JATIMTIMES - Dalam rangkaian tradisi Bersih Desa yang jatuh pada bulan Selo dalam Kalender Jawa, warga Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar menggelar serangkaian acara yang meriah dan sarat makna. Salah satu acara yang menjadi sorotan adalah Kenduri Sedekah Bumi 1000 Lengkong yang merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan.
Tradisi Bersih Desa ini dimulai pada 22 Mei 2024 dengan Kirab Pusaka Desa yang dilanjutkan dengan Macapat, sebuah seni membaca puisi Jawa kuno. Pada hari berikutnya, Kamis, 23 Mei 2024 diadakan berbagai acara mulai dari Khataman Al-Qur’an, Kenduri dan Kirim Doa untuk Punden Desa, Kenduri Sedekah Bumi 1000 Lengkong, hingga Bazar UMKM yang menampilkan produk-produk unggulan masyarakat setempat.
Baca Juga : Pelantikan Panwascam Pilkada 2024: Bupati Blitar Tekankan Integritas dan Profesionalitas
Malam harinya, warga disuguhi pertunjukan Sendra Tari dari Sanggar Seni Desa Serang dan Pagelaran Wayang Orang Cipto Kawedar. Acara dilanjutkan dengan Ruwat Murwakala pada Jumat, 24 Mei 2024, dan akan ditutup dengan pagelaran Dramasoka yang menampilkan Cak Percil Cs pada 31 Mei 2024.
Kepala Desa Serang Dwi Handoko menjelaskan bahwa tradisi Bersih Desa ini merupakan kegiatan tahunan yang rutin dilaksanakan setiap bulan Selo. “Bersih Desa ini merupakan tradisi selamatan atau upacara adat Jawa untuk memberikan sesaji kepada leluhur desa, sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa. Dan untuk membersihkan desa dari pengaruh roh-roh jahat yang mengganggu,” ujarnya, Jumat (24/5/2024).
Lebih lanjut, Dwi Handoko menekankan pentingnya Kenduri Sedekah Bumi 1000 Lengkong dalam tradisi masyarakat Desa Serang. “Kenduri Sedekah Bumi 1000 Lengkong ini merupakan adat atau tradisi yang filosofinya adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dari warga masyarakat yang sudah dilakukan turun temurun dari nenek moyang, dan memberikan doa kepada para leluhur yang telah merintis dan berjuang untuk Desa Serang dari waktu ke waktu,” jelasnya.
Acara Kenduri Sedekah Bumi 1000 Lengkong ini diikuti oleh seluruh warga desa, yang masing-masing membawa lengkong, atau nasi tumpeng kecil, sebagai simbol rasa syukur mereka.
“1000 Lengkong tersebut berasal dari seluruh warga masyarakat Desa Serang, sebagai simbol kebersamaan dan gotong royong yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kami sehari-hari,” tambah Dwi Handoko.
Baca Juga : Putusan PK Mahkamah Agung Sahkan Widowati sebagai Pemilik Lahan Sengketa di Darmo Permai
Selain Kenduri Sedekah Bumi, Ruwat Murwakala juga menjadi bagian penting dalam rangkaian acara Bersih Desa ini. “Ruwat Murwakala ini sebagai doa tolak balak, agar masyarakat diberi keselamatan, dilancarkan rejekinya, guyup rukun, dan tentunya dengan gotong royong ini, Desa Serang akan terus maju,” pungkasnya.
Tradisi Bersih Desa di Desa Serang ini bukan hanya menjadi ajang untuk melestarikan budaya leluhur, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Selain itu, melalui bazar UMKM dan berbagai pertunjukan seni, warga desa juga dapat menunjukkan potensi dan kekayaan budaya mereka kepada dunia luar.
Warga Desa Serang berharap, tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, warga Desa Serang menjalani setiap rangkaian acara dengan penuh antusiasme dan rasa syukur. Mereka percaya bahwa dengan menjaga tradisi dan budaya, mereka turut menjaga keharmonisan dan kesejahteraan desa mereka.
