JATIMTIMES - Belakangan ini isu soal naiknya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Brawijaya (UB) tengah menjadi sorotan. Baik di media sosial hingga aksi langsung berupa demo yang dilakukan mahasiswa masih ramai hingga saat ini.
Paling anyar, beredar foto di media sosial seperti diunggah @ngalamlop tampak monumen Tugu UB yang terdapat tulisan Universitas Brawijaya ditutup dengan banner berwarna putih. Di mana banner putih tersebut bertuliskan kata "Borjuis" dengan tinta warna merah yang menutupi tulisan Brawijaya. Sehingga seakan-akan berganti tulisan 'Universitas Borjuis'
"Muncul banner plesetan UB Universitas Borjuis," tulis akun @ngalamlop.
Baca Juga : Soal Anggota Panwascam Terlibat Pelanggaran, Bawaslu Kota Malang Ngaku Belum Dapat Laporan Resmi
Selain di Instagram, di X juga ramai unggahan soal Universitas Borjuis tersebut. Tampak beberapa warganet yang diduga menyebut istilah borjuis cocok dengan UB.
"that 'universitas borjuis' is so real
#TurunkanUKTUB," @http****.
"Ada yang suka ngegocek tapi bukan pakboi. Selamat datang di UB (Universitas Borjuis)," @gaga*****.
"menyalaa univ borjuis tiap hari masuk tipi braw! #TurunkanUKTUB," @mfs_ub.
Untuk diketahui, borjuis adalah salah satu istilah kelas sosial yang populer disebutkan oleh bangsa Perancis. Biasanya, kelompok yang dapat disebut sebagai kaum borjuis adalah orang-orang yang berasal dari kelas menengah atas.
Borjuis adalah kata serapan dari bahasa Perancis, yaitu bourgeoisie atau bourgeois, yang berarti kelas untuk anggota kelas menengah ke atas.
Dipasangnya banner "Borjuis" itu diduga dikaitkan dengan UKT di UB yang bertambah menjadi 12 golongan. Melansir laman resmi Selma UB, UKT maba jalur SNBP 2024 saat ini memiliki 12 golongan. Di mana UKT terendah mulai Rp 500 ribu dan tertinggi Rp Rp 33,7 juta. Sedangkan di tahun sebelumnya 2023, UKT mahasiswa memiliki 8 golongan. Artinya, ada penambahan golongan pada maba 2024 dari 8 menjadi 12 golongan. Selain penambahan golongan, besaran UKT juga dinilai naik.
Baca Juga : Panwascam Terpilih di Kota Malang Dilaporkan Pernah Lakukan Sederet Pelanggaran
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ribuan mahasiswa UB melakukan aksi demo di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya, Rabu (22/5). Demo tersebut dilakukan untuk menuntut pembatalan UKT yang naik hingga dua digit.
Beberapa tuntutan yang disuarakan yakni menuntut rektorat agar mendesak Kemeristek Dikti mencabut Peraturan Mendikbudrisek (Permendikbudristek) No 2 Tahun 2024, revisi peraturan rektor terkait UKT, transparansi anggaran dana bantuan mahasiswa, perpanjangan waktu pengajuan bantuan mahasiswa serta revisi peraturan rektor terkait 12 golongan UKT.
“Kami mendesak rektorat untuk membersamai kami untuk mendesak Kemendikbud, sehingga kami akan mengeskalasikan dalam bantuan keuangan,” ungkap Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) UB, Satria Naufal.
Jika 12 golongan tidak dihapus, para mahasiswa akan membuat aksi bahwa rektorat gagal untuk memastikan semua kalangan bisa kuliah di sana. Ia mencontohkan salah satu mahasiswa harus menggadaikan banyak barang-barangnya untuk bisa berkuliah di UB.
Sementara itu Wakil Rektor 2 UB, Prof. Dr. Muchamad Ali Safaat, SH.MH menghargai aksi demo. Menurutnya demo adalah hak mahasiswa mengkritisi kebijakan yang ada. UB terbuka untuk berdialog dengan mahasiswa dan mempertimbangkan beberapa tuntutan yang dilayangkan terkait UKT.
“Menurut saya ini persoalan nilai, bukan lagi persoalan kuat-kuatan. Karena dengan 12 golongan ini kita bisa adil dengan setiap kondisi orangtua mahasiswa. Yang menengah ke bawah tidak akan naik karena rumus kita sama untuk menentukan ia golongan berapa,” jelas Ali.