JATIMTIMES - Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah Bani Umayyah. Lahir di Madinah pada 61 Hijriah, sosoknya merupakan putra dari Abdul Aziz bin Marwan yang seorang gubernur Mesir.
Khalifah yang mempunyai nama lengkap Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu Al-Ash bi Umayyah bin Abd Syams bin Manaf ini, mempunyai 4 saudara kandung serta 6 saudara lain ibu.
Baca Juga : Janji Pemprov Jatim di Hari Buruh Internasional: Siap Bangun Taman Monumen Marsinah di Nganjuk
Sosok Umar bin Abdul Aziz, perlu diteladani. Ia selalu mengingat akan akhirat. Ia menyadari bahwa tak akan selamanya menjalani kehidupan di dunia. Hal inipun kerap membuatnya menangis.
Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah atas wasiat sang sepupu, Sulaiman bin Abdul Malik yang merupakan khalifah Bani Umayyah. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi susunan Siti Nurlaela.
Meski begitu, Umar awalnya tak menolak untuk menjadi Khalifah. Ia ingin rakyat lah yang menentukan sendiri siapa sosok yang menjadi pilihan mereka sebagai Khalifah.
Rakyat puj kemudian sepakat menghendaki bahwa Umar bin Abdul Aziz menjadi seorang Khalifah.
Setelah itu, Umar bin Abdul Aziz berpesan untuk tidak mematuhinya jika ajaran ia lakukan menyimpang dari ajaran Allah SWT.
Ia berkata, "Wahai, rakyatku! Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dalam memimpin kalian. Jangan sekali-kali kalian patuhi aku jika aku telah melenceng dari ajaran-Nya. Sesungguhnya, aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Akan tetapi, aku adalah orang yang paling berat tanggung jawabnya di antara kalian!".
Amanah yang ia dapat, menurut Umar bin Abdul Aziz merupakan amanah yang berat. Selain itu, Allah SWT juga akan memintai pertanggungjawaban kepadanya.
Hal tersebut pun kerap membuat Umar Bin Abdul Aziz menangis. Ia selalu mengingat datangnya kematian. Bahkan, dalam keseharian, Umar bin Abdul Aziz kerap berkumpul dengan para ulama. Dalam diskusinya, bahasan tentang kehidupan akhirat dan kematian selalu ada.
Dan pernah juga satu waktu, Umar bin Abdul Aziz tengah duduk didekat sahabatnya. Ia kemudian berkata, "Aku selalu merenung setiap malam, sampai-sampai aku sulit tidur".
Sahabat kemudian bertanya,
"Apa yang engkau renungkan?". Umar bin Abdul Aziz menjawab, "Tentang kubur dan penghuninya".
Baca Juga : Raden Kartowibowo: Pahlawan Terlupakan dalam Sejarah Pendidikan Indonesia
Kemudian sang Khalifah bercerita, bahwa terdapat orang yang meninggal, tiga hari setelah dimakamkan tubuh membusuk dan menimbulkan bau yang tak sedap. Tubuh daei jenazah itu juga dikerubuti cacing dan belatung. Kemudian Unar bin Abdul Aziz berkata, "Andai aku menyaksikan semua itu". Tak lama ia tiba-tiba pingsan.
Dilain hari, Umar bin Abdul Aziz melihat iring-iringan orang yang mengantar jenazah menuju pemakaman. Saat itu situasi matahari sangat terik dan angin pun bertiup dengan kencang.
Hal itu tak pelak membuat orang-orang dalam iring-iringan jenazah berusaha mencari tempat perlindungan untuk berteduh dari sengatan sinar matahari. Umar bin Abdul Aziz yang melihat hal tersebut nampak bersedih.
Setelah itu, terucap syair darinya :
"Barang siapa takut akan cacat dan kusut
ketika matahari atau debu menimpa keningnya dan ia berteduh di bawah naungan agar tetap rupawan,
suatu hari kelak ia akan hina dan tinggal dalam kubur.
Dalam ruangan yang gelap berdebu dan menakutkan,
ia akan lama berada dalam ruangan itu di bawah tanah.
Wahai jiwa, bersiap-siaplah sebelum mati dengan perbekalan yang menyampaikanmu padanya. Tidaklah engkau diciptakan sia-sia begitu saja".