free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Revolusi Pakubuwono X: Jadikan Surakarta Sebagai Pusat Pendidikan untuk Pribumi

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

10 - May - 2024, 18:18

Placeholder
Raja Surakarta Pakubuwono X dalam sebuah kegiatan bersama permaisuri dan anak.(Foto: Istimewa)

JATIMTIMES - Dalam lembaran sejarah yang gemilang, Kota Solo yang juga dikenal sebagai Surakarta pernah menjadi sorotan sebagai daerah terkemuka kedua di Hindia Belanda, langsung setelah Batavia. 

Puncak kemajuan ini menyinari masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X, di mana kota ini berkembang pesat dan menjadi pusat peradaban yang memikat. Dengan kecerdasan, kearifan, dan inovasi yang luar biasa, Pakubuwono X mampu membawa Solo menuju zaman keemasan, di mana kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan bersemi subur. 

Baca Juga : PWNU LP Ma'arif Jatim Bertekad Kembangkan Madrasah Unggulan

Prestasi luar biasa ini memperkuat posisi Surakarta sebagai salah satu kota kerajaan terkemuka di Hindia Belanda pada zamannya, mencatatkan namanya dalam lembaran sejarah sebagai tempat yang memancarkan kegemilangan dan inspirasi bagi banyak generasi.

Pakubuwono X lahir pada 29 November 1866 dengan nama Raden Mas Sayidin Malikul Kusno, sebagai putra dari Pakubuwono IX dan permaisuri KRAy Kustiyah. Sejak usia muda, pada usia 3 tahun, Raden Mas Kusno telah ditunjuk sebagai putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram.

Setelah ayahnya, Pakubuwono IX, wafat pada 16 Maret 1893, Pakubuwono X mengambil alih tahta sebagai susuhunan Surakarta. Dua minggu kemudian, tepatnya pada 30 Maret 1893, ia resmi dilantik sebagai Susuhunan. Selama 46 tahun kepemimpinannya, Pakubuwono X membawa Nagari Surakarta Hadiningrat menuju masa keemasan yang gemilang.

Pakubuwono X, seorang raja terbesar dalam sejarah Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa dan penguasaan yang mendalam dalam berbagai bidang ilmu. Mulai dari ilmu pemerintahan, politik, hingga ilmu ghaib, semuanya dikuasainya dengan mahir.

Pada masa penjajahan Belanda, Pakubuwono X, seorang tokoh kaya dan murah hati, memulai serangkaian langkah revolusioner. Salah satu langkahnya yang paling mencolok adalah melakukan pembangunan besar-besaran di sektor pendidikan. Dengan keputusannya yang berani, Pakubowono X berhasil mengubah Surakarta menjadi pusat pendidikan yang gemilang untuk kaum pribumi.

Peran Pakubuwono X dalam bidang pendidikan sungguh luar biasa luas. Sekolah Mambaul Ulum yang ia dirikan, berlokasi di sebelah selatan Masjid Ageng, telah menjadi tonggak penting sejak tahun 1914. Dibangun dengan biaya operasional yang ditanggung oleh keraton, sekolah ini telah menjadikan pendidikan agama sebagai prioritas utama, berlokasi strategis di dekat Pasar Klewer.

Kehebatan sekolah Mambaul Ulum tidak hanya terletak pada pendidikan agama yang ditekankan, tetapi juga pada prestasinya dalam mengirim lulusannya ke berbagai universitas ternama di luar negeri, termasuk Universitas Al Azhar di Kairo. Ini adalah bukti nyata bahwa Pakubuwono X, sebagai pemimpin spiritual umat Islam Surakarta, sangat memperhatikan pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan bangsa.

Tindakan ini tidak hanya menjadi upaya nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama, tetapi juga merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan kolonial Belanda yang pada saat itu melarang pendidikan agama Islam bagi warga keraton dan masyarakat pribumi secara luas. Meskipun diawasi ketat oleh Belanda, Pakubuwono X tetap berhasil mengelola sekolah dengan cerdas, menghindari tuduhan pelanggaran terhadap aturan pemerintah kolonial.

