JATIMTIMES - Dalam sebuah hubungan asmara biasanya setiap insan akan berusaha tampil sempurna untuk pasangannya, atau meminta pasangan untuk berubah menjadi versi terbaik baginya.
Namun, cara yang digunakan oleh pasangan yang meminta teman hidupnya untuk berubah itu, kadangkala tidak tepat, alih-alih memotivasi malah menyakitkan hati, karena terkesan body shaming atau mencela fisik.
Baca Juga : Hati-hati Terjerumus Dosa, Ini 4 Gaya Berhijab yang Salah Menurut Islam
Body shaming tidak hanya dilakukan haters saja, tapi tanpa disadari juga dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti suami, istri.
Hal inilah yang juga diduga dilakukan oleh Teuku Ryan kepada mantan istrinya, Ria Ricis. Dimana Ryan menyebut Ria Ricis terlalu kurus setelah melahirkan.
Meski Ryan telah membantah melakukan body shaming dan menyebutnya bercanda, namun yang terjadi hal itu membuat Ria Ricis minder dengan penampilannya dan berniat untuk implan payudara.
Parahnya hal itu berefek pada Ria Ricis secara psikologis. Ia merasa tubuhnya tidak ideal sehingga sang suami enggan menyentuhnya lagi.
Lantas bagaimana cara menghadapi suami yang body shaming seperti yang dialami Ria Ricis?
Dilansir dari berbagai sumber, berikut cara menghadapi suami yang melakukan body shaming:
Sampaikan batasanmu pada pasangan
Apabila pasanganmu melakukan body shaming, bisa jadi kamu merasa kesal, sedih, hingga kecewa padanya. Jadi, cara pertama yang perlu kamu lakukan adalah dengan menyampaikan batasanmu.
Bisa jadi dengan menegaskan bahwa kamu nggak suka dengan perilakunya tersebut, hingga memberitahunya bahwa celaan fisik yang ia lakukan sudah mengganggu kepercayaan dirimu.
Selanjutnya menurut Samantha DeCaro, Psy.D., seorang direktur penjangkauan klinis dan pendidikan di fasilitas perawatan gangguan makan The Renfrew Center, penting bagi seseorang untuk mengutarakan perasaannya akibat celaan fisik yang ia dapatkan.
“Ungkapkan perasaan Anda, komunikasikan kebutuhan Anda, dan minta mereka untuk berhenti,” ujar Samantha.
Sadari bahwa perilaku ini berasal dari rasa insecure yang dimiliki pasanganmu
Menurut Dani Bryant, seorang konselor kesehatan mental klinis dan body liberationist, body shaming dapat terjadi akibat rasa insecure mendalam yang dimiliki seseorang.
“Ini sebenarnya merupakan opini pribadi yang terbentuk atas perasaan malu dan toxic pelaku celaan fisik sendiri, yang sering diproyeksikan pada orang lain untuk mendapatkan kekuasaan dan kendali,” ujar Dani.
Selalu ucapkan afirmasi positif
Menghadapi pasangan yang suka mengolok-olok fisikmu mungkin akan terasa sangat menyebalkan. Namun, kamu bisa kirimkan afirmasi positif ke dalam dirimu untuk menangkal ucapan negatif pasanganmu tersebut.
Ingatkan bahwa dirimu sangat berharga, berhak dicintai, dan kamu tetap bisa melakukan banyak hal yang luar biasa, terlepas dari ukuran maupun bentuk tubuhmu.
Validasi perasaanmu
Baca Juga : Profil Andrew Andika, Pesinetron Viral yang Dituding Selingkuh Saat Istrinya Hamil
Cara menghadapi body shaming dari pasangan selanjutnya adalah memvalidasi perasaanmu. Ketika kamu merasa sedih ataupun marah atas perilaku pasanganmu, kamu layak memvalidasi perasaan tersebut.
Dani pun menambahkan bahwa setiap orang harus dilihat dari nilai mereka sebagai pribadi, daripada bentuk maupun ukuran tubuh yang mereka miliki.
Pertimbangkan untuk melakukan konseling
Ketika kamu merasa pasangan sudah keterlaluan saat mencela fisikmu dan nggak mau berubah, tandanya perlu hal yang lebih mendalam untuk menyelesaikan permasalahan ini. Bisa jadi kamu dan pasangan memerlukan sesi konseling atau terapi pasangan untuk mengatasinya.
“Jika pasangan Anda tidak dapat atau tidak mau mencoba memahami dari mana datangnya bias anti-gemuk atau standar kecantikannya yang tidak realistis, maka sangat penting bagi orang-orang untuk mengajukan pertanyaan: Bagaimana saya dapat mengembangkan atau menyembuhkan diri jika salah satu orang terdekat dalam hidup saya tidak melakukan pekerjaan yang sama?” tutup Dani.
Pandangan Islam soal Body Shaming
Baik serius maupun bercanda, perbuatan body shaming tidak dibenarkan karena bisa membuat korban merasa sakit hati. Allah SWT melarang perbuatan body shaming, seperti yang tertulis dalam firman-Nya yaitu QS. Al-Hujurat:11 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. (Q.S. Al-Hujurat: 11)
Makna ayat tersebut adalah larangan bagi kaum muslimin untuk saling olok antar sesama mereka. Allah Swt menyebutkan alasan pelarangan ini karena boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik di sisi Allah Swt daripada yang mengolok-olok.
Rasulullah Saw tidak senang dengan perbuatan body shaming atau mengolok-olok fisik orang lain. Suatu kali Aisyah r.a pernah cemburu dengan salah satu istri Rasulullah Saw bernama Shafiyah. Kemudian Aisyah r.a mengeluarkan kata-kata celaan.
Artinya: Aisyah berkata kepada Nabi SAW, “Cukuplah bagimu Shafiyah begini dan begitu —dalam lafadz lain, maksudnya adalah Qashirah (pendek)— kemudian beliau bersabda, ‘Engkau telah mengucapkan suatu perkataan yang apabila dicampur dengan air laut niscaya dapat merusaknya (merubahnya).” Suatu hari Aisyah berkata, ‘Aku mencontohkan kejelekan seorang kepada Nabi SAW, maka Nabi bersabda, ‘Aku tidak suka mencontohkan orang lain, meskipun aku akan mendapat upah sekian dan sekian’”. (HR Abu Daud)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap orang, pada hakikatnya selalu dalam bahaya. Ketika seseorang melakukan kesalahan dalam berucap, maka kemudharatan yang timbul bisa sangat besar sekali.
Terlebih ketika ujaran body shaming tersebut ditujukan kepada istri, tentu Allah SAW akan sangat murka. Sebab, istri adalah sosok yang berhak mendapatkan kasih sayang dalam berbagai bentuk, termasuk lisan dari sang suami.