuah acara, tetapi juga menjadi kesempatan baginya untuk mengenang masa-masa ketika ia ikut memperjuangkan penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
Baca Juga : IPNU IPPNU Kota Batu Kecam Keras Tindakan Pengeroyokan Pelajar
Dalam balutan blangkon coklat dan busana adat Jawa merah, Djarot tampak menyesuaikan diri dengan suasana tradisional yang kuat pada perayaan itu. Dia duduk di kursi kehormatan bersama Forkopimda dan kepala OPD terkait di lingkungan Pemkot Blitar, mengikuti setiap tahapan upacara dengan penuh khidmat. Wajahnya yang mulai berkeriput mencerminkan ekspresi haru dan nostalgia, menceritakan perjalanan panjang dalam mempertahankan dan mewarisi nilai-nilai Pancasila di Kota Blitar, tempat di mana Bung Karno, Bapak Proklamator, bersemayam.
Duduk di kursi kehormatan, Djarot teringat masa-masa ketika ia pertama kali menggagas peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni bersama para budayawan dan Dewan Kesenian Kota Blitar. “Ini kita mulai sejak tahun 2000 ketika saya menjadi wali kota Blitar periode pertama, bekerja sama dengan para budayawan dan Dewan Kesenian Kota Blitar. Kita menggagas untuk membuat upacara Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni,” kenangnya.
Pada saat itu, tanggal 1 Juni belum diakui oleh pemerintah sebagai Hari Lahir Pancasila. Namun, berkat ketekunan dan semangat yang tak pernah pudar, upacara tersebut terus dilakukan setiap tahun, melibatkan berbagai institusi seperti PNS, TNI, Polri, kejaksaan, anak-anak sekolah, dan masyarakat luas. Djarot merasa bangga bahwa perjuangannya bersama masyarakat Blitar akhirnya membuahkan hasil ketika Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden yang menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan libur nasional.
“Kita bangga juga, karena sekarang, 1 Juni sudah diakui sebagai Hari Lahir Pancasila, hari libur nasional dan melakukan upacara di semua institusi. Jadi inilah sebenarnya spirit dari orang Blitar, spirit dari nasionalismenya Bung Karno. Orang-orang sini (Kota Blitar) itu kan nasionalis-soekarnois. Ya inilah bumi Bung Karno,” ujar Djarot dengan nada penuh kebanggaan.
Di upacara budaya Grebeg Pancasila ini, Djarot tidak hanya menyaksikan rangkaian acara, tetapi juga merasakan kembali semangat dan kebersamaan yang selalu menjadi ciri khas masyarakat Kota Blitar. Di tengah-tengah hiruk-pikuk dan keramaian, ia melihat bagaimana nilai-nilai Pancasila terus dihidupi dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari warga kota.
Upacara budaya Grebeg Pancasila kali ini mengingatkan Djarot pada esensi perjuangannya untuk mengangkat nilai-nilai luhur Pancasila, bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi sebagai pedoman hidup yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam pandangan Djarot, semangat ini harus terus dipertahankan, terutama oleh generasi muda yang akan meneruskan tongkat estafet perjuangan.
“Terima kasih untuk Pak Wali Kota, masyarakat Kota Blitar, yang terus melestarikan, dan konsisten melaksanakan upacara Hari Lahir Pancasila,” pungkas Djarot.
Baca Juga : Linda Kesurupan Lagi, Ustaz Faizar: Tidak Mungkin Kesurupan Arwah Vina
Grebeg Pancasila di Kota Blitar tahun ini dimulai dengan prosesi kirab Bedhol Pusaka dan Gunungan Lima yang diiringi musik karawitan dan dibawakan dalam bahasa Jawa. Seluruh peserta upacara mengenakan busana Djadoel (zaman dulu) dan membawa gunungan berisi hasil bumi. Setelah upacara selesai, gunungan tersebut diarak menuju Makam Bung Karno bersama pusaka dan panji-panji Pancasila.
Prosesi ini mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang tetap terjaga di Kota Blitar, kota yang juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Bung Karno. Sepanjang rute kirab, masyarakat berjejer di pinggir jalan menyaksikan kemeriahan kirab dan memberikan dukungan serta antusiasme yang tinggi.
Melalui upacara budaya dan seluruh rangkaian prosesi ini, Pemerintah Kota Blitar berharap nilai-nilai Pancasila dapat terus hidup dalam sanubari masyarakat. Peringatan ini juga diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta menjadi modal penting dalam menyongsong berbagai tantangan di masa depan.
Tema peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini adalah “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas Tahun 2045.” Tema ini sangat relevan dengan realitas kebhinekaan yang memerlukan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan semangat Pancasila, masyarakat Blitar optimis dapat mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045, menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan perekonomian yang kuat, keadilan sosial yang merata, dan kehidupan masyarakat yang sejahtera.