Pembacaan kitab-kitab agama setiap Rabu dan Kamis di bangsal Pracimarga menjadi momen penting untuk menyebarkan pengetahuan agama kepada masyarakat. Dengan kebijaksanaannya, Pakubuwono X juga rutin membagi-bagikan sedekah setiap hari Jumat, menarik minat lebih banyak orang untuk mendengarkan ceramah agama dan memperdalam pemahaman mereka tentang Islam.

Pakubuwono X dihormati dengan gelar Ingkang Wicaksana saha Ingkang Minulya, sebagai pengakuan atas kebijaksanaan, kepemimpinan, dan visinya yang visioner. Kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam mengimbangi kemajuan zaman dan menghadapi dominasi kolonial Belanda mendorongnya untuk mendirikan berbagai jenis sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, serta memberikan beasiswa untuk pendidikan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri.

Pakubuwono X memulai sebuah inisiatif revolusioner dengan mendirikan beragam sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakatnya. Mulai dari desa-desa terpencil hingga lingkungan keraton yang terhormat, Pakubuwono X membuka pintu akses pendidikan bagi semua kalangan.

Sekolah dasar tersebar di kampung-kampung, menjadi sumber pengetahuan pertama bagi anak-anak desa. Sementara itu, untuk keluarga keraton, Pakubuwono X mendirikan sekolah Kasatrian mirip HIS, dengan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, mempersiapkan generasi penerus keraton untuk berinteraksi dengan dunia luar.

Tidak hanya itu, Pakubuwono X juga mengakomodasi generasi muda keraton dengan mendirikan sekolah Pamardi Siwi, tempat mereka bisa belajar dan berkembang sejak usia dini. Sekolah Pamardi Putri kemudian menjadi destinasi bagi putri keraton yang ingin mendapatkan pendidikan setara dengan HIS.

Namun, inisiatif Pakubuwono X tidak berhenti di situ. Sekolah menengah pertama (MULO), sekolah menengah atas (AMS), bahkan perguruan tinggi (HBS) pun didirikannya, memberikan kesempatan pendidikan yang komprehensif bagi generasi masa depan. 

Tidak hanya itu, Pakubuwono X juga membuka pintu bagi mereka yang berbakat dengan memberikan beasiswa, baik di dalam maupun di luar negeri, membuka peluang yang lebih luas untuk masa depan yang cerah. Dengan langkah-langkah ini, Pakubuwono X tidak hanya menjadi pemimpin rohani, tetapi juga pionir dalam memperjuangkan hak pendidikan untuk semua.

Baca Juga : Viral Es Kopi Toping Daun Bawang, Tren dari China yang Masuk ke Indonesia

Pakubuwono X memiliki visi yang jelas: pendidikan sebagai kunci kesejahteraan masyarakatnya. Ia berkeinginan agar rakyat pribumi menjadi cerdas, terampil, dan memiliki karakter bangsa yang kuat. Baginya, pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang membangun kesadaran nasional. 

Pakubuwono X yakin bahwa dengan meningkatkan tingkat pendidikan dan menghapus buta huruf, rakyat Surakarta dapat mencapai kemerdekaan dari pengaruh Hindia Belanda.
Upaya kerasnya tidak sia-sia. Akhirnya, Surakarta melahirkan banyak tokoh pergerakan nasional yang berpengaruh. Bahkan, organisasi pergerakan Syarikat Islam pun berakar di tanah Surakarta, menjadi bukti nyata dari kesuksesan upaya Pakubuwono X dalam membangun kesadaran nasional melalui pendidikan.

Pakubuwono X tidak hanya memperhatikan pendidikan intelektual, tetapi juga memperhatikan pendidikan fisik dengan mendirikan Taman Sri Wedari dan kolam renang di Balekambang. Inisiatif ini memberikan kesempatan bagi masyarakat Surakarta untuk berolahraga dan berenang, meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup mereka.

