JATIMTIMES - Kawasan Kayutangan Heritage di Kota Malang saat ini menjadi salah satu magnet baru bagi wisatawan. Terlebih usai dipermak, kawasan tersebut terbukti berhasil mengundang banyak wisatawan.
Namun menurut Pegiat Budaya asal Kampung Budaya Polowijen (KBP), Isa Wahyudi, untuk dapat menjadi kawasan heritage, daerah Kayutangan butuh lebih dari sekadar dipermak tampilannya saja.
Baca Juga : Pj Wali Kota Malang Bakal Bikin Live Performance Tematik di Kayutangan Heritage
"Kawasan itu (Kayutangan) juga berpotensi sebagai sebuah kawasan heritage. Kalau kawasan heritage harus memenuhi dua syarat. Yakni syarat tengible dan intengible. Yang nampak dan tidak nampak," ujar pria yang akrab disapa Ki Demang ini.
Dirinya menjabarkan, pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan kawasan Kayutangan sebagai kawasan cagar budaya. Untuk itu, perlu segera ada kajian dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).
"Kemudian TACB mengkaji untuk merekomendasukan bahwa Kayutangan adalah kawasan cagar budaya," tegasnya.
Penetapan sebagai kawasan cagar budaya, menurutnya merupakan bagian dari unsur tengible yang dibutuhkan dalam sebuah kawasan heritage. Sedangkan untuk intengible yakni Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
"Itu yang harus dimunculkan dalam kawasan jika Kayutangan ingin ditetapkan sebagai kawasan heritage. Bukan cagar budaya saja. Harus dimunculkan WBTB nya," terangnya.
Beberapa hal yang termasuk dalam WBTB sendiri seperti seni, tradisi dan juga ritual kebudayaan di kawasan tersebut. Yang harus dimunculkan untuk mendukung penguatan suasana heritage yang tengah dibangun.
Baca Juga : PBFI Kota Malang Mulai Petakan Kompetitor pada Porprov IX Jatim
"Sekarang seninya harus dicari. Seninya adalah yang bisa dimunculkan itu apa. Seperti lagu-lagu oldiest. Lagu klangenan, kan banyak lagu lawas Malang. Kenapa lagu Malang dipopulerkan, lama-lama itu bisa jadi warisan budaya," turut Ki Demang.
Termasuk di dalamnya, penataan juga harus dilakukan pada pertunjukan yang digelar. Sehingga kemudian tidak dapat sembarang pertunjukan dapat masuk dan digelar di kawasan heritage.
"Bertemakan heritage itu memang masuk, karena turut mendukung terbangunnya suasana heritage. Yang dangkal mungkin suasana kolonial, atau suasana era kemerdekaan atau pra kemerdekaan," pungkas Ki Demang.