JATIMTIMES - Kota Batu tak hanya menyimpan wisata alam, namun juga wisata religi yang sekaligus berbuka sejarah. Di antaranya di Masjid Al Mukhlisin yang merupakan masjid tertua di Kota Batu.
Selain jadi wisata religi juga sekaligus wisata sejarah perkembangan Islam setempat dari titik yang dulunya markas komando di masa perang.
Masjid yang berada di Jalan Lahor, Dusun Macari, Desa Pesanggrahantan Batu itu disebut berumur hampir dua abad atau tepatnya 193 tahun. Dari informasi yang dihimpun, masjid ini dibangun sekitar tahun 1831 atau pada masa perang Diponegoro.
Choirul Anam Ketua Takmir Masjid Al-Mukhlisin membenarkan. Dengan usia yang hampir dua abad, Masjid ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan atau renovasi.
"Kalau tidak salah sudah dilakukan renovasi 4 kali yaitu pada 1950, 1975, 1996 dan 2014," ungkap Choirul, saat belum lama ini ditemui.
Dikatakannya, Dusun Macari ini dulunya menjadi salah satu pusat persebaran agama Islam di Kota Batu. Dengan masih berdirinya masjid ini membuktikan jika masih ada peninggalan Islam di sana.
Choirul berujar, dahulu model masjidnya tidak semodern sekarang. Namun modelnya selayaknya bangunan joglo atau khas masjid kerajaan.
Ia menuturkan, renovasi dilakukan untuk tetap menjaga eksistensi dari bangunan tersebut. Tapi tidak sampai mengubah atau menghilangkan identitas atau hal menarik yang ada. Renovasi paling banyak berubah pada tahun 1996.
"Meski direnovasi, tetap ada yang kami jaga seperti ruangan imam dan bangunan pilar hingga cekungan mihrab kunonya," tambahnya.
Diceritakan Choirul, kisah menarik pada saat renovasi mewarnai perkembangan masjid itu. Salah satunya kisah ketika warga yang memotong salah satu kayu jati yang digunakan sebagai pilar bangunan. Konon, terdapat seikat batang lidi yang ditanam di dalamnya.
Baca Juga : Kenapa Israel Banyak Berkonflik dengan Negara Timur Tengah? Begini Kata Felicia Putri
Tidak ada yang tahu maksud dan tujuan batang lidi itu ditanam. Namun warga percaya penanaman batang lidi itu memiliki makna filosofis dan spiritual tersendiri.
Akhirnya karena harus mengganti tiang penyangga dari kayu jati menjadi cor beton. Warga tetap meletakkan batang lidi itu di sana. Selain itu di sana juga ada bekas roda tank yang menjadi sejarah dari peperangan zaman dahulu.
"Dulu ditaruh di depan sekarang kami sisihkan di dalam, karena merupakan bagian sejarah," tambahnya.
Dulunya disinyalir jika daerah tersebut merupakan salah satu basis komando saat adanya Agresi Milter 2. Salah satunya adalah murid dari Pangeran Diponegoro yang menyebar ke penjuru Jawa dan salah satunya menetap di kawasan tersebut untuk menyebarkan Islam.
"Kalau nggak salah namanya Mbah Matsari lebih dikenal dengan nama KH Zakaria," tandasnya.