JATIMTIMES - Kreativitas dan inovasi perlu dikembangkan terutama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era sekarang ini. Untuk itulah SMA Progresif Bumi Shalawat (SMASIF) Sidoarjo mengajak siswanya untuk menciptakan produk baru yang berhubungan dengan IPTEK.
Tahun ini, para siswa dibekali dengan stimulus agar mampu menciptakan produk– produk baru yang mempermudah pekerjaan sehari– hari serta memanfaatkan bahan di lingkungan untuk menjadi sebuah produk baru.
Baca Juga : Dindik Kabupaten Blitar Segera Terbitkan Surat Edaran Terkait Agenda Study Tour: Prioritaskan Wisata Lokal
Salah satu karya yang dibuat yakni berupa Teknologi MFC (Microbial Fuel Cell) yang mengkonversi limbah organik menjadi energi terbarukan berupa listrik alami dari limbah makanan milik siswa kelas 2 SMA yang berhasil lolos di kompetensi ilmiah di ajang IPITEX 2024 di Thailand katagori Protection of the Environment/ Energy/ Water/ Power and Electricity/ Green Technology.
Kepala Sekolah, Misbahul Munir Ardy menjelaskan jika karya anak– anak ini sangat diapresiasi dan didukung penuh oleh pihak sekolah.
“Karya anak– anak bukan pertama kalinya, namun setiap tahun kami selalu memberikan wadah bagi anak– anak serta mendukung program pemerintah yakni merdeka belajar projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) dari kementerian yang mana setiap siswa harus memiliki karya," ungkapnya, saat diwawancarai di sela acara pada Sabtu (25/5/2024).
Misbahul Munir menambahkan, selain karya di produk teknologi pembaharuan, banyak juga produk inovasi olahan makanan yang bisa dikembangkan nantinya di sektor UMKM.
“Studentpreneur adalah wadah kami untuk anak– anak supaya mampu berdampingan dengan teknologi dan perubahan serta nilai– nilai entrepreneur tentu sangat berguna bagi masa depan nantinya” imbuhnya.
Baca Juga : Ketua MUI Kritik Sambutan Masyarakat yang Menjamu Biksu di Masjid
Selain produk teknologi dan inovasi, siswa SMASIF juga membuat karya lainnya berupa film dokumenter yang mengangkat tema perempuan di Indonesia yang masih kental dengan budaya patriarki. Mengajak kaum perempuan juga untuk tetap bisa berkarya meskipun terbatas.
Faiq Admaja, salah satu siswa kelas XI mengaku senang karena karya yang dibuat didukung penuh oleh pihak sekolah. Ia mengaku sedikit mengalami kesulitan saat membuat karya film karena merupakan hal pertama dengan waktu yang terbatas.
“Dukungan pihak sekolah sangat berarti buat kami dan karya– karya kami juga difasilitasi untuk bisa masuk ke ranah internasional dan semoga untuk para adek kelas nanti berani berkarya meski belum mahir,“ tutupnya.