Stadion Sri Wedari tidak hanya menjadi tempat untuk olahraga, tetapi juga sering digunakan sebagai arena balap kuda. Di sinilah juga berawalnya perkumpulan sepak bola Voetbal Bond Solo, yang kemudian menjadi embrio dari Persis (Persatuan Sepakbola Indonesia Solo). Pertandingan sepak bola, khususnya menjelang perayaan lebaran, menjadi hiburan favorit bagi masyarakat pada masa Pakubuwono X.

Selain memberikan hiburan, pertandingan sepak bola juga menjadi bisnis menguntungkan bagi Keraton Solo. Pendapatan tidak hanya berasal dari penjualan tiket pertandingan, tetapi juga dari pengunjung pasar malam yang membelanjakan uang mereka. 

Keuntungan pun semakin bertambah jika tim sepak bola tuan rumah adalah Surakarta, terutama jika lawannya adalah rival sejati dari keraton Ngayogyakarta. Dengan demikian, Pakubuwono X tidak hanya menjadi pelopor pendidikan, tetapi juga memperhatikan kebutuhan hiburan dan ekonomi masyarakatnya.

Pada saat itu, antusiasme penonton sepak bola mencapai puncaknya, dan dengan demikian, munculah praktik calo tiket yang membuka pintu bagi "penonton gelap" untuk masuk dan menyaksikan pertandingan tanpa tiket. Keramaian stadion tidak hanya didominasi oleh penduduk Surakarta dan Ngayogyakarta, tetapi juga dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Sepak bola tetap menjadi hiburan yang paling populer dan merakyat hingga saat ini di Surakarta.

Pakubuwono X telah menjadi agen perubahan dalam menyebarkan semangat kemajuan melalui pendidikan. Dia memimpin modernisasi pendidikan dengan berbagai cara inovatif. Pakubuwono X tidak hanya memberikan contoh dengan tindakan nyata seperti memotong rambut pendek dan mengadopsi pakaian praktis gaya Barat, tetapi juga mengambil langkah konkret dalam menghapus tradisi yang dianggap menghambat kemajuan, seperti laku ndodok (cara berjalan dengan berjongkok) dan upaya keras dalam memberantas buta aksara.

Selama masa kepemimpinan Pakubuwono X, Surakarta mengalami kemajuan signifikan dalam bidang pendidikan. Upayanya yang gigih dalam memodernisasi sistem pendidikan telah membawa perubahan yang luar biasa bagi masyarakatnya.

Gebrakan yang dilakukan Pakubuwono X di bidang pendidikan pada masanya telah menjadikan Surakarta sebagai pusat kemajuan yang tak tertandingi di Pulau Jawa dan bahkan di seluruh Hindia Belanda. Dengan visi yang jelas dan tindakan progresif, Pakubuwono X berhasil mengubah wajah pendidikan di Surakarta, membawa masyarakatnya menuju masa depan yang lebih cerah.

Langkah-langkah revolusionernya, mulai dari pendirian sekolah-sekolah dasar, pembangunan infrastruktur olahraga, hingga upaya besar dalam modernisasi pendidikan, telah menciptakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan intelektual dan fisik masyarakat Surakarta. Dengan pendidikan sebagai tonggak utama, Surakarta tidak hanya menjadi pusat kecerdasan, tetapi juga pusat inovasi, kemajuan dan pergerakan nasional.

Prestasi ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Surakarta, tetapi juga menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain di Hindia Belanda pada masa itu. Dengan Pakubuwono X sebagai pionirnya, pendidikan bukan lagi sekadar hak, tetapi menjadi kunci utama bagi kemajuan suatu masyarakat. Surakarta telah mengukir namanya sebagai daerah yang tidak hanya maju, tetapi juga menjadi pelopor perubahan hingga terwujudnya proklamasi kemerdekaan Indonesia.


Topik

Serba Serbi pakubowono x kota solo kiprah pakubowono x revolusi pendidikan sejarah



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana