JATIMTIMES - Perusahaan raksasa makanan dan minuman Nestlé diklaim menambahkan gula dan madu ke dalam susu bayi dan produk serealnya di negara-negara berkembang. Namun penambahan gula pada produk Nestlé tidak diberikan di pasar negara Eropa.
Penambahan gula pada produk Nestle itu diungkap oleh Public Eye selaku lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Swiss dan International Baby Food Action Network (IBFAN) yang telah mengirimkan sampel makanan bayi populer di Asia, Amerika Latin, dan Afrika ke laboratorium pengujian di Belgia. Studi tersebut meneliti 150 produk yang dijual oleh Nestle di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk merek terlaris Cerelac dan Nido.
Baca Juga : Kades Ledokombo Bakal Adukan Media Siber ke Dewan Pers dan APH, Ini Penyebabnya
“Kami menargetkan gula karena gula adalah musuh nomor satu dalam hal kesehatan nutrisi,” ungkap Laurent Gaberell, pakar pertanian dan nutrisi Public Eye, dilansir TIME, Jumat (10/5).
“Paparan gula pada bayi dan balita pada usia dini bisa menjadi masalah yang sangat besar. Ini adalah salah satu faktor kunci di balik krisis obesitas. Jika bayi terpapar gula, pada dasarnya mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas di kemudian hari, dan menderita dampak kesehatan yang merugikan seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya," imbuhnya.
Dari hasil pengujian itu, ditemukan bahwa hampir semua sereal Cerelac berbahan dasar gandum buatan Nestlé di wilayah Asia, Amerika Latin, dan Afrika, untuk bayi mulai usia enam bulan mengandung tambahan gula. Bahkan rata-rata kandungan gula pada produk tersebut mencapai 4 gram per porsi, atau setara satu gula batu.
Secara rinci dijabarkan ada beberapa negara yang produknya ditambahkan volume gula tertinggi. Di antaranya yaitu 7,3 gram per porsi terdeteksi di Filipina, diikuti oleh 6,8 gram di Nigeria, dan 5,9 gram di Senegal. Selain itu, ditemukan bahwa Nestlé juga tidak menyatakan tambahan gula pada label di tujuh dari 15 negara.
Berikut rincian kandungan gula per porsi pada bubur bayi di sejumlah negara:
1. Filipina 7,3 gram
2. Nigeria 6,8 gram
3. Senegal 5,9 gram
4. Vietnam 5,4 gram
5. Etiopia 5,2 gram
6. Afrika Selatan 4,2 gram
7. Indonesia 3,8 gram
8. Bangladesh 3,3 gram
9. Thailand 3,2 gram
10. Brasil 3 gram
11. India 2,7 gram
12. Pakistan 2,7 gram.
Sementara itu, produk susu bubuk Nido yang ditujukan untuk balita berusia satu hingga tiga tahun mengandung hampir dua gram gula tambahan per porsi. Sedangkan susu bubuk di Panama mencatat jumlah tertinggi gula sebesar 5,3 gram. Disusul dengan temuan 4,7 gram gula per porsi di Nikaragua, dan 1,8 gram di Meksiko.
Berikut rincian kandungan gula pada susu bayi di sejumlah negara:
1. Panama 5,3 gram
2. Nikaragua 4,7 gram
3. Meksiko 1,8 gram
4. Kosta Rika 1,6 gram
5. Afrika Selatan 0,9 gram
6. Indonesia 0,7 gram
7. Nigeria 0,6 gram
8. Senegal 0,6 gram
Public Eye dan IBFAN menemukan bahwa gula tidak ditambahkan ke produk serupa di negara asal Nestlé, Swiss, serta pasar utama Eropa lainnya di Jerman, Inggris, dan Perancis. Laporan tersebut menyebut hal ini sebagai “standar ganda yang tidak dapat dibenarkan dan bermasalah,” baik dari sudut pandang etnis maupun kesehatan masyarakat. Sebagai informasi, saat ini terdapat lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia yang hidup dengan obesitas.
Menurut Gaberell, sulit untuk menguraikan berapa banyak gula yang ditambahkan ke suatu produk. Karena sebagian besar produsen hanya mengungkapkan kandungan gula total, yang mencakup gula alami yang pada dasarnya tidak berbahaya, dan biasanya ditemukan dalam buah dan sayuran.
Baca Juga : 9 Mei, Sebagian Besar Wilayah Jatim Cerah, Batu-Probolinggo Diprediksi Hujan Lokal
India, Bangladesh, Thailand, Indonesia, dan Afrika Selatan adalah negara-negara yang mengungkapkan tambahan gula dalam sereal bayi Cerelac. Sementara negara-negara seperti Brasil, Pakistan, Filipina, Nigeria, Senegal, tidak mengungkapkannya.
Adapun pedoman Eropa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa gula atau bahan pemanis tidak boleh digunakan dalam makanan untuk anak di bawah usia tiga tahun. Tidak ada panduan regional lainnya, namun saran Eropa dapat diterapkan secara internasional.
Sementara itu, pedoman pemerintah AS menyarankan anak-anak di bawah dua tahun sebaiknya menghindari gula tambahan. Bahkan Inggris menerapkan batasan untuk menghindari gula pada anak-anak di bawah usia empat tahun. Gaberell mengatakan ada konsensus yang berkembang di seluruh dunia agar bayi menghindari konsumsi gula sejak dini.
“Satu-satunya alasan Nestlé melakukan hal ini adalah karena mereka tahu bahwa anak-anak menyukai gula. Sehingga anak-anak akan sukai produk Nestlé dan terus menginginkan produk mereka,” kata Gaberell.
“Itu hanya untuk meningkatkan penjualan produk mereka," imbuh Gaberell.
Merespons temuan itu, Nestlé berdalih jika makanan untuk bayi merupakan salah satu produk dengan pengaturan yang sangat ketat. “Makanan bayi adalah kategori yang sangat diatur. Di mana pun kami beroperasi, portofolio kami mematuhi peraturan lokal atau standar internasional, termasuk persyaratan pelabelan dan ambang batas kandungan karbohidrat yang mencakup gula," ungkap juru bicara Nestlé, masih dilansir TIME.
Nestlé juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengurangi jumlah gula yang ditambahkan ke portofolio sereal bayi di seluruh dunia sebesar 11% selama dekade terakhir. Juru bicara Nestlé mengatakan total gula dinyatakan dalam produk Nestlé dan produk Nido dan Cerelac memiliki sedikit variasi dalam resep. Hal ini terjadi karena peraturan dan ketersediaan bahan-bahan lokal.
Diketahui, Nestlé merupakan perusahaan barang konsumsi terbesar di dunia senilai $265,57 Miliar pada April 2024. Artinya produk Nestlé paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia.