JATIMTIMES - Fenomena astronomi langka akan terjadi hari ini, Senin (27/5) dan Selasa (28/5) yakni matahari melintas tepat di atas Ka'bah, yang kerap disebut istiwa a'zam atau rashdul kiblat. Oleh karenanya, Kemenag RI mengimbau agar umat Muslim di Indonesia untuk meluruskan arah kiblat dengan presisi.
Sebagai informasi, fenomena rashdul qiblah atau istiwa azam terjadi akibat gerakan semu matahari yang disebut gerak tahunan matahari. Sebab peredaran matahari jika dilihat dari bumi akan selalu berpindah sebesar 23,5 derajat ke utara pada bulan Maret hingga September dan 23,5 derajat ke selatan pada bulan sebaliknya.
Baca Juga : Kapan Puasa Arafah 2024? Cek Jadwal dan Bacaan Niatnya
Ketika matahari bergerak ke utara dengan posisi Ka'bah yang berada pada 21° 25' lintang utara, maka otomatis pada waktu tertentu matahari akan berada tepat di atas Kabah. Oleh karenanya arah kiblat akan searah dengan matahari. Hal ini ditandai dengan bayang-bayang benda tegak lurus yang akan membelakangi arah kiblat.
"Peristiwa istiwa a'zam atau rashdul kiblat akan terjadi pada hari Senin dan Selasa, 27 dan 28 Mei 2024 bertepatan dengan 18 dan 19 Zulkaidah 1445 H pada pukul 16:18 WIB atau 17:18 WITA. Saat itu, matahari akan melintas tepat di atas Ka'bah," kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Adib, dikutip dari laman Kemenag, Senin (27/5).
Lebih lanjut menurut BMKG melalui Instagramnya @tandawaktubmkg, istiwa a'zam hanya berlaku untuk Indonesia bagian Barat dan Tengah bagian Barat. Fenomena ini berlangsung dua kali dalam setahun, yakni rentang waktu pada 26-30 Mei pukul 16.18 WIB serta 14-18 Juli pada pukul 16.27 WIB.
"Sementara itu, untuk Indonesia bagian Timur (juga sebagian Indonesia Tengah bagian Timur) penentuan arah kiblatnya dapat dilakukan saat Matahari di atas di antipoda Kabah (sebalik arah Kabah) yang terjadi setiap 14 Januari pukul 06.30 WIT dan 29 November pukul 06.09 WIT," jelas BMKG.
Masih dilansir dari laman Kemenag, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat cek arah kiblat. Di antaranya memastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan lot atau bandul dan permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata.
Selain itu, jam pengukuran pun harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, Telkom. Berikut ini cara penentuan arah kiblat saat matahari melintas di atas Kabah, dilansir dari BMKG melalui Instagramnya @tandawaktubmkg.
1. Sesuaikan jam yang digunakan dengan jam atom BMKG di http://jam-bmkg.go.id atau http://ntp.bmkg.go.id.
Baca Juga : Puluhan Tambang Tamami Group Situbondo Ditargetkan Beroperasi Tahun 2024
2. Gunakan alat yang dapat dijadikan tegak lurus pada permukaan yang datar. Alat dapat berupa bandul, tiang, atau dinding bangunan yang tegak lurus dengan tanah datar.
3. Lakukan proses kalibrasi sejak 5 menit sebelum dan sesudah 16.18 WIB atau 17.18 WITA (waktu puncak).
4. Perhatikan arah bayangan yang terjadi saat waktu puncak. Tarik garis dari ujung bayangan hingga ke posisi alat. Garis itulah arah kiblat yang sudah dikalibrasi dengan posisi Matahari saat tepat berada di atas Kabah.
Demikian cara menentukan arah kiblat saat fenomena istiwa a'zam terjadi. Selain itu, Kemenag juga menggelar kegiatan pengukuran arah kiblat bertajuk "Hari Sejuta Kiblat". Kegiatan pengukuran arah kiblat ini boleh diikuti masyarakat umum.
Adapun kelompok masyarakat sasaran yang dilibatkan di antaranya Penyuluh Agama Islam, Pondok Pesantren dan Majelis Taklim, Ormas Islam, Kampus/Universitas, dan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM).